Sang Begawan Media

Pelangi Kesepian

Dahlan Iskan (penulis) toast dengan anak perempuan Zulfani yang masih usia 6 tahun. (FOTO: DISWAY)

COWASJP.COMKETIKA Zulfani di tahanan polisi, ayahnya naik motor ke kota Manggar di ujung timur pulau Belitong. Dua kali. "Saya menemui orang yang melaporkan anak saya ke polisi," ujar Hermanto, ayah Zulfani. 

Hermanto ingin Zulfani, bintang utama film Laskar Pelangi, bisa dilepaskan dari tahanan. 

Alamat si pelapor ia dapat dari anaknya sendiri. Yakni ketika Hermanto menjenguk sang anak di tahanan polisi di ujung timur pulau Belitong.

Hermanto tidak tahu dari mana Zul mendapat nama dan alamat si pelapor. Apakah dari polisi? Dari berkas pengaduan? Bisa iya. Bisa tidak. Yang jelas Zul tidak mengenal si pelapor. 

Bisa saja polisi ikut berharap si pelapor mencabut laporannya. Agar tidak berkepanjangan. Polisi tidak boleh minta pelapor mencabutnya. Hanya terlapor atau keluarganya yang bisa mengupayakan itu.

Berdasar nama dan alamat itulah sang ayah pergi ke Manggar. Naik sepeda motor. Membelah pulau Belitong. Dari rumahnya di ujung barat ke Manggar di ujung timur. Harapannya satu: orang itu mau mencabut laporan.

"Orangnya masih muda. Lebih muda dari Zul," ujar Hermanto. Ia sudah bekerja. Di meja goyang —istilah untuk pengayak tanah yang mengandung bijih timah. 

Kedatangan Hermanto yang pertama disambut dingin. Sang ayah tidak berhasil mengusahakan pencabutan pengaduan. Pulang. Lalu datang lagi kali kedua. Sudah lebih diterima. Tapi tetap tidak mau mencabut laporan.

"Apakah masih akan ke sana lagi?" tanya saya.

"Tidak. Sudah tidak ada harapan," katanya. 

Saya ke rumah Hermanto bersama wartawati Yusnani dari tabloid Belitong Bertuah. Wartawan Belitong Ekspres membantu mencarikan alamatnya. 

Rumah itu agak di pinggir kota Tanjung Pandan. Melewati jalan raya depan kejaksaan. Belok kiri. Masuk ke jalan kecil. Lalu masuk gang tanah berpasir. Masuk lagi ke anak gang yang lebih sempit. Lewat jalan setapak. 

dahlan.jpg1.jpgDari kiri: Dahlan Iskan, Hermanto (ayah Zulfani), wartawan Belitong Ekspres, dan Yusnani (wartawan Belitong Bertuah) di halaman rumah Hermanto. (FOTO: DISWAY)

Ada tiga rumah berjauhan di ujung jalan setapak itu. Jalan buntu. Sepi. Sunyi. Tidak ada orang. Satu sepeda motor bebek terlihat  terparkir sendirian di bawah pohon manggis.

Salah satu dari tiga rumah itulah rumah ayah Zulfani. Ternyata ada orang di dalam rumah itu: sang ayah. Bersama ibunda Zulfani. Lalu ada anak perempuan kecil: itulah anak Zulfani dengan istri pertama. "Saya yang minta agar cucu saya ini tinggal di sini. Agar bisa sekolah lebih baik dibanding ikut ibunyi di desa," ujar Hermanto. 

Hermanto asli Minang, dengan sedikit darah Bugis. Ia lahir di Pesisir Selatan Sumatera Barat. Satu daerah dengan Indra Sjafri, pelatih nasional sepak bola yang baru saja menjadi juara SEA Games. Beda kecamatan.

Tamat SMP, Hermanto merantau ke Curup di pedalaman Bengkulu. Tiga bulan di Curup ia pindah rantau ke Palembang. Jualan rokok eceran. Lalu jualan baju dan sepatu.

Dari Palembang, Hermanto ke Tanjung Pandan di Belitong. Ada restoran Padang baru dibuka. Itulah restoran Padang pertama di Tanjung Pandan. Ia jadi pelayan di rumah makan itu.

Setelah kawin dengan gadis asli Belitong, Hermanto jualan baju dan kain. Cukup menghasilkan. Berkembang. Bisa sesekali mengajak istri ke Sumbar. 

Ia pun bisa beli tanah yang ia tempati sekarang. Bisa membangun rumah di situ. Lalu beli tanah kebun 1 hektare yang lokasinya hanya sepelemparan batu dari rumahnya.

Dua tahun sebelum Covid usahanya redup. "Kalah dengan online," katanya. Padahal usahanya itu cukup maju. Ia sering ke Jakarta kulakan baju. Dinaikkan kapal ke Belitong. Ia sendiri naik pesawat.

Ketika usaha kain dan baju itu berhenti, utangnya ke bank belum lunas. Ia terus mencicil dengan usaha lain. "Semoga empat bulan lagi lunas," katanya.

Usaha lain yang ia maksud adalah ternak lele. Juga ikan hias. Ia memelihara lele di kolam yang asalnya seperti bekas galian timah. Cekungannya agak dalam.  Lokasi kolam itu di tengah rerimbunan pohon-pohon liar. 

Saya minta langsung diajak ke kolam lele. Lewat halaman tetangga. Jalan setapak. Di sela-sela ilalang. Juga melewati beberapa pohon manggis liar, cempedak alamiah, durian kampung dan pohon-pohon pisang yang kurus.

Ada 30.000 ekor lele yang sebenarnya sedang dibesarkan di cekungan kolam itu. Beberapa kolam lainnya kini kosong. Demikian juga kolam ikan hiasnya: seperti barang telantar. "Sejak ada masalah anak saya itu, lele saya kurang terurus," katanya. "Memelihara lele itu harus seperti merawat bayi. Ini sudah lebih sebulan tidak terawat," katanya.

Pun kebunnya. Sudah kembali penuh ilalang. Padahal awalnya sudah dibersihkan untuk ditanami pisang.

Di kebun itu, di dekat kolam lele, saya bertanya banyak hal soal Zulfani. Juga soal istri pertama Zul yang dikawini ketika Zul masih mahasiswa. Itu pacar Zul sejak SMP, bahkan SD. 

Ketika Covid melanda dan Zul tidak punya pekerjaan lagi mereka bercerai. Punya anak satu. Tidak ikut ibu dan tidak ikut ayah. Dia ikut Harmanto di rumah kebun itu.

Bahwa belakangan Zul kawin lagi untuk kali ketiga, Hermanto tidak tahu. Tidak diberi tahu. Akhirnya ia mendengar: baru nikah siri. Baru sebulan lalu. 

dahlan.jpg2.jpgDi rumah Hermanto (kanan) di depan foto poster film Laskar Pelangi). (FOTO: DISWAY)

Istri ketiga itulah yang kini juga ditahan dengan tuduhan menipu hidung belang (Lihat Disway kemarin). 

Saya pun pamit. Harus segera ke bandara. Hermanto terus minta agar saya mau mampir dulu masuk rumah. Saya ikuti permintaannya. Dari kolam lele lewat samping rumah. Banyak bak semen yang kosong. Bak-bak itu aslinya untuk memelihara ikan hias. Untuk dijual. 

Ini tipe rumah kampung zaman belakangan. Dibangun sekitar 20 tahun lalu. Ruang tamunya hanya cukup untuk satu set sofa lama yang berimpitan. Saya bersalaman dengan istrinya. Lalu bermain toast dengan anak perempuan 6 tahun itu.

Di dinding sebelah tempat saya duduk banyak foto digantung. Itulah foto-foto Zul saat diwisuda sebagai sarjana sinematografi IKJ Jakarta. Terlihat Hermanto dan istri ikut menghadiri wisuda itu. 

Di dinding di seberang saya, terpasang poster film Laskar Pelangi yang sudah dipigura. Sudah mulai dimakan zaman. Zul berada paling depan di deretan bintang film di poster itu. Saya ajak Hermanto berfoto di depannya.

Sepulang dari Jakarta Zul tinggal di rumah itu. Ia belum punya rumah sendiri. Belum punya mobil. Ia punya sepeda motor bebek warna merah. Berarti ada dua sepeda motor di rumah itu.

Selama tidak ada pekerjaan Zul ikut mencangkul di kebun. "Membantu ayah," ujar Zul ketika dilarang ayahnya ikut mencangkul. Zul, katanya, juga sempat jadi pembantu tukang batu. Termasuk jadi tukang cat. 

Zul telah lama membuat bangga seluruh orang Belitong. Kini ia sendirian di dalam kamar tahanan. Ayahnya juga sendirian berjuang untuk salah satu dari empat anaknya itu.

Zul lagi bertransformasi dari keramaian ke kesepian. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 11 Juni 2023: Pelangi Mangga

Riyono ,SKP

Embun Pagi Yang turun sejak malam hari Tenang, diam. Konsentrasi, Mungkin sedang meditasi Untuk kemudian moksa Menguap terserap matahari

Gianto Kwee

Mangga tidak pernah merekah, Mangga itu Ranum dan tempatnya diatas ! Yang merekah itu buah Delima ! 

Riyono ,SKP

Kalmat terakhir yang bukan tanpa sengaja. Sengaja untuk memancing komentar. Terlalu menggemaskan untuk tidak di komen. Meskipun ada yang tidak pas. Kata siapa tidak. bulat? Mungkin lebih pas begini : Bentuknya ada yang bulat ada yang merekah. Atau : Ada bulatnya ,ada merekahnya. 

ahmad faqih

Manusia hidup, tak hanya butuh pinter, tp jg harus bener. Karenanya, tanamkan ahlaq (agar jd bener) dahulu baru ilmu (agar pinter). Dunia itu hanya tiruan fatamorgana, seperti kalimat terakhir anda yg bs memicu ragam tafsir & praduga

Er Gham

Saat kecil, pernah sesekali melempar buah rambutan dengan batu, supaya jatuh. Sulit sekali. Kadang yang kena dan jatuh, buah yang masih hijau. Tapi tetap kami ambil dan nikmati. Walau rasanya sepet, agak pahit, tapi terasa nikmat. Mungkin karena tercampur dengan hormon adrenaline, takut ketahuan oleh orang yang lewat. Pohon rambutan itu berdiri di lapangan kecil suatu instansi. Bukan milik individu. Menurut kami, itu milik bersama, saat itu. Hehehe. 

Er Gham

Para petani tomat di Lembang Bandung Utara juga akan maklum jika 3 atau 5 buah tomatnya dicuri oleh para peserta suatu pelatihan yang berjalan tertatih tatih, melewati tanaman tomat para petani. Dicuri sedikit. Sebagai buah cuci mulut. Atau sekedar pelepas dahaga karena terbatasnya air minum. Tidak ada yang menghardik. Mungkin karena sudah berlangsung bertahun tahun, atau si petani merasa kasihan pada para peserta yang kurus, kotor, bau, dan legam terbakar sinar matahari. 

Xiaomi A1

Waktu itu kami udah coba minta baik2, tp sama mandor tebunya ndak dikasih, akhirnya ya gitu deh wkwk

Er Gham

Anak anak meminta mangga, hanya 1 atau 2 buah, buat dimakan rame rame. Tapi tidak dikasih. Akhirnya, dicurilah 2 buah mangga. Tidak semua, hanya sebagian kecil. Sekedar merasakan buah, karena bosan makan cemilan singkong goreng atau ubi rebus. Setelah dewasa, merasa gaji kecil. Minta naik pun tidak mungkin. Jadi di mark up aja suatu proyek. Kecil kecilan saja mark up nya. Sekedar menutup biaya kebutuhan istri beli tas mahal. Itu juga bukan yang original, hanya KW 2. Beli di Tanah Abang. Katanya, biar istri tidak malu saat kondangan. Akhirnya semua di mark up. Kecil nilainya. Malas KPK menelusurinya. Pengawas proyek juga mungkin maklum. Tapi perilaku ini tersebar di berbagai proyek. "Lumayan lah Pak", kata semua 'anak anak' yang sudah besar itu. Itu cerita fiksi di negeri Kohawe. Bukan realita di negeri ini. 

Er Gham

Mangga Harum Manis dicuri. Dibawa ke pasar. Ditukar guling dengan durian. Lalu duriannya dijual. Uang hasil penjualan durian dibelikan Mangga Gedong Gincu yang lebih manis. Begitulah perjalanan TPPU mangga. 

Amat K.

Pak Joko, Klo ditambah lip glos jadi merah merekah merona. Pagi menjelang siang Pak Fiona Handoko. Nikmati mangga 500rb pasti kenyang, habis berapa kilogram itu

Fiona Handoko
selamat pagi bp amat, bp joko. mangga yg 10.000, sekali dimakan habis. tdk ada harganya. kalau mangga merekah yg 500.000. sesudah dimakan, masih bisa dijual kembali

Amat K.

Ehm.... "Tentu harga mangga hanya Rp 10.000-an. Bentuknya juga kecil agak bulat —kecuali mangga yang merekah. Sedang harga wanita di aplikasi MiChat ini Rp 500.000. Bentuknya tidak bulat, hanya merekah." Klitik -nya pada "bentuknya" mengacu pada "mangga" di kalimat pertama. Berarti bentuk mangga. Lalu -nya "bentuknya" di kalimat terakhir mengacu pada apa? Agak saru. Bisa : frasa "harga wanita", wanita, atau aplikasi MiChat. Jadi, saya sudah "searching" bentuk "wanita" yang merekah. Ternyata yang merekah itu bukanlah wanitanya tapi bibirnya. Bibir merah merekah.

Fiona Handoko

selamat pagi bpk dahlan. tabloid yg didirikan bpk yusnani adalah "belitong betuah", bukan "belitong bertuah". dimana arti kata "betuah" adalah kebenaran.

Jo Neka

Kisah Zul ini adalah kisah manusia.Biasa saja.Bukan hal baru.Menjual properti milik pribadi.Sudah berlangung sejak Sapiens ini ada.Varianya yang beda.Cara promosinya juga beda.

Pryadi Satriana

Mencuri' dan 'utang' pada hakikatnya sama! Spt dua sisi mata uang yg sama. Yg ke-1 'mengambil yang menjadi hak orang lain', sedang yg ke-2 'membawa yang menjadi hak orang lain, kadang malah sengaja ditahan-tahan -- walaupun tahu: berikan upah pekerja sebelum keringat beliau kering -- seperti kasus PT Ensterna itu. Ditahan-tahan atas nama prinsip ekonomi. Juga atas nama rasio, penyalahgunaan rasionalitas! Ujung2nya sama: menyusahkan orang lain! 'Dahlan muda' pernah 'nyolong' selembar kertas -- gak rumongso salah -- sehingga ditegur. 'Dahlan tua' membidani PT Ensterna yg akhirnya punya utang 31M -- gak rumongso salah -- dan menjawab enteng: bukan urusan saya, itu urusan Dirut PT Ensterna! Kelakuan 'Dahlan muda' & 'Dahlan tua' terhubung: sama2 merugikan orang lain, sama2 'gak rumongso' salah! 'Dahlan muda' "lebih sopan": menghadap Harmoko 'ngapurancang', ndhak berani beradu mata, lihat lantai terus kayak kacung. 'Dahlan tua' "lebih berani", lihat saja dua kalimat terakhir tulisannya hari ini. Itu menantang kaum feminis di seluruh muka bumi: tanpa rikuh sedikit pun wong "tuwek-tembem-tjengengesan" penganut tarekat' itu menyebut "HARGA WANITA". Bukan main! Dahlan silakan saja "ngumbar syahwat" -- sak karepmu! TAPI: hormati perempuan! Jangan menulis seperti itu: Ingat ibumu! Ingat istrimu! Ingat anak perempuanmu! Shalom. Salam. Rahayu.

Johannes Kitono

Jurnalis Yusnani dan CHD tentu harus berpihak melihat nasib yang dialami Zulfani Pasa. Bukan hanya memikirkan Zul Ikal yang harus indekos beberapa bulan di penjara. Bagaimana nasib Zul dan kawan kawan bisa meneruskan hidup ini. Mereka masih muda dan perjalanan hidup masih panjang. Tentu yang paling terpukul dan sedih oleh kasus ini. Adalah Andrea Hirata, penulis Laskar Pelangi dan si Ikal orisinil yang diperankan oleh Zulfani Pasa. Novel LP membuat nama Andrea Hirata melambung tinggi bahkan bisa jadi alumni FEB- UI, Sorbonne- Paris dan UK. Beda nasib dengan Zulfani yang saat ini harus mendekam ditahanan polisi. Terkadang nasib tidak berpihak kepada anak pintar. Lintang yang jago matematika harus jadi nelayan menggantikan ayahnya yang hilang ketika melaut. Andrea Hirata dan produser film Laskar Pelangi yang telah sukses. Punya kewajiban moral membantu mengangkat nasib semua anggota Laskar Pelangi. Tentu termasuk menyelamatkan nasib Zul yang sedang terpuruk saat ini.

Liáng - βιολί ζήτα

selingan Simbolisme dibalik lagu "Tennessee Waltz" Lagu Tennessee Waltz ditulis oleh Redd Stewart dan Pee Wee King pada tahun 1946. Pertama kali direkam oleh Cowboy Copas, seorang penyanyi country yang merupakan bagian dari grup band-nya Pee Wee King (Golden West Cowboys). Versi Cowboy Copas tidak sukses secara komersial, dan lagu tersebut tetap tidak dikenal sampai Patti Page dan produsernya (Mitch Miller) merekamnya yang dirilis pada tahun 1950. Patti Page merekam "Tennessee Waltz" dengan gaya lambat dan melankolis dengan suara yang lembut. Mitch Miller yang dikenal karena aransemennya yang inovatif dan tidak konvensional, menambahkan peran senar dan efek gema pada lagu tersebut sehingga menciptakan suasana yang melamun dan halus. Dengan cepat lagu Tennessee Waltz versi Patti Page menjadi hits dan menduduki puncak tangga lagu Billboard selama 13 minggu dan terjual lebih dari 6 juta kopi di seluruh dunia, sekaligus melambungkan ketenaran Patti Page dan memenangkan rekor emas pertamanya dalam hal rekaman dan penjualan. [1].

Fa Za

Setiap kata punya konotasi. Dan makna konotasi bisa berubah seiring perubahan sosial. Pelangi memiliki konotasi keindahan yang seakan dekat namun jauh di mata karena tidak tergapai oleh tangan. Laskar pelangi menggambarkan keindahan dan keriangan anak-anak dalam menggapai cita-cita tanpa peduli dengan kondis ekonomi. Namun konotasi pelangi yang indah seperti itu mendadak buyar karena nilai-nilai dari luar yang merambah tiap-tiap sudut ruang melalui media sosial. Pelangi pun dikonotasikan 'laskar' warna-warni orientasi seksual dan melambangkan kebebasan eljibiti. Laskar pelangi pun bisa berubah konotasi bagi orang yang tidak pernah membaca Andrea Hirata.

Handoko Luwanto

Sama halnya dg hal yg paling kejam itu sebenarnya bukan soal pakai pisau, golok atau klewang, tapi motivasinya yg ada di otak & pikiran kita.

Xiaomi A1

hal yg paling porno itu sebenarnya bukan alat kelamin (dan turunannya), tapi otak (dan pikiran) kita..

imau compo

Emboen pagi, Coba kau perhatikan lagi, Simon Cowell minta lagu lain dari Putri Ariani, Benar, telinganya berbeda. Kita mendengar lagi ciptaan Putri seperti lagu-lagu rakyat yang selalu diulang-ulang dalam pesta-pesta rakyat. Sangat akrab di telinga kita, Ingatkah kau lagu Denpasar Moon? Hentakannya seperti detak jantung kita.... Telinga Simon Cowell berbeda, demikian juga dengan pasir laut, Dia merasa asing dengan cahaya. Apa tah lagi segemerlap Singapura. Orang-orang itu bilang tidak melanggar hukum. Oh...ya, dia bilang, saya pikir tidak merusak lingkungan. Katakanlah semaunya. Tapi.., jelas!, pasir laut itu tidak bahagia....emboen! Semoga tidak awal dari bencana.

Xiaomi A1

suatu hari saya sedang jalan kaki di daerah pengalengan, setiap orang yg saya temui bilang "mangga kang.." saya cuma tersenyum tp sebenarnya bingung, lha ini kan perkebunan teh kok dibilang mangga..

Chei Samen

Saya beli ole-ole beberapa helai oblong yang bertulis "Belitong". Sering dipakai hingga kemaren! Juga di Bangka di Sungai Liat, saya befotoan di "Masjid Tua Belitong". Momen menarik juga di Muntok Bello Laut Jebas Jubus ect. Takut ketulahan aka kuwalat, merangkak lalu berenang juga ke desanya Ahok dan Pak Ketum partai yangandaudahtau! Selamat siang sobat! Sehat selalu Pak Mario dan juga pemerhati Bang Ikal.

Handoko Luwanto

Nama resmi tempatnya adalah Belitung. Namun ada baiknya juga disebut Belitong. Karena pengucapan Belitung koq mirip2 dengan belatung.

Leong Putu

Dari kecil saya termasuk golongan lurus putih. Tak pernah berbuat aneh aneh, yang nyerempet Mirasantika. Apa lagi hal - hal yang ditulis Pak Bos hari ini : Bentuknya tidak bulat tapi merekah. Apa gerangan itu ? Saya tidak paham sama sekali. ... Sungguh senang punya tetangga / Orangnya cantik dan baik hati / Tak akan mempan walau kamu menggoda / Ku tidak akan mendua hati / ... 365_mantun sombong.

thamrindahlan

Andrea Hirata penulis buku Laskar Pelangi harus turun kaki membela Zulfani. Kisah ambil mangga atau buah buahan kebun desa dipermaklumkan sebagai "kenakalan" remaja. Anda tentu pernah terlibat. Remaja desa sebelum mengambil (meminta) mangga di kebun Bu Haji selalu pakai tata krama. " Pak Haji minta mangga nya ya 3 biji". Kemudian terdengar jawaban " sikahkan nak di ambil tapi jangan banyak banyak ya" Serta merta remaja memanjat dalam sekejab19 butir mangga saja. Kemudian serentak kompak mereka mengucapkan "Terima kasih Bu Haji semoga barokah" Jadi jelas ini bukan tmencuri tindak pidana kriminalitas. Mereka minta baik baik walaupun tadi yang menjawab " silahkan ... " salah satu dari remaja itu. Hahaha. Salamsalaman saja ada 

Liam Then

Tidak perlu terlalu dramatis,jika memang peduli dengan Zul, kasih tau dia salahnya dimana. Yang sebenarnya sudah parah. Jangan dicarikan pembenarannya. Zul sebagai satu laki-laki dewasa salahnya sudah banyak. Jangan lagi dimanja dengan dicarikan pembenaran, hanya karena mantan idola cilik. Itu semata peran. Sementara Zul adalah karakter yang nyata, bentukan pergaulan,lingkungan, dan waktu. Salah Zul sebagai seorang laki-laki dewasa sudah sangat parah, jika kita peduli, lebih baik Zul diingatkan, agar selepas ini bisa ada waktu pikirkan,karena masih muda ,waktu masih panjang untuk perbaiki diri. Tolong kasih tau Zul, laki-laki dewasa miskin tak apa, tapi ahrga diri harus ada, jangan melakukan hal rendah. Laki-laki dewasa selalu ingat orang tua, tidak bisa bikin bangga, jangan bikin mereka malu. Laki-laki dewasa hormat pada mertua, anak perempuannya kita rawat dan jaga, bukan dijaja. Bahkan pada kondisi yang sudah paling sederhana, Zul juga sudah salah besar. Orang berdagang, uang didapat , barang -jasa harus diserahkan. Nah ini penting untuk Zul pikirkan, selama masa-masa penebusan di ruang tahanan. Jika ia bisa sadari dan banyak pikirkan, ada harapan Zul bisa keluar sebagai orang yang baru. Laki-laki dewasa, yang ngerti artinya jadi laki-laki sejati.

Liam Then

Waktu kecil semua orang pasti ditanya, kalau sudah besar mau jadi apa. Tapi kenyataannya sungguh pahit, ketika kita besar, pilihan kita terbatas, hanya yang mampu yang bisa milih mau jadi apa. Kebanyakan orang pilihan "mau jadi apa" jadi sirna, menjadi yang penting kerja. Kemudian yang terjadi adalah seleksi alam, hukum rimba, hanya yang terkuat dan paling beruntung yang menang. Kadang sudah cerdas,pintar,ulet,kuat, tapi karena kurang beruntung, bisa terdepak sedari awal. Inilah kondisi yang harus disadari dan cepat diperbaiki oleh pemerintah. Selama ini ada suara sumbang ,tentang daya juang orang Indonesia, mau gampangnya saja, kerja tak susah, gaji melimpah. Tapi saya kira itu tidak benar, orang Indonesia kebanyakan sangat ulet. Saya lihat ibu-ibu dipasar yang jualan setumpuk pucuk ubi, batang talas, apa saja yang bisa jadi duit. Saya lihat para pekerja kita, rela kredit motor, agar bisa tepat waktu sampai ditempat kerja. Memenuhi tuntutan ketat dunia kerja. Bisa lolos bangkit dari krisis moneter 1998 itu bukan kebetulan, masa covid, lihatlah pasar tradisional, tetap ramai, ibu-ibu ,bapak-bapak pedagang kita, mana takut covid, mereka lebih takut tak bisa gelar lapak. Dinegeri yang maju, kancah perjuangan rakyat ini, yang selalu dijadikan bahan pikiran. Dari pendidikan bakat muda, peluang-peluang mereka dijaga dan selalu diusahakan terbuka makin lebar, agar kesempatan dan peluang menjadi merata. Orang bisa masuk,tanpa mengharapkan faktor peruntungan. 

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda