Sang Begawan Media

U Tiga-I

Universitas Islam Internasional Indonesia (UIII), Depok. (FOTO: (KalderaNews/ Dok. Kementerian PUPR)

COWASJP.COM – ADA UI, ada UII, dan kini ada UIII. Kamis pagi lalu saya ingin ke U yang I-nya tiga itu: Universitas Islam Internasional Indonesia. Keinginan yang sudah setahun tertunda. 

"Bisa nggak ditunda jam 13.00," ujar Prof Dr Komaruddin Hidayat, rektornya. "Sampai jam 12.00 saya telanjur janji rapat di luar kampus," tambahnya.

"Saya hanya bisa jam 10.00 ini Prof. Saya jam 13.00 juga ada rapat. Yang penting saya boleh ke kampus. Lihat-lihat," jawab saya. 

Saat mengirim WA itu jam menunjukkan sudah pukul 09.00. Saya sedang rapat dengan orang yang punya pengalaman panjang membangun kapal. Rapatnya ternyata akan lama. Padahal saya ingin ke kampus Indonesia International Islamic University (tripel-ai-yu) itu. 

Maka rapat itu pun saya batasi hanya boleh 30 menit. Kalau pun belum selesai bisa diteruskan di mobil. Berlima. Sambil menuju ke kampus UIII (u-i-i-i). Sekalian agar mereka tahu kampus baru itu. 

Pun kalau rapat di perjalanan belum selesai bisa diteruskan lagi dalam perjalanan pulang dari Depok. Kampus itu di wilayah Depok. 

"Ok. Nanti ditemui Wakil Rektor Prof Bahrul Hayat, Prof Jamhari Makruf, dan Dekan Ekonomi Prof Dian Masyita," ujar Prof Komar. Sebenarnya saya ingin bertemu Prof Komar sendiri. Sudah kangen, terutama kangen humor-humornya dari lapangan golf. Di samping guru besar agama, Prof Komar adalah juga ''guru besar'' cara mengayunkan stik golf.

Dari SCBD Jakarta kami menuju jalan tol Jagorawi. Lalu pindah ke tol Cijago. Exit di Cisalak ke arah kampus di Cisalak. Tak jauh dari situ tibalah kami di kampus U yang I-nya tiga.

Ternyata tingkat kecantikan kampus ini 5i. Terutama kalau sudah benar-benar jadi kelak. Luas tanahnya: 240 hektare. Di zaman Presiden Soeharto tanah ini direncanakan untuk pengembangan RRI –Radio Republik Indonesia. 

Ada satu bangunan kuno di areal 240 hektare itu. Milik orang Belanda. Konon pemilik rumah itulah yang punya tanah ribuan hektare di seluruh Depok. Bangunan kuno itu dipertahankan. Sudah direnovasi. Akan jadi salah satu daya tarik kampus ini. 

Jalan utama masuk ke kampus UIII dibuat lebar sekali. Mungkin mengambil pengalaman dari jalan masuk ke kampus U yang I-nya satu di Depok. Yang sudah dibuat dua jalur tapi akhirnya terasa sempit. Kurang anggun. 

Jalan masuk UIII –saya perlu menarik napas untuk mengucapkannya secara jelas– terasa anggun. 

Di ujung jalan masuk itu ada plaza luas. Kami turun dari mobil sebelum plaza itu. Sejak dari situ tidak boleh lagi ada kendaraan. Siapa pun yang akan ke gedung induk UIII harus berjalan kaki melewati plaza luas itu.

Yang disebut gedung induk UIII pun bukanlah satu gedung. Ada tiga bangunan. Terpisah. Berdekatan. Komposisinya seperti membentuk gerbang besar. Komposisi gedung-gedung itu seperti menyiratkan sikap welcome. 

Bangunan paling kanan adalah masjid yang bukan seperti masjid –terlihat masjid hanya dari menaranya yang menjulang modern. Bangunan yang di tengah adalah gedung rektorat. Yang di sebelah kiri adalah gedung perpustakaan.

Tiga gedung itu melambangkan hati, tangan, dan otak.

Itulah filsafat dasar yang menjadi misi UIII. Hati, tangan, otak. Nurani, action, cerdas.

Di balik bangunan-bangunan itu ada danau. Memanjang dan melengkung. Saking panjangnya ujung danau tidak terlihat. Akan indah sekali. Kelak. 

Kini danau itu masih seperti empang. Masih akan menunggu lama untuk bisa menjadi seindah danau di dalam kampus pusat Universitas Terbuka di Pondok Cabe Jakarta.

Di kejauhan sana terlihat asrama mahasiswa. Juga sebagian perumahan dosen. Saya tidak ke dua lokasi ini. Waktu tidak cukup. Saya langsung ke gedung perpustakaan. Empat lantai. Pakai eskalator. Saya ingin membandingkan dengan perpustakaan Mochtar Riyadi di kampus Tsinghua University Beijing –yang sebulan lalu saya ke sana.

Saya diantar menuju ruang atas perpustakaan itu. Ada satu lantai khusus untuk buku-buku referensi. Lantai yang lain untuk non-referensi.

Di lantai atas itu saya tertegun. Semua buku perpustakaan CSIS ada di sini. Sudah dihibahkan ke UIII. Perpustakaan CSIS sendiri sudah tutup. "Maka buku tentang masa Orde Baru paling lengkap sekarang ada di sini," ujar Prof Bahrul.

Anda sudah tahu: CSIS adalah lembaga think tank pemerintahan Presiden Soeharto. CSIS singkatan dari Center for Strategic and International Studies –yang dulu sering dipelesetkan menjadi ''cina senang Indonesia susah''. CSIS didirikan oleh Prof Panglaykim –-ayah Dr Mari Pangestu. Prof Pang banyak membantu saya dalam membangun kembali Jawa Pos saat itu.

Ada juga buku-buku hibah dari Prof Merle Ricklefs, guru besar University of Melbourne. Anda sudah tahu: almarhum adalah ahli sejarah Jawa dan Indonesia.

Gedung perkuliahan UIII sendiri dibangun berjajar di belakang danau. Saya ke salah satu gedung perkuliahan itu. Empat lantai. Koridornya lapang dan terbuka. Sirkulasi angin mengalir sangat sepoi. Tangga-tangganya lebar dan banyak. Lift hanya untuk yang disabel dan orang tua.

Di gedung perkuliahan ini juga disediakan ruang dosen. Satu dosen punya satu ruang kerja. Lengkap. Semua dosen bergelar S-3. Itu pernah dianggap pemborosan oleh auditor negara. Pemahaman mereka tentang universitas yang ideal belum sampai di sana. 

Sementara ini UIII memang baru membuka perkuliahan untuk S-2 dan S-3. Empat jurusan: kajian agama, pendidikan, ilmu sosial, dan ekonomi. Kelak akan ada kedokteran dan teknik. 

Ada beban berat di pundak UIII: pakai identitas Indonesia, internasional, dan Islam. Harus bisa mencerminkan tiga identitas itu. Maka moderasi adalah misi utamanya.

Mahasiswa yang diterima di situ banyak dari negara yang Islamnya keras. Seperti Afghanistan. Siapa saja boleh melamar jadi mahasiswa. Diseleksi. Dapat beasiswa. Sebagian lagi adalah mahasiswa yang diundang. 

Di situ saya bertemu mahasiswa dari Armenia, Afghanistan, Gambia, Timor Leste, dan Aljazair. Masih banyak yang lain: dari 22 negara.

Yang dari Timor dan Filipina beragama Katolik. Yang dari India beragama Hindu. Yang dari negara Islam lain banyak yang menganut mazab non-Syafi'i. 

"Saya kagum dengan moderasi agama di sini," ujar mahasiswa dari Armenia. Ia mahasiswa S-3. Membawa istri dan anak balita. Saya bertemu anak itu. Lagi main-main di ruang asuh anak. Inilah universitas yang memiliki fasilitas ruang permainan untuk anak-anak mahasiswa. 

Ia minoritas di Armenia. Hanya sekitar 7 persen penduduknya yang Islam. Selebihnya Kristen. Bahasa Inggrisnya bagus. Dan memang semua calon mahasiswa harus punya kemampuan berbahasa Inggris. Semua mata kuliah diberikan dalam bahasa Inggris. Atau Arab. 

UIII adalah universitas negeri. Semua ditanggung negara.

Dibangun oleh negara. Dibiayai negara. 

Presiden Jokowi memang menghendaki Indonesia bisa menjadi kiblat baru dunia Islam –antara lain lewat UIII. Rektor pertama yang ditunjuk pun mencerminkan misi itu: Prof Dr Komaruddin Hidayat.

Anda sudah tahu: ia mantan rektor Universitas Islam Negeri Syarief Hidayatullah Ciputat Jakarta. Dua periode. Ia orang pesantren. Lulusan Pabelan Magelang, di dekat kampung kelahirannya yang miskin saat itu: Muntilan. 

Setelah lulus S-1 di Ciputat Komar mendalami ilmu filsafat Barat. Di Ankara, Turkiye. Sampai meraih gelar doktor filsafat Barat. 

Ia intelektual terkemuka Islam. Pernah pula memimpin program kajian Islam kontemporer. 

UIII masih baru. Ini baru tahun kedua perkuliahan. Saya masih harus ke sini lagi dua tahun ke depan. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 15 Mei 2023: Tanpa Wapres

Juve Zhang

Pemilu Thailand bikin kejutan Partai PM Prayut Chan hancuur di rujak rakyatnya. Partai Baru Move Forward Party 147 pimpinan anak muda Pita Lim, kedua Phue Thai besutan Thaksin dan ketiga ini yg paling GILA mereka akan melegalkan GANJA .wkwkkqk. siap siap anak muda kita touring ke sana sambil ber ganja ria dengan lady boy .wkwkkwk. Thailand kalau lihat sang Raja pake Thank Top jalan jalan di Jerman dan sang Ratu di photo bugil ya gak heran Ganja dan Lady boy makin seronok disana. Wkkwkw.

AnalisAsalAsalan

Identitas Politik dan Politik Identitas. Kedua frasa tersebut sering dianggap sama, padahal berbeda. 

1. Identitas Politik. Warna merah, hijau, kuning, biru, religius, nasionalis, Islam, Kristen, dll. Yang ditulis Abah termasuk identitas politik. 

2. Politik Identitas. Bawaslu sendiri belum membuat rumusan tertulis tentang definisi politik identitas, yang bisa dijadikan acuan semua pihak, misalnya dicantumkan di UU. Dari berbagai pembicaraan dan seminar, disimpulkan bahwa yang dimaksud politik identitas adalah politik SARA -- mengemukakan SARA yang berpotensi merusak persatuan dan kesatuan bangsa. Demikian sekilat -- bukan sekilas -- info. Hahahahaha.

Mirza Mirwan

Waktu pemilu serentak 2019 partisipasi pemilih kita mencapai 81%+ saya cukup kaget -- sebelumnya di bawah 80% sih. Tetapi partisipasi pemilih dalam pemilu Turkiye 2023 ternyata lima poin lebih tinggi, 86%+. Total pemilih terdaftar di Turkiye 64.190.651 pemilih. Total suara yang sudah dihitung 55.382.707 suara (99,38%). Dari jumlah itu suara yang sah (geçerli oy) sebanyak 54.349.667 suara (oy), sedang yang tidak sah (geçersiz oy) sebanyak 1.033.040 suara. Dari sebanyak 54.349.667 geçerli oy itu termasuk juga suara untuk Muharrem Ince yang mengundurkan diri tgl. 11 Mei, menyusul kampanye fitnah di medsos yang ditujukan kepada dirinya. Karena surat suara terlanjur dicetak, YSK (Yuksek Seçim Kurulu) -- KPU-nya Turkiye -- membolehkan pendukung Ince untuk tetap memilihnya. Hasilnya, Ince memperoleh 235.618 suata (0,43%). Recep Tayyip Erdogan: 26.859.313 (49,42%), Kemal Kiliçdaroglu 24.430.618 (44,95%), sedang Sinan Ogan 2.824.118 (5,2%). Kiliçdaroglu sesumbar akan memenangi putaran kedua, 28 Mei nanti. Tetapi, kalau toh menang, ia juga susah menjadi presiden. Aliansi Rakyat (Millet Ittifaki) yang mengusungnya hanya memperoleh 213 kursi dari 600 kursi Majelis Agung Rakyat. Sedang Cumhur Ittifaki (aliansi republik) yang mengusung Erdogan memenangi 321 kursi. Sisanya, 66 kursi, direbut Emek Ve Özgürlük.

Chei Samen

Emboen Pagi.. Di halaman, dingin serasa emboen pagi, setia kau di sini, yang kemaren tidak ku nikmati, ke mana kau Encek Emboen, atau aku yang kabor, yang tentu setia, Bro Tembem, yang melayang ke Istanbul, bersama emvoen, menyerahkan hasil pilpres ke perusuh males, bersama emvoen pagi yang mula menyepi.

Sri Wasono Widodo

Pukul 05.08: suara masuk 94,7%, Erdogan 49,6%, Kiricdaroglu 44,7%, Ogan 5,3%, Ince 0,4%. Pergerakan sudah stabil. Prediksi: dua putaran. Di putaran kedua Erdogan menang karena tinggal membutuhkan >0,4% suara yang tentunya sangat mungkin karena swing voternya 5,7%. Tampaknya program Bandung Bondowoso dengan kenaikan gaji 45% dan janji gas gratis berhasil memenangkan strategi Roro Jonggrang yang tidak berhasil membangunkan ayam berkokok. Mungkin si ayam ngeper dengan petisi turis mancanegara.

Xiaomi A1

Perang Diponegoro (1825-1830) adalah perang terdahsyat dan termahal kala itu yg dihadapi oleh penjajah Belanda.. Mengapa pasukan Pangeran Diponegoro bisa begitu kuat, ternyata Pangeran Diponegoro mengadopsi ilmu dan struktur militer dari Turkiy Ottoman.. Contoh yg mudah dilihat, salah satu panglima Pangeran Diponegoro adalah Sentot Prawirodirjo atau disebut juga Sentot Ali Basha.. Basha atau Pasha adalah Panglima/jenderal dalam struktur militer Turkiy Usmani..

imau compo

Ketika Habibie ditanyakan alasan pembentukan ICMI, beliau menjawab muslim adalah struktur mayoritas (85%) dalam demografi Bangsa Indonesia. Memajukan negara ini akan efektif dengan memberikan perhatian pada komposisi terbesar ini. Pernyataan Pak Habibie bukan berarti, peranakan Cina yg 4,5 % dan menguasai 50 % ekonomi di Indonesia akan dimusuhi. Justru, dalam ekonomi pasar, mereka ini akan menjadi modal pengangkat yg mayoritas tadi. Pabrik-pabrik yg mereka bangun akan membuka lapangan pekerjaan dan juga sumber pajak namun intimidasi utk staycation pemberi kerja ini sangat bertentangan dgn keadilan.

Juve Zhang

Awal Pak Jokowi jadi Presiden 2014 untuk membeli I Lira Turkiye perlu merogoh uang Rp.5500. sekarang 2023 cukup merogoh Rp.753 untuk membeli 1 Lira. Bagi anda yg impor bahan tekstil dari Turkiye ini artinya Rejeki besar. Kalau anda jadi turis di Turkiye mungkin hanya bawa sekian juta saja sudah kenyang makan ,jalan jalan, dan mandi Turki. Jelas pak Erdogan sudah gagal jadi Presiden, kalau dilihat dari ekonomi, kalau pak Jokowi memang Joss , Rupiah bisa menguat terus tapi di "rem" sepertinya. Itulah Jokowinomics yg di akui oleh banyak orang jurus ampuh menjaga Rupiah kuat, investor harus banjir masuk dan ekspor Nikel jadi 500 triliun di 2022 dibanding kan waktu ekspor mentah nikel cuma kontribusi nya 17 triliun, ilmu Jokowinomics diturunkan ke pak Rambut Putih, itu sinyal jelas siapa penerus tongkat estafet Jokowinomics. 

Komentator Spesialis

Salah satu agenda reformasi 98 adalah membangun sistem segala bidang kenegaraan. Karena dengan membangun sistem, siapapun yang akan menjadi presiden tidak akan mempengaruhi perjalanan bangsa mencapai tujuan kita Indonesia yang adil dan makmur seperti yang dicita citakan dalam pembukaan UUD. Sayangnya sistem yang telah kita bangun itu ternyata bisa diruntuhkan juga. Bayangkan kalau mereka yang duduk di legislatif, eksekutif dan yudikatif bersekongkol. Selesai kita rakyat. Contohnya cuma elus dada ketika dengan mudahnya UU Ciptaker di gol kan. Atau UU lainnya. Bahkan KPK pun dihancurkan. Semua harus kita kembalikan ke rel reformasi dengan memilih partai dan pemimpin yang lurus dan berkomitmen terhadap bangsa ini. Bukan petugas partai yang hirarki tertingginya kepada ketua partai.

Nurkholis Marwanto

Di kepemimpinan Endorgan, dunia pertahanan turki juga naik daun. Lihat saja kiprah: Drone bayrakthar tb 2 produksi Turkiye, diperang Armenia vs Azerbaijan, Perang Rusia vs Ukraina, Burkinafaso vs separatis. Canggih, efektif, Sangat disegani. Belum lagi drone Kizilelma dan Akinci. Mirip Jet tempur generasi 5. Masih ada lagi drone siluman ANKA 3 yang punya tampilan seperti bomber Amerika Stealt B21 raider yang setara Okhotnik milik rusia atau Shahed 151 milik Iran. Atau yang terbaru pengembangan pesawat generasi 5 TF-X/Kaan, yang berarti seperti halnya negara-negara maju, sudah mengembangkan pesawat generasi 5. 

Warung Faiz

April th 95_dari pasar minggu Jakarta,berangkatlah saya dgn teman2_tujuannya Stadion utama Jakarta utk menonton sepak bola pra olimpiade antara Indonesia Primavera vs Korsel_tanda2 stadion bakal penuh sdh terlihat di jalanan_metromini,mayangsari bakti dan bis2 lainnya penuh sesak oleh suporter... Benar saja ke tiba di stadion utama yg berkapasitas 120rb orang penuh sesak_menurut catatan resmi tiket terjual 104rb penonton_tapi saya percaya kalo penonton lebih dr itu_soalnya dulu tempat duduknya masih bangku panjang... Ketika tiba lg kebangsaan Korsel dikumandangkan,suporter masih sikap seolah tak acuh,maklumi saja_sampai saatnya Indonesia Raya dikumandangkan_tanpa di komando semua berdiri, ada yg berdiri dgn sikap sempurna,ada yg sambil memegang dada sambil semuanya menyanyikan lagu Indonesia Raya.... Bayangkan... 120rb orang bernyanyi,bak sebuah konser... Bergetar rasanya tubuh ini,bahkan aku liat banyak yg meneteskan air mata,ntah kenapa saya ikut2an meneteskan air mata... Identitas saya sebagai seorang yg bersuku di bumi Sriwijaya rasanya saat itu saya tanggalkan,saat itu rasanya kita satu identitas_yaitu suku Indonesia...

Juve Zhang

Selingan spiritual , ada 40 bhiksu yg berjalan kaki dari Thailand ke Malaysia Singapura lanjut Jakarta dan finish Borobudur. Melihat jalannya yg cukup cepat dan bekal minim. Dan pake sandal lagi. Sungguh kekuatan mental dan phisik yg bukan kaleng kaleng .mereka melakukan perjalanan spiritual ke Borobudur untuk Hari Waisak. Ada 8 bhiksu yg mengundurkan diri. Sisa 32 orang .salut atas kekuatan mental dan phisik nya. Selamat ber jalan spiritual.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda