Sang Begawan Media

Ranking Antipiretik

Rakyat Cina protes kepada pemerintahnya atas ekstraketatnya lockdown gegara Covid-19, 28 November 2022. Kertas putih yang diacungkan simbol tindakan sensor. (FOTO: Reuters - bbc.com)

COWASJP.COMSAYA pun dipaksa kembali mengamati data Covid Tiongkok. Juga menghubungi sahabat Disway yang di sana: ternyata jumlah penderita baru Covid memang melonjak di sana. 

Kekhawatiran baru pun meluas. Perburuan obat terjadi. Perburuan obat itu membuat kekhawatiran berubah jadi kepanikan. 

Tapi sebenarnya korban baru Covid itu tidaklah sedramatis yang tergambar di media barat.

Memang selama ini di Tiongkok dikenal sebagai paling sedikit penderita Covid-nya. Ketika negara lain hancur-hancuran Tiongkok seperti berkibar sendirian. 
Untuk meraih kobaran itu Tiongkok melakukan berbagai cara. Termasuk cara yang amat keras: lockdown total. Bisa langsung satu kota. Bisa juga satu provinsi. Tanpa pengecualian untuk siapa pun.

Ketika penderita baru di negara lain mencapai di atas 20.000/hari di Tiongkok sering hanya di bawah 10 orang. Itu pun ditemukannya di perbatasan. Seperti di bandara internasional atau di pelabuhan laut.

Bila ada penemuan penderita di dalam kota maka kota itu langsung ditutup. Penduduk tidak bisa keluar kota. Bahkan tidak bisa keluar dari apartemen. Sampai pun dilarang keluar dari rumah. 

Langsung juga tiap hari dilakukan tes. Masal. Menyeluruh. Kalau 7 hari berturut tidak ditemukan kasus, barulah lockdown diperlonggar.

Anda sudah tahu: kota semetropolitan Shanghai pun di-lockdown secara keras. Apalagi di kota yang lebih kecil. 

Kerasnya lockdown itu sampai pintu utama sebuah apartemen harus dikunci dari luar. Kalau di kompleks itu ada 9 apartemen pun masing-masing pintu utamanya dikunci dari luar. Lalu pintu keluar/masuk kompleks juga dikunci. Berlapis. Tidak ada yang bisa berkutik. 

Saat dilakukan penguncian seperti itulah terjadi kebakaran di salah satu apartemen. Di Xinjiang. Banyak sekali penghuni meninggal. Bukan karena Covid. Tapi karena terjebak di dalam gedung apartemen yang terkunci. Tidak ada jalan keluar. Tragis sekali. Terpanggang dengan sadar. Heboh sekali. Pemerintah pun dikecam habis-habisan. Di seluruh negeri. Juga di seluruh dunia. 

Itu terjadi awal November lalu. Justru ketika rakyat sudah tiga tahun jenuh dengan pengendalian Covid yang amat keras. 

Mereka sudah tiga tahun penuh dikekang seperti itu. Mereka ingin ada pelonggaran. Apalagi mereka dengar di negara lain keharusan bermasker pun sudah berubah menjadi sukarela. Sistem karantina juga sudah dihapus.

Maka banyaknya korban kebakaran tersebut menjadi momentum untuk protes. Masal. Di banyak kota.

Meski Tiongkok negara komunis bukan berarti tidak ada protes. Protes sering terjadi di sana. Juga sering diperhatikan. Asal tidak masalah politik. Atau kekuasaan. Kalau protes itu menyangkut kesejahteraan rakyat, kesulitan hidup, ketidakadilan yang dilakukan aparat, pemerintah sangat peka. Protes itu sangat diperhatikan. Tidak jarang sampai jatuh sanksi bagi aparat kejam di satu tempat.

Pun protes soal masih ketatnya penanganan Covid. Pasca kebakaran maut itu. Pemerintah meresponsnya dengan cepat. Mulai 1 Desember 2022 pelonggaran-pelonggaran dilakukan. Secara nasional.

Ketika keputusan pelonggaran itu diambil ganti banyak orang yang khawatir: jangan-jangan akan terjadi ledakan jumlah penderita Covid yang tidak terkendali. Penduduk begitu besar: 1,3 miliar. Kepadatan begitu tinggi. Apalagi di sana belum banyak orang yang pernah kena Covid. Banyak yang belum punya kekebalan. Herd immunity belum terbentuk. 

Beda dengan di Indonesia. Penduduk yang sudah punya kekebalan Covid mencapai 99 persen.

Pun soal vaksinasi. Di Tiongkok yang sudah mendapat vaksinasi belum sebanyak di Indonesia. Terutama di kalangan orang tua. Baru sekitar 55 persen. Lansia bukan prioritas. Yang sudah vaksinasi dua kali begitu kecil. Bahkan yang sudah booster lebih rendah lagi.

Itu karena prioritas vaksinasi di Tiongkok untuk kalangan muda. Yang lebih produktif. Kaitannya dengan ekonomi. Agar dalam pandemi pun ekonomi bisa bergerak.

Sahabat Disway di sana punya papa-mama berumur 53 tahun. Belum pernah kena Covid. Kini sahabat Disway tersebut sangat khawatir akan keselamatan orang tuanyi. Apalagi ketika setiap hari dilihat angka penderita baru sangat besar: sekitar 3.000/hari.

china1.jpg

Sebenarnya angka itu kecil sekali. Terutama dibanding negara lain yang pernah mencapai 40.000/hari. Lebih lagi dibandingkan dengan jumlah penduduk Tiongkok yang 1,3 miliar jiwa. Hanya karena biasanya tidak sampai 10 orang maka angka 3.000/hari itu mengejutkan.

Padahal dari sekitar 3.000 itu yang mati tidak sampai 10 orang. Itu karena yang sedang mewabah di sana sudah varian Omicron. Bukan lagi varian Delta yang kejam itu.

Memang angka 3.000 itu meragukan. Itu kan hanya yang masuk rumah sakit. Yang tidak masuk RS pasti lebih banyak lagi. Apalagi ada seruan: penderita ringan tidak usah masuk RS. Cukup diatasi dengan obat di rumah masing-masing. Kita di Indonesia sudah menjalaninya. 

Akibatnya sama: stok obat habis di mana-mana. Terjadi kepanikan. Banyak orang membeli obat berlebihan. Untuk jaga-jaga. "Kami pun mencari obat antipiretik ke mana-mana. Semua toko obat kehabisan antipiretik," ujar sahabat Disway itu.

Ayah-ibunyi itu sebenarnya baik-baik saja. Tapi dia harus menyiapkan obat nyeri dan penurun panas tersebut. "Kalau saya sendiri tenang saja. Saya sudah pernah kena Covid," kata wanita muda dengan 4i ini.

Meski angka Covid di Tiongkok naik drastis, tidak sampai ada tanda-tanda yang sudah longgar itu diketatkan lagi. 

Kenyataannya, meski dunia menghebohkan Tiongkok, tetap saja angka Covidnya rendah sekali. Selama tiga tahun ini belum juga mencapai 400.000. Ranking dunianya masih 98. Indonesia di ranking 20. Dengan penderita 6,7 juta orang.
Tapi sekarang ini apalah artinya ranking itu. (*)

Komentar Plihan Dahlan Iskan
Edisi 23 Desember 2022: Omnibus Kesehatan

Otong Sutisna

Para perusuh sejati, bukannya tidak mau ikut, tapi bingung cari alasan ke istri.... Kira2 apa ya ... alasannya ke istri biar di kasih izin dan di tambahin uang saku.

Leong putu

Menanak nasi di atas dandang / Piring ditaruh diatas gantang / Terimakasih sudah diundang / Mohon maaf tidak bisa datang / ... 365_mantun maaf

Tjahjo Suseno

Orang Indonesia mencari ijazah dari perguruan tinggi/ universitas buat melamar pekerjaan, naim pangkat atau melamar S3. Dokter spesialis yang hanya punya sertifikat seperti orang seminar di sini tentu kurang bergengsi...????

Amat Kasela

Cari S-3 biar cepat dapat, tak perlu muluk-muluk. Yang penting cantik, pintar, anak orang kaya, beriman. Itu saja.

Mirza Mirwan

Jadi, kayaknya yang berlaku di Inggris sama seperti di AS. Program spesialisasi berbasis rumah sakit (hospital base), bukan university base. Tetapi yang mengeluarkan sertifikat spesialis bukan rumah sakit tempat dokter (umum) menjalani program spesialisasi. Kapan hari itu saya pernah menulis bahwa di AS yang mengeluarkan sertifikat adalah ABMS -- American Board of Medical Specialties. ABMS ini bukan sekadar mengeluarkan sertifikat spesialis, tetapi juga melakukan monitoring terhadap kinerja para dokter spesialis. Sementara General Medical Council (GMC) di Inggris yang mengeluarkan sertifikat spesialis, ternyata cakupannya lebih luas. Juga melakukan monitoring terhadap kinerja dokter umum. Tetapi, eh, namanya saja memang General Medical Council, kok. Perasaan saya pernah lewat di depan GMC itu. Lokasinya hanya sepelemparan batu dari Museum Madame Tussauds ke arah timur. Hanya beda jalan. Madame Tussauds di Marylebone Road, GMC di Euston Road. Indonesia, sebaiknya, mengadopsi model Inggris itu. Kita kan punya KKI. -- Konsil Kedokteran Indonesia. Tetapi, pertanyaannya, kredibilitas KKI kita sudah mendekati GMC atau belum?

Kliwon

Ada yang disebut "Sahabat Disway", ada pula yang disebut "Perusuh Disway". Disebut sebagai "Sahabat Disway" karena bacaannya semacam Ensiklopedia, Tesis/Disertasi, Jurnal Ilmiah dan semacamnya. Pekerjaannya sebagai dokter, peneliti, ilmuwan, akademisi, dll. Yang satunya disebut "Perusuh Disway". Mungkin karena bacaannya semacam buku primbon, tafsir mimpi, buku fengshui dan semacamnya. Yang kerjaannya nge rekap togel, semedi, jualan batu akik, konsultan spiritual, dll.

Juve Zhang

Anda bisa jadi spesialis anti sakit berat, pelajari kasus kasus sebabnya orang sakit berat, hidup kita jangan menyusahkan dokter, kata dokter spesialis kalau datang pasien sakit berat dia juga stress, jadi hiduplah yg jangan merepotkan dokter spesialis.itu pendidikan kedokteran"terbaik" bagi siapa saja yg mau ambil, spesialis tidak sakit berat.paling susah S5. Pengajarnya Professor semua , kampus pendidikan nya di dunia nyata dalam kehidupan sehari hari anda semua ,beaya kuliah gratis, selamat kepada 20 orang paling beruntung dipilih ke Agrinex cuma itu daftar Perusuh atau Daftar pesenam Pagi kawan Abah? Wkwkwkwk. Minimal ada Pak Pry yg perusuh Tulen. 

Jokosp Sp

Minimal ada tiga karakter yang saya kenali akan bertemu di Agrinex besok. Semua akan saling melengkapi. Ada Pak Priyadi Satriana yang glogok sok apa anane, tanpa tedeng aling - aling. Pokoknya disampaikan apa adanya, perasaan orang bagaimana ? Mbuh gag mau tahu. Ada Pak Thamrin dahlan yang lembut dan menyejukkan. Kehidupan akan terus damai, ayem tentrem jika masih bisa berpantun ria tiap harinya. Dan ada MZ Arifin UZ yang menyejukkan dengan petuah agamanya, namun kadang juga bisa keras jika tidak sesuai dengan keyakinannya. Abah akan bertemu tentunya bukan lagi dengan perusuh saja, karena ada juga sahabat Disway. Mudahan akan ramai dengan acara tutup tahun yang sangat mengesankan bagi yang terpilih, juga bagi Abah bisa dapat masukan yang luar biasa dari pembaca setia. Saya yakin dengan masukan teman - teman, ke depan menjadikan CHDI jadi lebih bagus dan maju lagi ( terutama sisi iklan dan urutan komentar, juga pembatasan karakter yang paling sering dapat complain dari sisi IT ). Salam buat para perusuh yang lain yang belum dapat kesempatan. 

Jimmy Marta

Perusuh itu terdiri dari 3 golongan. 1. Perusuh garis lurus. 2. Perusuh garis lucu. 3. Perusuh garis keras. Terkait kepanjangan sy ada satu usul. Perkumpulan Pemburu saat Subuh. Tp sy gk tahu persis ini mereka masuk golongan mana...haha.

Pryadi Satriana

Saya pernah masuk 'waiting list' utk kateterisasi jantung di RS Fatmawati. Menunggu berapa lama? DUA TAHUN SATU BULAN! Tetangga satu perumahan, ada yg blm kateter jantung pun keburu meninggal. Masalah: kekurangan dokter spesialis. Solusi Menkes: pendidikan dokter spesialis 'berbasis rumah sakit', di-'follow' Dahlan Iskan dg mengontak 'sahabat Disway' di Inggris. Dapat info: "Kami ada cuti dan libur. Liburnya lebih banyak agar dapat belajar sendiri." Kalau ini diterapkan di Indonesia, maka lama 'waiting list' spt kasus saya bisa spt lama 'waiting list' ibadah haji! Logikanya sederhana: kekurangan dokter spesialis TIDAK BISA DIATASI DENGAN DOKTER SPESIALIS YANG ADA TANPA MENGORBANKAN PASIEN! Mengapa? Baik 'university-based' maupun 'hospital-based' DOKTER-DOKTER YANG TERLIBAT YA ITU-ITU SAJA! Solusinya: kirim dokter sebanyak-banyaknya utk mengambil spesialisasi di luar negeri dg 'beasiswa penuh' DAN datangkan dosen2 tamu sebanyak-banyaknya pula utk mengajar para calon dokter spesialis dg biaya negara, JANGAN BIAYA ITU DIBEBANKAN PADA CALON DOKTER SPESIALIS! Demikian usul saya. Salam. Rahayu.

Kang Sabarikhlas

Usai ambil raport Cucu, pulang naik motor suprabapak, eh..dijalan dipanggil Cak Dadi'ndukun pijet.."Kang, pean diundang Abah ya?, kata arek ojol, Abah ngajak jalan² perusuh disway ke gunung Kawi"... "Cak Di, sejak 4 Des. aku gak pegang hp, sbb hp cucuku kecebur bak air disekolahnya, mesinnya rusak, ganti mesin samsul a50 itu mahal, aku bokek jadi hpku dipakai cucu, penting untuk Ulangan PAS dan urusan Osis"... "sini Cak Di pinjem hpnya buat baca CHD"... A FEW MOMENTS LATER.... " Lho Kang?..pean kok baca kebaya hijau?".. "eh anu Cak Di, ini kliru ngeklik"... "Kang, pean dah gaksuka Abah ta?".. "what, Abah who?..." ..."ealaa Kang pean kayak suporter MU ditinggal Beckham, mesti ngomong 'Beckham who'... bersambung...(niru mas Dur).

Jimmy Marta

Sahabat disway tinggi ganteng, saat ikut spesialis ditanyain kapan ngambil S three. Padahal sahabat anakku saat wisuda S1 dibawain bunga dg tulisan. "Wisuda baju hitam sudah, kapan wisuda baju merah?...

yea aina

Anggapan Abah tentang pendidikan/magang dokter spesialis: universitas bukan mesin uang, rumah sakit yang mesin uang. Mungkin itulah dasar pertimbangan penyusunan omnibuslaw kesehatan. Semua terkait uang/biaya. Coba kalau RUU omnitrailerlaw, kan bisa jadi mesin uang, baik rumah sakit juga universitas. Ternyata, ungkapan: sehat itu tidak murah, ada cocoknya juga. Mahal. Kalau sakit, hingga harus berurusan dengan rumah sakit, bersiaplah tersedot mesin uang. Karena para dokter spesialisnya masih lulusan universitas yang bukan mesin uang, tapi "butuh" menyedot biaya kuliah dari para calon dokter pendidikan spesialis. Pun searah dengan pesan mbahmoe: kalau mau sehat sempurna dengan ongkos murah amat, nantilah di surga sana.

Lukman bin Saleh

Saat mengetahui fakta di luar sana. Begitu primitif kita rasanya. Salah satunya maslah dokter spesialis ini. D luar gratis, malah di gaji. Di sini sudah mahal, dipersulit pula. Maka senang rasanya saat ada kemauan pemerintah mereformasi hal2 primitif ini. Ayo pak Menkes. Ayo Pak Jokowi, gaskeun. Mumpung anggota dewan yang terhormat manut2 saja. Karena belum tentu setelah 2024 anggota DPR bisa diam seperti ini. Apalagi jika PDIP jadi oposisi. Masalah naruh botol air mineral dalam baju saja ributnya minta ampun. Tapi saya pesimis jika melihat track record anggota dewan selama ini. RUU yang berhasil diselesaikan selama tahun 2022 hanya 12 biji. Bagaimana pula RUU Omnibus Kesehatan yang urutan 18? Di tahun politik pula...

Fa Za

Sepertinya bukan soal university-based atau hospital-based untuk mengatasi kekurangan dokter spesialis. Ada hal² yg tdk terungkap ke publik maupun oleh pemegang kebijakan. Hal² itulah yg mungkin jd biangkerok penghambatnya, misalnya soal sentimen profesi, soal jatah dan kuota, bahkan soal mafia. Di mana² ada mafia, semua orang tahu itu, tp tidak bisa berbuat apa².

Er Gham

Kalau keahlian KORUPSI, sepertinya tidak perlu sekolah di negri ini. Sertifikasi juga tidak perlu. Pejabat atau pemegang kuasa jabatan bisa belajar langsung di instansinya masing masing. Kecil kecilan saja dulu, di bawah 50 juta, kalau ketahuan cukup dikembalikan saja. Kalau sudah mahir, bisa coba dengan nilai yang lebih besar. Banyak ahlinya di negeri ini. Yang sudah berhasil tidak mengulang kembali, tapi pensiun sudah aman. Bisa ongkang ongkang kaki dengan tabungan puluhan miliar. Mereka bisa saja menurunkan ilmunya ke yang lebih muda, mulai dari persiapan, pelaksanaan, dan termasuk pasca operasi. Kalau proses pasca operasi, bakal tidak ketahuan, aman. Kita namakan saja INSTANSI BASE. Selamat datang di negeri paling KORUP. 

Mirza Mirwan

Semoga dalam CHD besok Pak DI tidak menulis tentang laporan panel 6 Januari DPR AS yang setebal 845 halaman, yang mengungkap keterlibatan Donald Trump dalam konspirasi yang berujung penyerangan ke gedung Kongres, 6 Januari 2021. Laporan hasil investigasi selama 18 bulan, mewawancarai lebih dari 1000 saksi -- termasuk pembantu dekat Trump dan pelaku penyerangan -- itu memang menjadi pemberitaan di berbagai portal berita ternama dunia. Tetapi kayaknya akan membuat beberapa komentator CHD uring-uringan. Bikin pusing, tentu. Saya sudah mengunduh laporan itu (PDF). Tapi mau bacanya males -- ada buku (kindle) pinjaman yang belum tuntas saya baca, sih. Panel 6 Januari itu terdiri dari 9 orang. Hanya satu orang dari Partai Republik, Adam Kinzinger (dari Illinois). Kinzinger bersedia masuk ke dalam panel karena memang sudah berniat tak akan lagi mencalonkan diri -- dan memang dalam pemilu 18 November yang lalu ia tidak ikut nyaleg. Delapan lainnya dari Demokrat. Salah satunya adalahJamie Ruskin (dari Maryland), yang pernah ditulis Pak DI dalam CHD beberapa hari setelah penyerangan gedung Kongres hampir 2 tahun yang lalu.

M Gathmir

senang mendengarnya jika memang ambil spesialis bakalan gratis + dibayar lagi terserah akan university atau hospital base....kakak ipar sempat nanya anak sy yg skr di fkui nanti akan ambil spesialis apa dan siap2 duit 1m katanya, berdasarkan pengalaman anak temannya yg ambil spesialis di unpad...biaya 1m itu uang kuliah, "maintain senior" dll.....

Liam Then

Mama saya operasi angkat rahim di Khucing, sekitar 20 tahun lalu ,nginap semingguan lebih, cuma habis 20jtan. Sebelumnya sempat nginap di rumkit lokal dua hari, habis 2jtan. Dari sini bisa di lihat timpangnya kondisi sektor pelayanan kesehatan di dua negara. Pasti ada yang salah. Masalahnya gak ada yang mau ngaku salah. Semua menuding kondisi sebagai masalahnya. Pemimpin yang ideal ,harus punya kapasitas melihat dengan konsep pandangan mata burung. Pandanganya menyeluruh, menanda, mengurut masalah, memilih masalah untuk di pecahkan ,memilih rute. Punya kapasitas otak bak grandmaster catur, yang langkah-langkahnya mengantisipasi posisi bidak di masa depan. Punya kompetensi dan kapasitas otak, bahkan dalam proses memilih, memahami anjuran,masukan dari staf ahli. Jadi pemimpin yang baik sungguh sangat tidak gampang. Jika di gampang-gampangin, seperti yang selama ini. Wajar jika banyak masalah tertinggal. Karena dalam masa kepemimpinan , pemimpin-pemimpin tipe gampangan ini, hanyak hal ,masalah penting yang tertinggal ,menyusahkan masyarakat yang mengikuti di jalan yang di buka oleh pemimpin tsb. Hemat saya yang kurang sekolah ini, proses pengadaan dokter spesialis di gampangin, proses pengadaan pemimpin yang di susah-susahin saja. Adakan uji saring ketat, jangan kasih lolos tipe-tipe gampangan. Btw, Pak Menkes ini cukup ok menurut saya, berapa banyak menkes sudah lewat. Baru sekarang masalah dokter spesialis terlihat dan di pilih untuk di libas rintangannya.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda