Loncatan Saud

Kota kuno di Bujairi, Arab Saudi. (FOTO: Dahlan Iskan)

COWASJP.COMSAYA minta diantar ke mal teramai di Riyadh: ingin tahu seberapa berubah penampilan wanita Arab di depan umum. Di zaman pemerintahan putra mahkota Mohamad bin Salman yang banyak bikin perubahan itu. Lalu ke mal yang paling elite di Kingdom Tower.

Kesimpulan saya: dari 100 wanita di mal itu, masih 70 orang yang pakai penutup wajah. Yang 20 orang lagi pakai kerudung tapi rambut bagian depan mereka diperlihatkan. Hanya 10 orang yang tanpa kerudung sama sekali.

Berarti perubahan besar yang banyak diberitakan belakangan ini ternyata tidak terlalu mencolok. Setidaknya tidak sedramatis yang ada di media.

Saya memang melihat beberapa wanita sudah mengendarai mobil. Ini baru. Tapi wanita bermobil yang saya lihat itu juga masih pakai penutup wajah. 

Rupanya mereka sudah bebas di sikap tapi masih pegang tradisi di pakaian. Juga warna abaya dan penutup wajah itu: serbahitam.

Di kereta api menuju Riyadh terlihat lebih banyak lagi yang pakai penutup wajah.

"Itu karena keretanya dari jurusan Buraydah," ujar Harun Akbar yang menemani saya. "Buraydah terkenal sebagai kota santri. Lebih konservatif," tambahnya. Sangat Wahabi.

Apakah di musim panas pakaian mereka lebih ''terbuka?"

"Di musim panas pun yang pakai penutup wajah itu tetap menutup wajah. Yang pakai kerudung dan tidak pakai kerudung yang lebih bebas," katanya. Maksud ''lebih bebas'' adalah: mereka berani pakai celana jeans, baju kaus, dan rambut tanpa penutup.

"Jadi, soal wanita itukah yang membuat Anda begitu ingin ke kota ini?" tanya Harun diam-diam.

Saya hanya mengangguk. Dalam hati. 

"Saya pikir sudah banyak wanita yang pakai you can see," tambah saya pada Harun.

Harun tampak tertawa kecut. Seperti mengejek saya. "Yang tertutup itu bisa lebih menarik dari yang dibuka-buka," gumamnya.

Riyadh kota besar sekali. Selama dua hari itu saya ke sudut-sudutnya. Jangan dikira hanya ke stadion An Nassr dan stadion Al Hilal. Saya bukan fans Cristiano Ronaldo apalagi Neymar yang manja itu.

Saya ditenteng ke tempat rekreasi di padang pasirnya yang jauh itu: Red Sand. Satu jam dari Riyadh. Bagus. Tidak sampai tiga menit di situ. Saya minta ke yang lain lagi. Mungkin karena saya sudah jenuh dengan pemandangan padang pasir. Sudah sejak dari Madinah ke Riyadh.

"Tidak ambil foto dulu?"

"Tidak".

Melihat padang pasir itu rasanya sudah seperti Jokowi lihat Megawati.

Pindah ke yang lain saja. Ke Bujairi. Seperti yang direkomendasikan oleh Wakil Duta Besar Sugiri Suparwan. 

Itu baru. Renovasinya masih belum sepenuhnya selesai. Istana kuno. Terbuat dari tanah. Pernah seperti kompleks Garuda Wisnu Kencana: jadi lokasi KTT G-20. Yakni KTT yang bersejarah: di tengah pandemi Covid-19. Setengah virtual.

Saya suka Bujairi. Lokasi ini mengesankan. Kita seperti dibawa ke masa nan lalu. Nan nan lalu: ke nun masa kerajaan Saud pertama. Sebelum Saudi dikuasai Turki Usmani. Sebelum era kerajaan Saud kedua. Kita bisa rasakan loncatan zaman: dari Saud pertama ke Saud ketiga saat ini. Dari zaman serba tanah ke serba digital.

Cadar wanitanya yang mungkin masih serupa.

Lokasi ini dibuat dua bagian. Dipisahkan oleh jembatan-wisata. Jauh di bawah jembatan itu ternyata jalan raya. Begitu dalamnya posisi jalan itu sampai suara lalu-lintasnya tidak mengganggu sama sekali. 

Lomba balap Formula-E melewati jalan pembelah zaman itu.

Di kawasan sebelum jembatan adalah fasilitas pendukung: Kafe-kafenya menarik. Seperti suasana di Prancis selatan. Atau di Monaco. Atau di Napoli.

Setelah jembatan, sepenuhnya peninggalan kuno: istana tanah. Besar sekali. Serba warna tanah. Untung di halamannya ditanami banyak pohon kurma. Sedikit rasa rindang. Apalagi di bawah kurma itu dijadikan ladang sayur percontohan: tomat, terong, lobak, kubis, selada, dan banyak lagi. Begitu subur sayur itu. Tidak seperti yang saya belajar tanam di Mojokerto bulan-bulan lalu.

Meski kota besar Riyadh tidak seperti Dubai atau Doha. Di Riyadh, jumlah gedung pencakar langitnya masih sedikit. Kalah dengan Makassar. Memang urgensi membangun gedung tinggi tidak ada: tanah begitu luasnya.

Di Riyadh saya memang berbuat tumben: datang ke kedutaan Indonesia. Duta besar kita di Saudi adalah aktivis, intelektual, ajengan, dan penulis: Dr KH Abdul Aziz Ahmad.

Pernah jadi sekjen GP Ansor. Waktu itu ketua umumnya wartawan, Slamet Effendi Yusuf. Pernah juga jadi ketua KPU (Pemilu 2009). Orang Cianjur. Anak ajengan, kiai. Lulusan Gontor, Ponorogo. S-1 nya di UIN Syarif Hidayatullah, Ciputat. Master-nya di Melbourne, adik kelas Fachry Ali. Doktornya di UIN Sunan Kalijaga, Yogyakarta.

Maka asyik diskusi buku dengan beliau. Saya diberi buku barunya: Negara Rasional. Yakni hasil kajiannya mengenai pemikir dunia Ibnu Khaldun. Itu buku ketiga yang ia tulis.

Saya perlu ke kedutaan juga untuk mengejar Wi-Fi dosis tinggi: pagi itu harus berbicara di depan wisudawan Universitas Terbuka. Pukul 09.00. Berarti pukul 05.00 waktu Riyadh.

Harun sendiri ingin kuliah S-2 di UT. Sudah dua tahun gagal. "Harus tes TOEFL," katanya. 

Ia tidak takut tesnya. Harun sudah lebih 5 tahun bekerja di kedutaan. Bahasa Inggris adalah lauk-pauknya. Tapi untuk tes TOEFL harus pakai biaya. Mahal –untuk ukuran gajinya yang bukan diplomat. Apalagi kalau harus kursus TOEFL dulu.

"Apakah tidak bisa syarat tes TOEFL itu diganti yang lain? Misalnya jaminan dari atase pendidikan?" tanyanya.

Bagi saya itu bukan pertanyaan. Itu ide bagus untuk UT.

Ternyata sopir yang bersama saya ini juga mahasiswa UT. Asal Jambi. Sudah semester empat. Ambil ilmu pemerintahan. Ia yang memilihkan model kacamata hitam saya.

Sebenarnya saya lupa kalau jam 09.00 pagi itu janji bicara di UT. Padahal jam 09.00 hari itu saya sudah harus naik bus ke jurusan amplop di Makkah.

Untung, sama-sama jam 09.00 tapi beda negara.(*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 8 Maret 2024: Angka Digital

djokoLodang

--o-- SALAH PAHAM Suatu hari Aloui mengajak anaknya ke pasar. Belum terbiasa dengan suasana ramai, anak yang baru 4 tahunnya itu mulai menangis: "Pulang,...!!! Pulang !!! ...." Aloui membujuknya: "Sabar ... sabar ... Sebentar lagi, ya... kita pulang..." Seorang tante cantiiik yang baik hati menghampirinya, memeluk anak itu, sambil membujuknya: "Sabar, sayang... Dengarkan kata papi,... Sebentar lagi juga pulang..." Si anak pun diam. Bukannya berterima kasih, Aloui malah menegurnyi..."Sebentar, Jeng, ... Nampaknya ada kesalahpahaman ..." "Salah paham? Apa maksudnya?" "Tadi, saya sedang menegur diri sendiri. Sabar, ...sabar...Yang kusuruh sabar itu aku, bukan anak itu" "Lalu?" "Oleh karena itu, mestinya pelukan Jeng itu, ya untuk aku. Bukan untuk dia ..." --jL--

Liam Then

Konversinya online ❓ bukan? Kalo online, harus dimasukan faktor "otak" server cloud computingnya. Inilah sebabnya chip grafis NVIDIA A100 600jt-an sebiji. Info di internet layanan cloud computing google ditenagai 26.000 GPU ( Graphic Processing Unit). Logikanya KPU pasti gunakan layanan komputasi awan. Dari situ bisa ditarik kesimpulan, layanan seperti ini pasti ada klausulnya. Sederhananya kayak kuota , seperti layanan Indihome itu. Ada yang premium , ada yang unlimited (bersyarat kuota tertentu tercapai, jadi pelan) Dari banyak yang dikeluhkan petugas KPPS langsung di kolom komentar sini, saya jadi menerka-nerka. Apakah Tim IT Sirekap, pakai hardware komputer utama, server mandiri secara fisik langsung. Atau gunakan layanan cloud computing. Kalau pakai layanan cloud computing, paket apa yang dibeli. Apakah kayak saya waktu bulan tua, kalo beli kuota suka yang pahe unlimited, tapi kalo dibawa boker, sesi ngebomnya dah kelar loading halaman belom selesai. Kwkwkwkwkk

Lagarenze 1301

Sebenarnya, teknologi Optical Character Recognition atau OCR sudah sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari lewat aplikasi yang bertebaran di Google Play atau App Store. Satu di antaranya: image to text. Aplikasi itu bisa mengubah gambar yang berisi huruf atau angka menjadi teks. Tingkat akurasinya bahkan mencapai 99,9 persen, pun jika itu angka 8, 7, 6, 5, atau 2. Hebatnya lagi, aplikasi itu bisa langsung menerjemahkan hasil pembacaan ke dalam bahasa apapun yang diinginkan. Oh, ya, teknologi OCR juga telah membantu anak sekolah untuk mengerjakan tugas. Situs Brainly, misalnya. Anak kita cukup memotret soal yang dalam bentuk persamaan atau pertanyaan, dan mesin OCR Brainly akan mengerjakannya: membaca foto soal, memprosesnya, dan memunculkan soal yang sesuai hasil bacaan berikut jawabannya. Teknologi ini juga bisa saja dipakai oleh editor Disway yang menangani CHD. Foto screenshot komentar pilihan yang dikirim Pak Dis diproses dengan aplikasi sejenis image to text, hasilnya bisa langsung di-copas. Tapi, mungkin cara manual dengan mencocokkan foto dan komen yang ada di CHD dirasa lebih praktis, he-he-he. Catatan: komen ini saya ketik di Notes kemudian saya screenshot. Foto hasil screenshot saya konversi ke teks pakai aplikasi. Hasilnya: tidak ada error, persis sama dengan yang di Notes.*

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Seorang politisi meninggal dunia dan sedang mengantre di gerbang akhirat. Di depannya berdiri seorang pria yang mengenakan kacamata hitam, kaos oblong, jaket kulit, dan celana jeans. Malaikat menanyai orang itu: "Sebutkan siapa kamu, sehingga aku dapat mengetahui apakah kamu akan diterima atau tidak." Pria itu menjawab, "Saya Ngadimin, sopir taksi, dari Kajarta." Malaikat melihat daftarnya. Dia tersenyum dan berkata kepada sopir taksi: "Ambil jubah sutra dan tongkat emas ini dan masuklah ke dalam." Sekarang giliran si politisi. Dia berdiri tegak dan berseru, "Saya Lagarenze, empat periode menjadi pimpinan DPR, saya selalu berpidato di hadapan rakyat tentang kebaikan dan jalan menuju surga." Malaikat melihat daftarnya. Dia berkata kepada si politisi: "Ambil jubah katun dan tongkat kayu ini dan masuklah ke dalam." “Tunggu sebentar,” kata politisi, "orang itu adalah seorang sopir taksi, saya tahu sering ugal-ugalan kalau mengemudi, dan dia mendapat jubah sutra dan tongkat emas. Bagaimana ini bisa terjadi?" “Di sini, kami bekerja berdasarkan hasil,” kata malaikat. “Saat Anda berpidato, orang-orang tertidur. Sedangkan dia, saat mengemudi orang-orang berdoa."

Liam Then

Nasi sudah jadi bubur, mau OCR, OK-OCE, apa semua sudah terjadi , meskipun tak sesuai harapan, life's must go on, yang penting sekarang OK GASS.......sudah jadi...janji makan siang gratis untuk anak-anak sekolah, terutama di bagian timur Indonesia, mulai dari Papua. Harus terwujud. Kalo ngga, saya kayaknya bakal gabung Ko JZ , kalau waktu itu beliau belum pensi ngomel....hehehe...

Juve........Zhang

@LT....Dubai sudah membangun banyak wisata kelas Dunia....nampak Gagal....wisata di Gurun tak nyaman....40.s.d.43 celsius....kita mau wisata atau di panggang api???...wkwkwkkw....

Lagarenze 1301

Waktu terbit CHD pun seperti angka digital yang dibaca Sirekap. Sering tidak sinkron. Angka seharusnya 04.00. Tapi, sangat jarang terbaca seperti itu. Kebanyakan angka yang lebih besar. Tidak beraturan. Pernah 05.51. Tiga hari lalu 05.26. Hari ini 05.00. Sirekap ala CHD akan semakin kelimpungan karena waktu terbit yang sebenarnya sering berbeda dengan yang tertulis di CHD. Terbit pukul 04.05 atau 04.13, misalnya, tetap tertulis 04.00. Contoh lain, hari ini terbit pukul 05.00 tapi tertulis 04.58. Sirekap CHD juga perlu diperbaiki. Kalau jam digitalnya pakai baterai, mungkin baterainya sudah soak.:) :)

Fiona Handoko

selamat pagi bp djoko. bagi yg akan bersekolah ke negeri kanguru. tentu kenal istilah "group of 8". group of 8 adalah koalisi 8 universitas terkemuka di australia yg selalu hadir di jajaran 150 besar qs university world ranking. anggotanya adalah univ of adelaide (kampus ahli virus drh indro), anu, mel u, monash univ, unsw, uq, usyd dan uwa.

djokoLodang

--o-- ANGKA DELAPAN Ada lukisan yang sangat terkenal. Dari Tiongkok. Lukisan delapan kuda sedang berlari kencang. Kuda berlari kencang = kerja keras menuju keberhasilan. Delapan penjuru angin. Delapan juga dipercaya sebagai angka keberuntungan. Barangkali p DI juga punya lukisan delapan kuda ini, Yang dipasang di rumah atau di kantor. Mungkin juga Abah suka makan di restoran Shabu Hachi. Dan, rasa iri kepada teman yang dapat angka 8 itu sudah sirna. Karena mimpi Abah sudah terwujud. Karena Rahmat dan Berkah Allah. --jL--

Sri Wasono Widodo

Beberapa kesalahan SIREKAP: 1) Salah baca OCR. 2) Salah dalam menjumlahkan, satu TPS bisa ribuan, seharusnya maksimal 300 an. 3) Lonjakan suara PSI dari tanggal 24 Februari 2024 2,54% pada tanggal 8 Februari 2024 menjadi 3,01%, jauh di atas quick count yang rata rata 2,65% 4) menurunnya suara PPP 38.000 pada tanggal 29 Februari 2024 5) kesalahan fatal SIREKAP adalah ia hanya sekedar pembantu, bukan bos.

Fa Za

Jika yg bikin aplikasi adalah anak bangsa, tapi tdk sesuai ekspektasi, akan banyak yg menghujat. Jika yg bikin aplikasi orang luar negeri, dan bagus, akan banyak yg mencurigai.

Mulia Rezq

Saya tahun ini kedapuk jadi ketua KPPS, dan sejak awal ikut group WA siRekap di tempat kami, aplikasi ini hampir selalu error hingga H-2, pada saat Bimtek SiRekap pun yang dibahas lebih banyak masalah error, baik error login, capture plano hingga masalah upload, bukan masalah teknis cara penggunaan, dan menulis plano. Makanya saat H-2 saya minta petugas IT PPS meminta KPU untuk buat PLAN B, mengingat siRekap sptnya gak bisa diandalkan. Dan akhirnya kami semua TPS hanya diminta menfoto plano dan mengapload ke WA KPU, persis sama dengan saat masih situng dulu. Kesimpulan saya siRekap memang aplikasi abal-abal, kebesaran ide saja. Over promise under deliver. Ngabisin energi saja...heran aja team ITB kok payah banget buat aplikasi spt ini... Kesimpulan untuk siRekap ini: Registrasi aplikasi susah, login susah, upload data susah, baca data error, hasilnya kita bisa perkirakan sendiri... yang lebih menyedihkan lagi, eksekusinya khan kami anggota KPPS...sudah sangat direpotkan dengan siRekap dapatnya paido... duuh... duh.

Mulia Rezq

Sangat dimungkinkan feature ngeblog buletan ini tidak berfungsi/difungsikan, mengigat gak pernah dibahas saat bimtek TPS, focusnya ya itu buat angka model digital yang diterangin abah diatas itu... sekali itu gak kebaca atau error, ya gak ada kompare lagi dengan metode membaca yang lain...

ACEP YULIUS HAMDANI

Seingat saya, menggunakan angka digital (OCR) dimulai ketika waktu SD tahun 1985 waktu ada Ebtanas (Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional) berlanjut sampai kuliah yaitu waktu membuat KRS (Kartu Rencana Studi), kata anak sekarang mah "bangke", ngeselin banget, udah mah harus cari pensil 2B ori dengan merk tertentu (karena pada jaman itu sudah banyak pensil 2B, yang gak jelas bikinan siapa), pekerjaan berikutnya menghitamkan bulatan, selain harus tebal (seperti dompet Abah ) dan hitam , juga harus sesuai dengan angka atau huruf yang kita inginkan, kalau salah ?, ambyar dah, karena OCR nya bacanya lain atau bahkan tidak bisa terbaca (seperti upload-an formulir C pada sirekap). Jadi kalau saya perhatikan kita masih menggunakan teknologi yang sudah sangat lama, seyogyanya teknologi itu sudah sangat cermat dan bijak, bisa membedakan angka-angka real dan angka-angka imaginer, dan anda sudah tahu Sirekap itu biayanya Wah banget, dan ujung-ujungnya tidak dipakai, sangat mubazier sekali, bayangkan jka biaya sirekap dipake Tunjangan Sosial (bukan bansos) mungkin ribuan orang terselamatkan. tapi itulah yang terjadi, Si Hitam sudah tidak jelas riwayatnya, walau saling pandang, sapa dan senyum selama 5 jam, tetap itu akan menjadi rahasia Abah DI dan Si Hitam.....

Lagarenze 1301

Hayoo, siapa yang suka memperhatikan detail. Foto utama CHD semula hanya dua angka 8: yang kiri seperti tulisan tangan saya, yang kanan seperti angka digital. Tak lama, foto utama berubah, berganti menjadi empat angka: 5288. Padahal, opening CHD menggunakan kalimatu ini: "LIHATLAH dua angka itu: mana yang angka delapan." Foto tulisan CHD di Harian Disway lain lagi. Empat angka juga, tapi kebalik: 8852. Entah nomor mana yang tembus di bandar Singapura malam ini. :) :)

Handoko Luwanto

Seingat sy di lembaran perhitungan (Formulir C, cmiiw) sudah ada format penulisan angka2 dengan mewarnai bulatan yg mewakili tiap angka. Ada 4 kolom, tiap kolom mewakili satuan, puluhan, ratusan & ribuan. Tiap kolom dijajar vertikal bulatan berisi angka 0 - 9. Lalu Rekaper mewarnai 1 bulatan pada tiap kolomnya sesuai angka hasil perhitungannya. Btw, kalo OCR angkatan 90an bisa jadi masih cupu, susah membedakan begitu banyak variasi penulisan angka. Masa OCR angkatan 2020an tidak juga memanfaatkan AI ? OCR nya mestinya bisa "diajari" mengenal aneka gaya penulisan angka 0-9. Tapi paling aman ya pakai metode gaya isian jawaban multiple choice jaman SPMB sperti kalimat paling atas. OCR kelas cupu tentu lebih mudah membaca blok bulatan yg beda sendiri warnanya di tiap kolom. Yg mana jarak antar kolom & barisnya sudah baku.

Dacoll Bns

Memang banyak keanehan di aplikasi yg digunakan KPU ini, seperti input angka hasil pemilu yang bisa sembarangan, pdahal dari dulu aplikasi seperti POS (point of sales alias aplikasi kasir) sudah paham input jumlah total barang yg dibeli pelanggan tidak bisa lebih dari stok barang di toko. Ini input suara salah satu pihak di TPS tertentu kok bisa lebih besar dari total pemilih. Sama satu lagi, jika memang benar error tersbut adalah karena angka 8 yg dikira angka 0 heran saya kok jumlah suaranya bisa lebih besar, misal suara 58 harusnya kebaca 50, seharusnya minus 8 yg terjadi malah plus 0 di belakang jadi yg kebaca 580... wallahualam

Handoko Luwanto

Jurnal Prusuh Disway Edisi: Tirai Keluarga (Kam,07-03-2024) #.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain:meReplyOrangLain] #1.ACEP YULIUS HAMDANI (1;183)★ [4:0] #2.Afa (3;85) [0:2] #3.Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺 (11;624)★ [3:6] #4.Bangun Bisaptohadi (1;11) #5.Beny Arifin (1;41) #6.bitrik sulaiman (3;25) [0:2] #7.creza mahrezaldy (1;106)✏️ #8.Dasar Goblik (1;3) [1:0] #9.DeniK (2;14) #10.didik sudjarwo (1;9) #11.djokoLodang (12;297)★★⭐️ [3:5] #12.Echa Yeni (4;27) #13.Fiona Handoko (3;232)★ [1:2] #14.Fra Wijaya (1;25) [1:0] #15.Gianto Kwee (2;2) #16.Gregorius Indiarto (6;160) [6:2] #17.Handoko Luwanto (4;328)★ [1:1] #18.Ibnu Ukkasyah (1;168)★ [1:0] #19.ilham bintang (1;7)✏️ [1:0] #20.Jimmy Marta (3;120) [1:1] #21.Jo Neca (11;320)★⚾️ [1:8] #22.Johannes Kitono (1;220) [1:0] #23.Jokosp Sp (8;316)★ [2:5] #24.Juve Zhang (14;938)✒️ [9:0] #25.Lagarenze 1301 (6;408)★★⭐️⏰ [2:1] #26.Lègég Sunda (5;56) [1:1] #27.Leong Putu (9;176)⚽️ [11:0] #28.Liam Then (1;26) #29.M.Zainal Arifin (5;53) [0:1] #30.Mbah Mars (3;205) [4:1] #31.Moh Nasrudin (1;14) #32.Muh Nursalim (1;90) [4:0] #33.MULIYANTO KRISTA (8;66)★⚾️ [0:8] #34.Parikesit (8;348) [3:4] #35.Pedro Patran (1;1) #36.rid kc (1;54) [2:0] #37.Rizal Falih (4;241)★ [1:1] #38.siti asiyah (2;8) #39.Thamrin Daffan (3;344)★ [0:3] #40.thamrindahlan (1;116) [1:0] #41.Udin Salemo (12;381)⚾️ [0:8] #42.Wilwa (1;22) [0:1] #43.Xiaomi A1 (2;85)★ [1:0] #44.yea aina (3;215) [0:1] #45.Yellow Bean (3;44) [0:2] #46.yulian yulian (1;34) Total: 177 Komentar dengan 15★ dari 13 Orang ✏️: Rookie per 30Sep2023 (2 Orang) ✒️: Komentar Terbanyak ★: Komentar Pilihan ⭐️: Komentar Pilihan Terbanyak ⚽️: Terbanyak Direply ⚾️: Terbanyak Mereply ⏰: Pertamax

Fiona Handoko

selamat pagi bp thamrin, bp agus, bp jokosp, bp jo, bp djoko dan teman2 rusuhwan. walaupun menurut koesplus. tanah kita tanah surga. tongkat kayu dan batu jadi tanaman. ternyata untuk penanaman singkong. negara kita kalah dengan nigeria. dikutip dari radarmukomuko. disway. id. produsen singkong terbesar di dunia adalah nigeria. 60 juta ton per tahun. peringkat kedua adalah ghana . 41 juta ton per tahun. peringkat ketiga thailand. lalu indonesia? di peringkat ke lima. dengan hasil 18, 3 juta ton. masih mengutip radarmukomuko. disway. id. dituliskan bahwa singkong baik sebagai sumber pangan. karena ada serat dan karbohidrat kompleks. sehingga baik untuk saluran pencernaan dan mengurangi kadar gula darah. singkong juga kaya antioksidant. lalu mengapa tanah surga kita kalah dari nigeria, ghana dalam produksi singkong? lha mereka tanam singkong panennya singkong. kalau kita? hmmm, belum ada jawabnya di laman radarmukomuko. disway. id

Jimmy Marta

Boleh juga ide nya. Angka2 tinggal ditempel. Eh, kalau nanti ada yg nyopot, ganti ga bahaya tah..?

Udin Salemo

inyong gak habis pikir kenapa bulog bikin beras sachet 200 gram dengan harga 2500 rupiah per sachet. mungkin perlu orang dengan IQ 137++ untuk menjelaskan kegunaan dan manfaat beras dibuat sachetan, wkwkwk... atau ko JZ jangan2 juga menjelaskan beras sachetan itu. selain ahli keuangan argentina dan venezuela kayaknya sekarang sudah ahli beras juga, hehehe....

DeniK

Calistung Baru terasa setiap lima tahun penting nya calistung.biar Tidak terjadi 20+20=2020 .

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

@Lagarenze 1301.. USIA 28. Sebenarnya tempat tidurnya DIAM. Itu sudah pasti. Karena tempat tidur adalah BENDA MATI. Tapi tidur bersama si 28, kadang tempat tidurnya GOYANG. ### Awal pelan. Kemudian KERAS. Kemudian pelan lagi. (Kadang KRENGKAT KRENGKET)..

Fiona Handoko

selamat pagi bp 1301. apakah ini mirip dengan kisah perangko dan amplop?

Lagarenze 1301

Apa perbedaan antara perempuan berusia: 8, 18, 28, 38, 48, 58, 68, 78, dan 88 tahun? Usia 8: Anda membawanya ke tempat tidur dan menceritakan sebuah dongeng agar dia tertidur. Usia 18: Anda menceritakan sebuah kisah kepadanya dan bermimpi membawanya ke tempat tidur. Usia 28: Anda tidak perlu membuat sebuah cerita untuk membawanya ke tempat tidur. Usia 38: Dia menceritakan sebuah kisah dan membawa Anda ke tempat tidur. Usia 48: Anda menceritakan kepada dia kisah, agar terhindar dari tempat tidur. Usia 58: Anda tetap di tempat tidur untuk menghindari ceritanya. Usia 68: Jika Anda membawanya ke tempat tidur, itu akan menjadi sebuah cerita. Usia 78: Anda dan dia hanya sama-sama terdiam di tempat tidur. Usia 88: Tak ada lagi cerita dari tempat tidur.*

tiviboxsaya android

Pak @JM... saya sebenarnya kurang setuju dengan adanya sirekap ini. Buat apa ? Toh yang dipakai nanti hasil penghitungan manual berjenjang. Itu yang resmi sesuai UU. Sirekap ini memboroskan biaya saja dan menimbulkan banyak kegaduhan. Lebih baik anggaran itu untuk tambahan honor KPPS nya saja. Toh mereka kerja ada yang sampai pagi hari berikutnya. Wajar mereka diberi kompensasi lebih.

Ali Mahrus

"Memang baru di Pemilu 2024 KPU pakai sistem sirekap", bukan Abah, KPU sudah pakai sistem sirekap sejak Pilkada (Bupati) sejak 2020, cuma waktu itu seingat saya OCR-nya tidak perlu memakai tulisan angka digital, dan ada menu Edit jika pembacaan OCR tidak sesuai dengan angka yang tertulis di C-Plano, sehingga memudahkan KPPS untuk membetulkan, meski begitu problem yang kami alami di lapangan sama seperti dengan kendala tahun ini, yaitu ketidakmampuan Server, proses Upload yang sangat berat

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

ANGKA 8 - MELAMBANGKAN "INFINITY".. Simbol tak terhingga ( ∞ ), angka 8 yang TERGULING/ TIDUR, merupakan simbol matematika yang mewakili konsep tak terhingga. Sehingga sering dikaitkan dengan KEBERUNTUNGAN. Karena itu, bagi yang PERCAYA dan SUKA, sampai ada yang minta nomor PLAT MOBIL nya ada unsur ANGKA 8. Dan angka lain yang dianggap BAIK. Simbol angka 8 pertama kali digunakan secara matematis oleh John Wallis pada abad ke-17. Meski kalau ditelusur juga memiliki sejarah penggunaan lain yang lebih panjang.  Dalam matematika, ini sering mengacu pada proses tak terhingga (POTENSI tak terhingga) daripada nilai tak terhingga (tak terhingga AKTUAL). ### "Ilmu" gathuk dan ilmu "cocokologi" angka 8 kadang benar terjadi - bagi yang percaya, tapi itu lebih karena "penganutnya" akhirnya TERMOTIVASI oleh KEYAKINANNYA. (Tuhan itu tergantung PRASANGKA hambanya)..

Afa

Om @wilwa, idiom 天长地久 tiān cháng dì jiǔ (selamanya) sekarang sudah bergeser maknanya: 不在乎天长地久,只在乎曾经拥有 Bùzàihū tiānchángdìjiǔ, zhǐ zàihū céngjīng yǒngyǒu [Enggak penting apakah akan bertahan sepanjang masa. Yang terpenting apakah dia pernah menjadi milik Anda].

Wilwa

Dan paling repot untuk lidah orang Indonesia adalah pinyin Q dan Z. Q dibaca Ch. Z dibaca C. Tapi J dan Z walaupun sama-sama dibaca C tapi ada sedikit perbedaan yang susah dieja oleh lidah orang Indonesia. Demikian pula Q dan C yang sama-sama dibaca Ch. Perbedaannya hanya pada ada tidaknya hembusan yang dikeluarkan. Ko Everyday Mandarin pernah menyinggung hal ini yaitu bagaimana sulitnya membedakan J dan Z serta Q dan C.

Wilwa

@Agus. Angka 9 atau Jiu 九 (nine) memang persis sama nadanya dengan Jiu 久 (long time) yaitu nada ketiga. Ungkapan tian chang di jiu 天长地久 (Heaven “Long” Earth “Long”) punya makna Langit “Abadi” Bumi “Abadi”. Biasanya terdengar dalam Mandarin Love Songs untuk “menggombal” mengenai janji cinta yang “abadi” alias “till death do us apart”.

Beny Arifin

5 tahun lalu saya develop system pakai OCR untuk keperluan perusahaan. Tapi tidak berlanjut karena rentan kesalahan. Jangankan tulisan tangan, tulisan printer pun masih rawan salah. Padahal kebutuhannya yang tidak boleh ada kesalahan sama sekali. Maka ketika kepolisian RI develop kamera untuk deteksi plat nomor di jalan, saya sudah prediksi ujungnya. Keheranan saya memuncak saat tahu KPU develop OCR yg membaca tulisan tangan, untuk event sepenting pemilu. Seperti menggali lubang kuburnya sendiri.

Juve ...... Zhang

Musisi yg di jadikan komisaris telko#@#$.....buka suara bonus dan gaji setahun 15 ember pertamax....mak Jleb....dia tak paham seluk beluk industri telekomunikasi....tapi jadi juga asal di tunjuk sang dermawan beras.....wkwkwk..apa gak hancur ekonomi kita.....emak emak demi beras bulog 5 kg rela jemur panas panasan sampai pingsan.....petani rela di gebukin beras ceperan asal masih bisa bernafas....tukang ojol mengais duit antar Go Food hanya dibayar 5000 belum potong bensin...ban...rusak ini itu.....sudah gak sehat cara pemberian bonus bumn kita....gaji komisaris 100 jeti sebulan dengan bonus setahun dapat 15 EMber pertamax apa gak gila ....???? Rasa rasa nya habis uang gak jelas mengalir ke mana?...info 15 EMber ini dari Orang Besar dalam bidang Jurnalistik tapi bukan pak Bos kita....hanya lihat di YT....sudah Gak masuk Akal sehat....

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda