Sang Begawan Media

Minus Dua

Letjen TNI Purn TB Silalahi meninggal dunia di usia 85 tahun. Almarhum sedang berada di acara Asrama Yayasan TB Soposurung Balige beberapa waktu lalu. (FOTO: Tribun Medan/HO)

COWASJP.COM – DARI Bandara Halim saya langsung ke RSPAD. Jenazah Opung ternyata sudah diberangkatkan ke Balige. Pakai pesawat carter. Opung dimakamkan di sana. Di kampung halamannya. Kemarin. 

Opung memang sudah lama menyiapkan makam untuk dirinya: Di Hall of Silence kompleks museum Letnan Jenderal Purn TB Silalahi. Itu juga disebut TB Silalahi Center.

Saya dua kali ke museum itu. Dari lantai duanya terlihat Danau Toba yang damai. Di antara museum dan danau itu terhampar petak-petak sawah yang padinya lagi menguning.

Di museum itu perjalanan karir militer Opung disajikan. Foto, pakaian, senjata, dan apa pun yang terkait dengan perjuangannya di TNI dipajang. Termasuk ketika menjadi komandan pasukan perdamaian di Timur Tengah.

Ini juga bisa disebut museum Batak. Benda-benda budaya diabadikan di situ. Itulah budaya yang membentuk kepribadian Opung.

Opung mendalami budaya Arab. Juga soal Islam. Ia menjadi pembina salah satu organisasi pesantren yang besar di Jawa Barat. Saya diperkenalkan ke banyak kiai muda di sana. 

Organisasi itu dikenal luas sering mengadakan lomba marawis se Jabar.

Opung begitu sering menerima penghargaan sebagai lulusan terbaik di berbagai sekolah komando. Juga di sekolah komando gabungan, Seskogab. 

Tapi karir jabatannya di TNI mirip Opung satunya: Jenderal Luhut B. Pandjaitan. Sama-sama istimewa tapi tidak pernah jadi pangdam, jadi KSAD, apalagi jadi panglima TNI.

Opung bisa menerima itu dengan realistis. Tapi ada satu yang sangat mengganjal di hatinya. Juga di pikirannya: mengapa tidak bisa memiliki bintang empat. 

Opung pensiun dengan tiga bintang (letnan jenderal TNI). Hanya itu. Ia tidak menyesal tidak pernah menjadi KSAD. Opung menyadari hidupnya ditakdirkan untuk minus dua: bukan Jawa dan bukan Islam. Ia tidak menyebutnya Batak dan Kristen –karena yang suku non-Jawa agama non-Islam lainnya juga mengalami nasib serupa di zaman itu.

''Kau lebih berat lagi,'' kata Opung sambil menunjuk orang terdekatnya: Robert Njoo. ''Kau minus tiga,'' ujar Opung. Maksudnya: Njoo punya tambahan minus satu lagi. Njoo adalah Tionghoa.

''Untuk bisa dapat posisi yang baik kau harus tiga kali lipat lebih pintar dari orang Jawa. Kau harus tiga kali lebih rajin belajar. Kau harus tiga kali kerja lebih keras,'' kata Opung.

Semua yang tiga kali lipat itu ia lakukan untuk dirinya juga. Karena itu ia pintar. Bisa naik pangkat sampai letnan jenderal. Tapi posisi terbaiknya adalah guru. Opung menjadi pengajar favorit di Sesko, Seskogab, maupun di Lemhanas. Opung asyik sekali kalau mengajar. Ia menikmatinya. Murid-muridnya sudah banyak yang jadi jenderal bintang empat. Justru gurunya yang tertinggal.

Gagal melayat Opung saya langsung melayat yang lain: ayah Robert Njoo. Ia juga meninggal. Umur 89 tahun. Hanya selisih beberapa jam dari Opung.

''Saya minus dua hari ini,'' kata Njoo dengan logat Bataknya. ''Dua bapak saya meninggal hampir bersamaan,'' tambahnya.

Padahal Opung sudah berpesan agar Njoo-lah yang mengurus jenazahnya bila meninggal dunia. Njoo pun sudah menyanggupinya. 

Permintaan itu disampaikan Opung ketika ia jatuh di kamarnya hampir dua tahun lalu. Saat itu Opung sudah lama sakit-sakitan. Tengah malam itu ia ingin ke kamar mandi. Jatuh. Njoo ditilpon. Njoo membawa Opung ke rumah sakit. Kepala bagian belakang Opung harus dijahit tujuh jahitan.

Sejak itu kondisi Opung kian lemah. Makannya terlalu sedikit. Banyak makanan yang dilarang: yang bergula, bergaram, berlemak, dan banyak lagi. Berat badannya tinggal 48 kg. 

Saya beberapa kali ingin menjenguk Opung. Tidak berhasil. Opung tidak mau dijenguk siapa pun. Hanya Njoo yang bisa bertemu Opung. Atau anak-anak dan menantunya. 

Opung sendirian di rumah besar di daerah elite Simprug Jakarta. Istrinya punya rumah sendiri. Pun anak-anaknya.

Saya pernah bermalam di vila Opung yang di tebing Danau Toba. Waktu itu Opung membuat panggung besar di Balige. Untuk saya. Penyanyi top nasional asal Tapanuli, Judika, jadi bintang panggung yang luar biasa. 

Petangnya kami berperahu menyeberang Danau Toba. Kami  bermalam di vila. Kami juga berenang-ria di tepian danau itu, di depan vilanya.

Opung termasuk tokoh yang ingin agar saya jadi calon presiden. Saya diminta ikut konvensi calon presiden Partai Demokrat. Opung termasuk orang penting di partai itu. Di dewan pembina.

Kepada Opung saya memang lapor: dua kali diminta Presiden SBY untuk ikut konvensi. Saya sendiri tidak ingin ikut konvensi. Tapi Opung terus mendorong agar saya menerima permintaan itu.

''Saya sendiri akan jadi ketua tim sukses Adinda,'' ujar Opung. ''Saya ada kantor kosong di Capital. Bisa Adinda pakai,'' tambahnya. Opung tahu saya juga tinggal di Capital. ''Kalau ke kantor tinggal pindah lift,'' tambahnya.

Maka Robert Njoo pun ikut aktif mengurus strategi pemenangan saya. Ikut diskusi-diskusi dengan tim pemenangan dari berbagai golongan yang lain. 

Saya semakin tahu Opung. Termasuk keinginan tertingginya untuk bisa mendapat tambahan bintang di masa purnawirawannya. Ia berharap Presiden SBY bisa memberinya satu bintang lagi. Biar pun itu bintang kehormatan. 

Opung melihat banyak muridnya yang juga dapat tambahan bintang di kala sudah pensiun. Pun belakangan, Prabowo juga dapat tambahan bintang setelah menjabat menteri pertahanan.

Opung gagal mendapatkannya. Itu terus jadi pikirannya.

Opung pernah curhat secara terbuka soal itu. Di wilayah utara Sulawesi Selatan. Dari podium ia menunjukkan kemampuan terhebatnya dalam menyindir Pak SBY. 

Hari itu ia memang memberi sambutan sebelum giliran Presiden SBY berpidato. Rupanya Opung menumpahkan seluruh kekecewaannya. Saya sampai agak risi mendengarnya.

Opung juga sangat kecewa di akhir konvensi itu: tidak diumumkan hasilnya. Ia lebih kecewa dari saya. Justru saya yang terus menyabarkan hatinya. ''Saya tidak apa-apa, Opung. Sudah takdir saya,'' kata saya pada beliau. 

Saya memang tidak sekali pun berkomentar soal akhir konvensi itu di media. Saya selalu bisa menerima takdir saya.

Opung adalah jenderal yang sangat intelektual. Bacaannya luar biasa. Ia juga sangat pandai berpidato. Dalam pidatonya Opung sangat pandai mengambil hati orang dari atas podium.

Opung juga selalu menjadi ketua panitia Natal Bersama. Natal secara nasional. Presiden SBY selalu hadir. Acaranya selalu meriah.

Banyak yang mengira Opung punya saham di banyak perusahaan. Saya bersaksi: tidak sedikit pun ia punya saham di perusahaan mana pun milik orang-orang yang dibantunya. Hidupnya tidak untuk uang –meski ia tidak pernah kekurangan uang. Njoo juga menilai Opung itu ''bodoh'' dalam hal uang.

Njoo merasa bersalah tidak mengantar Opung ke Balige. Tiga hari lalu Njoo nekat akan ke Balige. Mamanya menahannya. Njoo harus menunggu jenazah ayah kandung yang disemayamkan di Grand Heaven, Pluit, Jakarta.

Njoo termasuk orang pertama yang ditelepon ketika Opung baru saja meninggal. Pukul 20.00 lewat. Ajudanlah yang tahu kalau Opung sudah meninggal.

Menjelang pukul 20.00 biasanya Opung makan malam. Ditunggu tidak juga keluar dari kamar. Ketika dilongok ke kamarnya Opung seperti tertidur. Ketika dibangunkan tidak mau bangun. Opung sudah meninggal. Usianya 85 tahun. Jenazah dibawa ke RSPAD. 

Di kampungnya Opung mewariskan lembaga pendidikan yang monumental: SMA Soposurung. Mutunya di atas SMA unggulan. Pendidikan disiplinnya ala militer. Lulusannya cerdik-pandai. 

Opung satunya juga membangun sekolah unggulan: lembaga pendidikan DEL –singkatan Devi-Luhut Pandjaitan. 

Jarak Soposurung dan DEL sangat dekat: 12 km. Capaian kualitasnya pun sangat dekat. Satu kabupaten Balige punya dua sekolah yang luar biasa hebatnya.

Dua Opung itu memang sama-sama punya perhatian yang sangat besar di bidang mutu pendidikan. Juga sama-sama menjadi menteri di hari tua mereka. Opung menjadi menteri Pendayagunaan Aparatur Negara. Ia juga pernah menjabat sekjen Kementerian ESDM. Ia bantu banyak pengusaha mendapatkan izin tambang batu bara. Ia sendiri tidak punya.

Balige melahirkan dua Opung yang luar biasa. Belum lagi Opung-opung di masa lalu. 

Njoo dan saya pun bersepakat: dua minggu lagi ke Balige. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 17 November 2023: Tahija Wolbachia

MULIYANTO KRISTA

@mas Achmad : Wkwkwkkkkkkkkk... Salah mas. Pean nek landing ng Juanda, numpak taksi bandara trs melbu tol Wanda mudun exit Tb Sumur pean goleki aku ng nisor tol pocan kidule ex Giant. Ketemu.

Pedro Patran

Oh.., Abah DIs hari ini menulis lagi tentang "Besanan Nyamuk". Ya.. awal dari program melepaskan telor nyamuk yg sudah "diisi" bakkteri wolbachia ini memang disebut juga sebagai "Besanan Nyamuk", Hehehe.. ada² saja cara Prof Uut agar masyarakat tidak takut2 dan bahkan malah menyenangkan dan melegakan untuk melaksanakannya. Salut buat UGM , Yayasan Tahija dan Monash Universry.

Em Ha

Nyamuk Lokal VS Nyamuk Bule. Nyamuk bule besar dan panjang, nyamuk lokal kecil dan pendek. Nyamuk bule tahan lama, nyamuk lokal tahan banting. Di Bali populasi nyamuk bule lebih banyak, mungkin faktor kedekatan wilayah. Di Yogja nyamuk lokal lebih berpendidikan. Mahir membedakan asap rokok dengan asap obat nyamuk spiral. Nyamuk lokal faham bahwa asap satu spiral obat nyamuk lebih berbahaya daripada seratus batang rokok. Nyamuk lokal sehat-sehat saja, sampai saat datangnya nyamuk bule membawa wabah wolbachia. Serentak mandul berjamaah. Kasian.. kasian.. kasian..

Handoko Luwanto

Jurnal Perusuh Disway Edisi: __Bani Wolbachia (Kam,16-11-2023) 
#.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain;meReplyOrangLain] 
#1.ACEP YULIUS HAMDANI (2;115) [1;0] 
#2.Agus Suryonegoro III (15;753)★⚽️ [18;5] 
#3.agyan (1;22) #4.alasroban (3;17) 
#5.Azza Lutfi (1;11) [0;1] 
#6.bagus aryo sutikno (10;187)★★⭐️ [6;5] 
#7.bitrik sulaiman (2;4)
#8.DeniK (1;1) 
#9.didik sudjarwo (1;17) 
#10.Dwi Marfuji (1;38)✏️★ [5;0] 
#11.Echa Yeni (4;36) 
#12.Em Ha (8;240)★ [3;5] 
#13.ꦲꦥꦪ ? (1;14)✏️ 
#14.Fa Za (1;63)★ 
#15.Fiona Handoko (1;43) [0;1] 
#16.Gianto Kwee (4;79) [0;4] 
#17.Gregorius Indiarto (1;40) 
#18.Guslurah (2;3) 
#19.Handoko 2018 (5;623)✏️★ [4;0] 
#20.Handoko Luwanto (2;264)★ [1;0] 
#21.Hari Purwanto (8;193)★★⭐️ [4;5] 
#22.imau compo (17;558)★ [3;2] 
#23.Jimmy Marta (3;68) [4;1] 
#24.Jo Neca (9;81)★ [0;7] 
#25.Johannes Kitono (5;723)★ [5;0] 
#26.Jokosp Sp (9;352)★★⭐️ [3;7] 
#27.Juve Zhang (22;1506) [13;11] 
#28.KEY (2;206) [0;2] 
#29.Komentator Spesialis (18;542) [13;9] 
#30.Lagarenze 1301 (15;324)★★⭐️⏰ [12;1] 
#31.Leong Putu (13;180)★ [8;5] 
#32.Liam Then (15;2004)★ [13;0] 
#33.M.Zainal Arifin (2;13) [0;1] 
#34.Mbah Mars (1;22) [1;0] 
#35.Mirza Mirwan (1;234)★ [1;0] 
#36.Mukidi Teguh (1;17) 
#37.MULIYANTO KRISTA (13;58) [2;9] 
#38.mzarifin umarzain (17;243) [0;13] 
#39.Nimas (5;158) [4;0] 
#40.nur cahyono (4;14) [1;0]

ahmad faqih

Kalo boleh saya simpulkan, CHDI kali ini semakin menegaskan kenyataan bahwa 
(1) terdapat problem terkait decision making di negara +62. 
(2) terdapat problem 'nasionalisme egois' dan tendensi 'superior syndrom' yang menjangkiti ilmuwan dan peneliti. 
(3) isu kesehatan, bagi sebagian kaum proletar acapkali tidak menjadi prioritas dibandingkan isu ekonomi. 
(4) demi menjaga kelangsungan hidupnya, manusia 'diperbolehkan' mengancam kelestarian mahluk lainnya. 
(5) urgensi merawat perdamaian serta menjaga 'relasi baik dan seimbang' antar mahluk penghuni alam semesta belum menjadi kesadaran bersama antar mahluk penghuni alam. Wallahu a'lam

Fa Za

Poin 4 dan 5 itu bisa terwujud jika sudah ada pakta perjanjian bilateral antara manusia dan nyamuk, misalnya manusia tdk boleh membunuh nyamuk, dan nyamuk boleh menggigit manusia asalkan yg disedot nyamuk bukan darah tapi lemak.

Juve Zhang

TBC adalah penyakit rakyat jelantah banyak yg mati karena bosan minum obatnya. Belum dengar Taipan mati karena TBC. Apa nunggu ada Taipan kena TBC baru ada pemberantasan gencar TBC?.TBC penyakit orang susah jadi kalau kena TBC memalukan begitu cerita di Rakyat. Saya pernah kena TBC zaman Purbakala memang lama menderita harus minum obat dan suntikan. Sampai mahir nyuntik sendiri minimal lebih keren dari Dokter Zaman sekarang yg ada yg gak bisa nyuntik pasien. Wkwkwkkw. Waktu Covid 19 kurang tenaga penyuntik dan dokter baru ketahuan gak bisa nyuntik wkwkwkwk. Ini jelas Dokter Salah Jurusan. Nyuntik harus tahu ilmu nya yaitu jangan sampai ada gelembung udara dalam tabung cairan jadi buang lah udaranya dengan menyemprot sedikit cairan obat itu. Kalau udara masuk ke pembuluh darah fatal bisa mati. Rakyat jelantah ada yg memarahi Istrinya minum obat TBC terus akhirnya istrinya stop obat dan meninggal gak lama suaminya pun meninggal. Pengetahuan yg dangkal di Rakyat jelantah menyebabkan kematian TBC cukup tinggi. Dan anda jangan salah Baca Rontgen Paru Paru itu ada ilmu nya .banyak Dokter yg salah analisa karena dilihat paru paru itu seperti bukan TBC padahal TBC. Mata Rantai yg rumit menyebabkan TBC masih subur di sini. Hati hati makan cukup gizi ..tidur cukup. Olahraga Cukup. Dompet cukup isi nya. itu pencegahan TBC terbaik.

Gregorius Indiarto

Yayasan Tahija mencari dan menggandeng orang hebat untuk melancarkan program pemberantasan DB nya, sementara Mobi listrik diharapkan menjadikan pengandaranya (pemrogramnya) untuk menjadi orang hebat. Itu dulu, jaman semono. Met pagi, salam sehat dan bahagia.

Wilwa

Bos Disway juga salah tulis Wolbachia bacteria sebagai virus. Lalu ada salah persepsi yang saya temukan di berbagai berita bahkan di media massa Barat yang terkenal bahwa bakteri Wolbachia bisa memblock virus Dengue. Ini kesalahan knowledge yang wajar karena kurangnya literasi. Baiklah, saya berikan referensi yang enak dibaca karena dilengkapi gambar yang bagus mengenai bagaimana nyamuk yang terinfeksi bakteri Wolbachia dapat mengendalikan nyamuk demam berdarah. Kuncinya seperti yang sudah saya beritahu ke Nimas kemarin adalah di cytoplasm incompatibility atau ketaksesuaian sitoplasma. Ketik keywords sbb di Google: www.nea.gov.sg How Does Wolbachia-Aedes Suppression Technology Work? Ini dari National Environment Agency Singapura. Selamat menyimak. 

ari widodo

Poin dan pesan yang ingin disampaikan dalam tulisan CHD hari ini bahwa, belum optimalnya dukungan seluruh pemangku kepentingan atas kreasi, inovasi serta terobosan baru hasil karya anak bangsa dalam segala hal, semua dihadang oleh "sesuatu" yang tidak ingin kepentingannya terganggu. Alasan utamanya inovasi dan kreasi anak bangsa dibenturkan dengan aturan, dibilang melanggar UU, melanggar PP, melanggar Permen, Perda sampai melanggar Pergub/perbup/perwal sampai dengan melanggar aturan kode etik profesi dan sebagainya. Pak Dahlan Iskan yg pernah menginisiasi Mobil listrik tucuxi pernah merasakan serangan yg dasyat dari pihak yg merasa terganggu, ndak tahunya sekarang semua berlomba-lomba memproduksi dan menjual mobil listrik, klau dulu tidak diganggu mungkin Indonesia bisa menjadi epicentrum mobil listrik dunia, kita akan menjual ke seluruh dunia bukan sperti sekarang hanya sebagai tempat jualan paling banter sebagai pabriknya saja, mirip2 proyek pesawat N-2130 pak habibie yg digagalkan IMF dulu, dimana sekarang Boeing dan Airbus yg menikmati ceruk pasar yg besar, banyak contoh lagi prestasi anak bangsa yg misalnya terapi cuci otak Dr. Terawan yg banyak dirasakan manfaatnya tp dipermasalahkan di negerinya, dan contoh lainnya, kecuali nikuba.

Muin TV

Kenapa Indonesia tak bisa menjadi negara maju? Ketika kita ditanya, kenapa Singapur lebih maju dari kita? Kita pun bisa menjawab, "Ah, Singapur kan negaranya keci. Penduduknya cuma sedikit." Kemudian, kita ditanya lagi, kenapa Malaysia bisa lebih maju dari kita? Kita pun akan menjawab dengan jawaban yang sama. Tapi, ketika kita disodori pertanyaan, kenapa Tiongkok bisa lebih maju dari kita? Lidah kita pun jadi kelu. Tak bisa menjawab lagi. Sebenarnya, kenapa mereka lebih maju dari kita, jawabnya mudah saja. Karena negara mereka hadir di tengah-tengah rakyatnya. Negara mengatur kehidupan rakyatnya. Sedangkan negara kita, tak pernah hadir di tengah-tengah rakyatnya. Coba perhatikan, kapan polisi bekerja? Ketika ada laporan warga yang kehilangan motor. Kapan BPOM bekerja? Ketika ada anak SD yang keracunan di sekolahnya. Kapan OJK bekerja? Ketika masyarakat sudah tertipu puluhan juta akibat investasi bodong. Begitulah cara kerja lembaga negara kita. Reaktif. Ada kejadian dulu, baru bekerja. Tidak pernah melindungi warganya. Di sebuah desa di Tegal, penghidupan warganya dari membuat "shutlecock" yang dipakai untuk bermain bulutangkis. Apakah negara hadir di sana? Tidak saudara-saudara. Mereka beli bahan sendiri, dibuat sendiri, kasih merek sendiri dan dijual sendiri. Kalau laku, dapat duit. Kalau tak laku, ya... manyun. Seharusnya, kalau negara hadir, maka negara akan memberikan pembinaan bagaimnan membuat "shutlecock" yang baik, dibantu peasarannya.

Lagarenze 1301

Nyamuk pers. Saya sering mendengar atau membaca wartawan disebut sebagai nyamuk. Hingga ada istilah "nyamuk pers". Mengapa analoginya nyamuk? Kalau sebutannya kuli tinta, menurut saya, tidaklah terlalu merendahkan. Dulu kehidupan sebagian wartawan seperti kuli dan mereka bekerja di koran cetak yang satu di antara bahan bakunya adalah tinta. Sedangkan sebutan nyamuk menimbulkan pertanyaan: apakah karena wartawan mengesalkan, mengganggu, menggigit, bahkan membawa penyakit? Yang gemar memakai istilah nyamuk biasanya oknum pengusaha,  pejabat sipil, maupun oknum dari kalangan TNI-Polri, yang bermasalah dan korup. Tapi, 'kan ada juga oknum wartawan yang kerap memeras? Oh, itu bukan wartawan sebenarnya, itu nyamuk betulan. Nyamuk Aedes aegypti.

Juve Zhang

APEC kali ini di SanFransisco Amerika. Rabu kemaren ada makan malam bersama Om Jin Ping. Dan anda mau makan se meja sama Om Jin Ping bisa saja tapi siapkan dompet anda isi yg tebal. Bos Aplle Tim cook pasti mau aatu meja berapa pun tarifnya. Gak mahal kalau bagi Apple raksasa HP dumia Tim Cook bayar 40 ribu dolar atau Rp. 600 juta untuk sekali makan malam plus dia bisa bawa 7 orang dari Apple buat duduk di meja lain nya .lumayan "murah" pasti ikan Wang Bu Liau ada dalam sajian itu. Qkqkkwwk.uang masuk kantong panitia bukan ke Om Jin Ping. Panitia jelas sangat pintar menarik duit. Yg satu meja sama Om Jin Ping pasti gak banyak hanya orang Top saja yg mau makan malam 600 juta .wkwkwkwk

Dwi Marfuji

"Jangankan korban begitu besar, satu orang yogyakarta meninggal pun sudah terlalu banyak". Kalimat Sultan itu seperti mantra. Diingat terus oleh Yayasan Tahija. Bagi kami warga Jogja, kalimat Sultan serupa jaminan keamanan. Semoga sehat selalu. #jogjasalaman

DeniK

Anti Kebanyakan Agamawan dalam khotbahnya menjurus ke doktrin anti kaya. Seolah kalau kaya gampang masuk neraka. Ini bukti nyata orang kaya berkarya untuk kemaslahatan orang banyak. Jadilah orang kaya . Yang bermanfaat tentunya.

Jo Neca

Om Lagarenze..Bagi saya Gusdurian.Satire kocak paling epic dr Gus Dur adalah soal demo mundur oleh sebagian mahasiswa.Kamu kok suruh saya mundur wong maju saja di papah kok.Emang lucu.Tetapi bagi saya.Tersirat satu pesan yang Sangat Rendah Hati dari Seorang Gus Dur.Yang saat itu dia seorang Presiden.Sang Penguasa.Semoga Bahagia di Surga Gus.

Lagarenze 1301

Catatan: dulu ada iklan populer Basuki (almarhum), obat nyamuk bakar merek Tiga Roda, kalimat iklannya yang terkenal: "emang nyamuk sini cuman takut Tiga Roda."

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Tiga pendekar pamer kebolehan membunuh nyamuk. Tidak pakai tepuk tangan atau baterai size D. Pendekar 1: “Lihat, nyamuk sedang terbang saya sabet pakai rencong, dua sayapnya putus!” Pendekar 2: “Lihat, nyamuk saya sabet pakai badik, badannya terbelah jadi dua!” Pendekar 3: “Lihat, nyamuk sedang terbang saya sabet pake clurit.” (Nyamuk itu tidak jatuh, tetap terbang dan berputar-putar). Pendekar 1 dan 2: “Wah, sabetan clurit Anda tidak kena.” Pendekar 3: “Eeiit, jangan salah! Saya memang tidak bermaksud membunuh nyamuk itu. Sabetan saya cuma menyunat anunya doang. Coba tangkap, pasti anunya tidak ada lagi.”

Lagarenze 1301

Santai sejenak bersama Gus Dur. Di masa pemerintahan Presiden Abdurrahman Wahid, kasus DBD juga sempat merebak di Jakarta sehingga kasus itu dibahas di rapat kabinet. Setelah rapat, Gus Dur ditanya oleh wartawan. "Menurut Bapak, mengapa demam berdarah saat ini semakin marak di Jakarta?" Gus Dur menjawab dengan enteng. "Itu karena Gubernur DKI Jakarta Sutiyoso melarang bemo, melarang becak. Sebentar lagi bajaj juga dilarang beredar di Jakarta. Padahal, 'kan nyamuk sini cuma takut sama tiga roda!"

Ulik Kopi

Ada berita Pj Gubernur Bali Sang Made Mahendra Jaya menunda program penyebaran nyamuk Wolbachia. Sedianya penyebaran di Denpasar dan Buleleng dimulai November 2023. Sedang ada kajian ilmiah oleh Kemenkes, jadi pak Pj Gub minta menunggu hasil kajian. Berarti suara kritis yang mempertanyakan cukup banyak juga. Malah ada yang melansir nyamuk Wolbachia sebagai nyamuk Bill Gates. Prof Zubairi di media X nya menulis mungkin proyek World Moaquito Program univ. Monash didanai Bill Gate Foundation, maka dikenal istilah nyamuk Bill Gates. Dikutip juga bahwa The New York Time pernah membahas tentang nyamuk ini, dan menyebutkan pabriknya, berupa lab di kota Medellin, Kolombia. Pabrik nyamuk ini menghasilkan 30 juta nyamuk Aedes Aegypti, lalu diproses. Hanya saja versi TNYT menganggap nyamuk Wolbachia sebagai penyelamat. Itu karena mereka istimewa, membawa sejenis bakteri yang menetralisir virus DB dan demam kuning. Jad alih2 dengan dibunuh dengan peptisida yang merusak, nyamuk AA dilucuti saja 'senjata'nya. Dalam isu yang saintifik pro kontra ternyata bisa memgeras. Posisi negara maju dan berkembang sering memberi konteks berbeda. Sekedar nyamuk tapi kalau kendali solusinya di tangan negara maju, berpotensi jadi ladang cuan bagi mereka. Tak ada makan siang yang gratis, pameo mereka. Belum lagi akses ke data bio medik yang dikumpulkan saat penelitian. Intinya mereka cenderung ingin menang banyak. Harus diyakinkan bhw prgrm itu tdk ketempelan kepentingan lain. Tp: bgm bisa percaya? batas-

Beny Arifin

Setahun tinggal di Jepang. Hanya 3-4 kali ketemu nyamuk. 1 kali ketemu cicak. Sepertinya secara keseimbangan ekosistem tidak masalah kalau nyamuk dibasmi. Dibasmi secara genetik atau dimandulkan. Paling yang protes pabrik obat nyamuk, pabrik obat DBD. Kan selama ini mereka yang mengaku membasmi nyamuk tapi selama puluhan tahun nyamuk tidak berkurang.

Jokosp Sp

Sambil jaga toko coba tak pelajari tingkah polah nyamuk itu seperti apa. Rerata mereka datang berpasangan, dan keduanya mencoba gigit kaki kami yang telanjang. Jangan mesum ya ini hari Jum'at dah kelewatan tadi malamnya. Saya pakai celana pendek 3/4 saja karena cuaca masih panas, hujan biar sudah ada tapi belum kontinyu. Ketika si betina saya tepok dan mati, ternyata si jantan tetap muter-muter dan menggigit. Berarti keduanya sama-sama penghisap darah. Karena gatal dan sedikit sakit maka saya tepok juga akhirnya, sekaligus biar sehidup semati. Dan tidak cari selingkuhan baru dan mengembangkan trah nyamuk baru. Sakit yang bisa asyik juga yaaaa......

Beny Arifin

Mobil listrik kenapa dulu tidak sukses. Salah satunya karena inisiatornya kurang ulet. Padahal sudah level menteri loh. Menteri tapi merangkap wartawan. Jadi kalau ga sukses jadi menteri ya minimal sukses jadi wartawan. Mobil listriknya tidak sukses tapi beritanya sukses heboh kemana mana hehehe...

iwan

Kalau memang dari Yayasan Tahija dengan UGM saya rasa tidak ada masalah dan aman, saya percaya sama mereka, tetapi kalau dari WHO ataupun Yayasan Bill Gate, tentu akan menjadi tanda tanya? kenapa pemerintah mengizinkan, kenapa tidak di hold 1-2 tahun dulu, kenapa tidak tunggu sudah stabil percobaan nya baru di jalankan ? Singapore yang sangat kewalahan dengan DB saja menarik diri di detik-detik terakhir. Saya lebih percaya pemerintah Singapore.

Beny Arifin

Saya sering bilang sama nyamuk. Kallian kalau mau gigit ya gigit aja. Jangan nguing nguing di kuping. Ganggu orang. Orang lagi sholat, lagi ngaji, nguang nguing aja di kuping. 

Leong Putu

Saya bersyukur punya rekan kerja yang baik hati. Tiap hari kamis saya selalu diingatkan :"hati² pak, jangan sampai lehernya digigit nyamuk lagi!". Selalu begitu. Awal mulanya dulu, pagi2 mereka lihat katanya leher saya merah² dibeberapa titik. Karna mereka rekan kerja yang baik, mereka lantas mengingatkan :"Pak, leher bapak kelihatan merah²nya!". Saya jawab :" oh iya..., mungkin tadi malam digigit nyamuk". "Nyamuk....apa nyamuk?" : sergah mereka beramai-ramai, lantas tertawa. Semenjak itu tidak ada lagi merah² di leher. Pindah.

Agus Suryonegoro III

TIONGKOK punya banyak tradisi pengobatan dan atau penyembuhan yang mendunia Dan sebagian sudah diakui dunia barat. Pembelajarannya pun menggunakan metode barat. Sebagian memang masih "testimony based". Tetapi sudah ada yang sudah "evidence based", sehingga diakui kefokteran barat. Termasuk saya, bersama rombongan HIDAMI (himpunan dokter akupunktur medik Indonesia) sudah sampai ke Guangzhou. Ikut mempelajarinya. Nah sekarang, sudah waktunya, Indonesia juga mencoba mengembangkan metide pengobatan dan penyembuhan asli Indonesia yang bisa "dicari titik ilmiahnya". Tuk dikembangkan.. ### Sangkal putung, tenaga dalam, pijat bayi.. Mungkin masih bisa ditambah daftarnya. Pulau Sumatra, Kalimantam, Sulawesi, Maluku, Papua.. Semua punya "budaya penyembuhan" yang perlu diteliti.. Sebagai praktisi, saya siap membantu pemerintah..

Fa Za

Selama puluhan tahun, pemerintah hanya mengandalkan 3M utk mencegah DBD (menguras, menutup, dan mengubur tempat yg dapat digenangi air). Begitu ada wolbachia yg canggih dpt mencegah penyebaran DBD langsung dari sumbernya, malah banyak yg menentang hanya karena melibatkan pihak asing. 3M yg selama ini digalakkan sudah tidak efektif, bahkan sudah berubah menjadi Menguras isi dompet utk berobat, Menutup dompet krn sudah kosong, dan Mengubur pasien karena gagal dlm pengobatan.

Mirza Mirwan

Ingat demam berdarah jadi ingat kasus Si Kecil saat usia dua tahun nun 24 tahun silam. Saat itu ia mengalami demam. Saya bawa ke dokter yang praktek selang berapa rumah dari rumah saya. Kata dokter Si Kecil kena tifus. Eh, dua hari kemudian demamnya lebih mengerikan. Saya tes dengan termometer (model kempit di ketiak) panasnya 40°. Saya panik. Benar-benar panik. Segera saya larikan ke rumah sakit. Saat itu sudah malam. Dari IGD anak saya langsung dibawa ICU. Esoknya, dari dokter spesialis anak yang menanganinya, saya tahu Si Kecil mengalami Dengue Shock Syndrome (DSS). Saya kaget, tentu saja. Rumah saya itu rasanya tak ada nyamuk. Kok bisa anak saya kena demam berdarah. Tetapi kemudian saya ingat, tiap pagi saat kakaknya yang sudah kelas 2 SD sekolah, Si Kecil suka main di rumah sebelah, rumah eyangnya. Mungkin di situlah Si Kecil digigit nyamuk. Dua hari di ICU demamnya turun. Tapj, eh, tiba-tiba Si Kecil malah dibawa ke ruang rontgen. Hari berikutnya ia tak mau makan. Ibunya sampai uringan-uringan. Gantian ibunya yang saya marahi. Namanya anak kecil, sedang sakit, kalau tak mau makan pasti karena memang tersiksa bila makan. Akhirnya perawat memasang sonde (feeding tube) untuk mengatasi susah makan itu. Tetapi waktu menyaksikan pemasangan sonde itu saya benar-benar menangis. "Ya Allah, kenapa harus Si Kecil yang menanggung penderitaan ini?" keluh saya dalam hati. Alhamdulillah, setelah 11 hari di RS (6 hari di ICU) Si Kecil boleh pulang.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda