Setelah Tulang Korban Ditumbuk, Lalu Dibakar

Kapolres Wonogiri, AKBP Muhammad Indra Waspada Amirullah, menginterogasi Sarmo tersangka pembunuhan berencana dua rekannya, Sabtu (9/12/2023). (FOTO: Solopos/Muhammad Diky Praditia)

COWASJP.COMDalam dua tahun, Sarmo, 35, membunuh dua orang, Agung Santoso, 47, dan Sunaryo. Cara sama: Diracun potasium sianida. Motif mirip: Sarmo ngemplang utang. Polisi tak punya bukti. Sampai Sarmo ditangkap Senin (4/12/2023) karena mencuri gergaji. Dari situ pembunuhan berantai terbongkar. Sadis.

***

POLA pembunuhan berantai Sarmo konsisten. Ia menjerat korban dengan kerja sama usaha penggergajian kayu di Dusun Ciman, Desa Semagar, Girimarto, Wonogiri, Jateng.

Sarmo punya usaha jasa penggergajian kayu. Lalu menjerat investor. Mengajak kerja sama usaha, bagi hasil. Lalu ia curang. Ketika investor marah karena dicurangi, Sarmo membunuh.

Kasatreskrim Polres Wonogiri, Iptu Yahya Dhadiri, kepada wartawan menerangkan awalnya Sarmo ditangkap karena mencuri gergaji mesin di usaha penggergajian di Desa Kerjo Lor, Kecamatan Ngadirojo, Kabupaten Wonogiri. Sarmo mencuri gergaji mesin pada Senin (13/11/2023). Ditangkap Senin (4/12/2023).

Iptu Yahya: “Sebenarnya, tersangka sudah lama kami pantau sebagai terduga pembunuh dua orang. Pernah ia kami periksa. Tapi tak cukup bukti, sehingga kami lepaskan. Setelah ia kami tangkap karena mencuri gergaji, kami selidiki pembunuhan lebih dalam. Terbukti. Dan, tersangka mengakui. Makam dua korban itu kami bongkar.”

Sarmo terduga pembunuh berantai yang sangat teliti. Jasad Agung dikubur di dekat tebing curam yang jarang dilewati orang pada Rabu, 24 November 2021 di sebuah gubuk di ladang jahe, Dusun Ciman.

Jasad Sunaryo ia tanam di bawah tempat tidur rumah Sarmo di Dusun Ciman, sejak Rabu, 27 Maret 2022 malam. 

Setelah polisi membongkar dua pembunuhan itu, makam keduanya dibongkar. Jasad Agung tinggal tulang, tapi masih pakai baju koko dan sarung. Jasad Sunaryo tinggal tulang jari kelingking.

Ternyata, setelah Sarwo diperiksa polisi atas dugaan pembunuhan Agung pada Juni 2022, Sarwo membongkar kuburan Sunaryo di bawah tempat tidur Sarwo di rumahnya. Jasad Sunaryo tinggal tulang. Kemudian, tulang itu ditumbuk sampai halus. Menggunakan alu kayu jati.

Sarwo mengaku ke polisi: “Tulang saya tumbuk dengan kayu jati sampai halus. Terus, bubuk tulang itu saya bakar dengan serbuk kayu dan ban bekas.”

Nyaris total jasad Sunaryo lenyap. Tersisa tulang jari kelingking dan serpihan tulang iga. Rupanya bagian itu tercecer, tidak sempat ditumbuk. Dijadikan barang bukti penyidik. Jadi, selama ini Sarwo tidur di atas makam korban yang ia bunuh.

Kronologi korban pertama. Istri Agung Santoso, Katin, 47, kepada wartawan, Sabtu (9/12) menceritakan:

Agung dan Sarmo kenal karena usaha yang dijalankan bersama yakni bisnis penggergajian kayu. Sarmo pelaksana, Agung investor. “Mas Agung inves Rp 800 juta secara bertahap di bisnis itu. Hasilnya dibagi dua,” kata Katin.

Ternyata bisnis tidak jalan seperti perjanjian. Bukan untung, malah merugi. Agung mencurigai, Sarmo curang atau korupsi.

Rabu, 24 November 2021 sore, Agung meninggalkan rumah di  Desa Sajen, Trucuk, Klaten, Jateng. Ia pamit ke istri, hendak ke rumah Sarmo untuk mempertanyakan kerja sama bisnis itu. Agung berangkat naik motor Honda Beat warna hitam bernomor AD 2280 AC. 

Sejak itu Agung tak pulang lagi. Hilang. 

Agung ketika memarahi Sarmo, reaksi Sarmo tenang saja. Ia masuk rumah mengambil air minum, diserahkan ke Agung. Langsung diminum. Air itu sudah dicampur potasium sianida. Agung menggelepar, tewas. Mayatnya dikubur saat itu juga di tebing curam di kebun jahe.

Katin lapor polisi. Lalu polisi mendatangi rumah Sarmo, memeriksa Sarmo. Dijelaskan Sarmo, Agung memang menemuinya pada Rabu (24/11/2021). Tapi setelah itu Agung pulang. Polisi tak punya bukti.

Katin tetap curiga berat pada Sarmo. Dia terus memantau. Beberapa waktu kemudian, keluarga Agung menemukan motor Beat mirip punya Agung yang dipakai tetangga Sarmo. Itu dilaporkan ke polisi.

Polisi mendatangi Sarmo lagi, memeriksa motor tersebut. Ternyata, nomor polisi motor sudah diganti. Nomor mesin dan nomor rangka sudah digerinda, rata. Jadinya itu motor bodong. Lagi-lagi polisi tak punya bukti menjerat Sarmo.

Korban ke dua, Sunaryo. Kenal Sarmo sudah cukup lama. Sarmo utang ke Sunaryo Rp 48 juta, dengan menggadaikan mobil Granmax. Setelah lewat jatuh tempo pembayaran, Sarmo belum bayar. Ditagih Sunaryo, Sarmo terus beralasan. Sampai dua bulan.

Rabu, 27 April 2022 malam, Sarmo menelepon Sunaryo, bilang akan bayar utang. Sunaryo diminta datang ke rumah Sarmo membawa mobil Sarmo yang digadaikan itu. Maka, Sunaryo mendatangi Sarmo.

Di rumah Sarmo, utang Rp 48 juta memang dibayar kontan, mobil dikembalikan. Lalu Sunaryo minta diantar pulang, karena di dusun itu tidak ada kendaraan umum. Sarmo mengantar Sunaryo pulang dengan mobil gadaian itu.

Dalam perjalanan, Sarmo mengajak mampir ke warung angkringan di Kecamatan Girimarto. Di sana, Sarmo memberikan racun potasium sianida pada minuman teh Sunaryo. Tidak berselang lama, Sunaryo mengaku pusing. Maka, cepat-cepat Sarmo mengajak masuk mobil, melaju berputar-putar keliling desa.

Sampai Sunaryo tewas. Lalu mobil mengarah balik ke rumah Sarmo. Jenazah Sunaryo dikubur di bawah tempat tidur Sarmo, yang tiga bulan kemudian tulangnya ditumbuk, serbuk tulangnya dibakar.

Kapolres Wonogiri, AKBP Andi Muhammad Indra Waspada Amirullah, kepada wartawan mengatakan, Sarmo dijerat pasal berlapis: Pasal 340 KUHP atau Pasal 338 KUHP subsider Pasal 339 KUHP. Ancaman hukuman mati.

Jelas, Sarmo pembunuh berantai. Umumnya pembunuh berantai membunuh para korban dengan cara yang mirip. Di kasus Sarmo, diracun. Motifnya juga mirip: Penipuan, berdalih investasi dan utang. Hari pembunuhan (mungkin kebetulan) sama: Rabu malam.

Ronald M. Holmes dalam bukunya berjudul: Serial Murder (1998) menyatakan, pembunuh berantai rata-rata membunuh para korban dengan pola dan motif yang mirip. Jika sedikit ada variasi, tujuan pelaku adalah untuk mengecoh penyidik yang sudah mengincar.

Di bukunya Holmes membagi motif pembunuh berantai jadi empat: Visioner, Comfort atau Gain, Hedonistik, Power Control. Nomor satu dan dua model kuno (banyak dilakukan sebelum abad ke-20). Tiga dan empat pasca abad 20.

Kasus Sarmo masuk nomor dua, Comfort Killer. Membunuh berantai demi kenyamanan atau keuntungan pelaku. Biasanya, ini jenis penjahat bermotif ekonomi (cari gain). Misal: Penipu, pencuri, perampok, semua yang bermotif mencari harta dengan cara kriminal.

Dalam hal motif, Comfort Killer mirip pembunuh bayaran, yang juga membunuh berulang. Tapi Holmes membedakan pembunuh bayaran dengan Comfort Killer. Pembunuh bayaran membunuh berulang karena disuruh, Comfort Killer atas inisiatif sendiri. 

Comfort Killer sebelum jadi pembunuh, umumnya penipu, penggelapan, pencuri, utang tidak bayar, perampok. Demi kenyamanan diri, mereka melakukan kejahatan itu. Lama-lama jadi pembunuh berantai dengan motif yang sama.

Umumnya, Comfort Killer membunuh kerabat atau orang yang dikenal, demi merampas harta. Cara pembunuhan umumnya jenis soft, yakni menggunakan racun. Bukan jenis keras seperti penembakan atau menggunakan senjata tajam.

Pembunuh berantai jenis ini, pasti akan mengulang pembunuhan dengan motif dan cara bunuh yang sama. Tapi, mereka juga waspada terhadap pelacakan polisi. Maka, biasanya mereka membunuh dengan jeda waktu tertentu agar tidak mencolok. 

Dari segi frekuensi pembunuhan, jenis ini paling jarang membunuh dibanding tiga jenis pembunuh berantai yang disebutkan Holmes itu.

Repotnya, pembunuh jenis ini rata-rata orang yang tampak ramah, pandai bergaul, pandai bersilat lidah. Sehingga sulit dikenali masyarakat. Tapi, ada satu ciri yang khas, suka bohong dan berkhianat. Sebab, pada dasarnya penipu.

Merujuk teori Holmes, Sarmo tergolong berbahaya. Ia cenderung mengulangi membunuh, setelah bebas hukuman penjara, kelak. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda