Penyelidikan Rumit 4 Mayat di Kalideres

Tim gabungan polisi saat mendatangi rumah satu keluarga tewas di Kalideres, Jakarta Barat pada Rabu (16/11/2022). Tim melakukan olah tempat kejadian perkara (TKP). (FOTO: KOMPAS.COM/ZINTAN PRIHATINI)

COWASJP.COMMayat sekeluarga di Kalideres, Jakarta Barat, masih diselidik polisi, meski hampir sebulan belum terungkap. Terbaru, polisi menggelar rapat konsolidasi bersama para pakar. Spekulasi warga terus berkembang.

**

POLISI memastikan, rapat dengan para pakar itu bagian akhir dari penyelidikan panjang yang belum bisa diungkap itu. Kasus ini unik. Termasuk keunikan polisi yang terus menyelidiki.

Seperti diberitakan, empat mayat sekeluarga ditemukan meninggal di rumah mereka, di Perumahan Citra Garden Extension 1, Kalideres Jakarta Barat, Kamis, 10 November 2022 sore.

Rumah didobrak. Setelah beberapa kali warga melapor bau busuk di sekitarnya. Pendobraknya, Ketua RT setempat Asiung didampingi aparat kelurahan setempat. Ternyata, empat mayat sudah pada kering.

Itu jenazah Rudyanto Gunawan (71) dan isteri Margaretha Gunawan (68); anak mereka, Dian Febbyana (42); dan adik Rudiyanto, bernama Budyanto Gunawan (69). Rumah itu hanya dihuni empat orang ini.

Hasil otopsi, tidak ada tanda kekerasan. Juga bukan keracunan. Tapi di lambung mereka tidak ada makanan.

Lalu, ramai beredar kata 'kelaparan'. Yang ditafsirkan tidak punya uang buat beli makanan. Ternyata, anggapan itu salah. Keluarga tersebut belum lama menjual mobil Honda Brio seharga Rp160 juta. Mereka tinggal di rumah senilai sekitar Rp 1,5 miliar, yang akan digadaikan Rp 600 juta tapi batal.

Pemeriksaan lanjut, yang meninggal duluan Margaretha, diketahui 13 Mei 2022. Meninggalnya mungkin sudah lama, karena sudah membusuk.

Itu diketahui dua petugas koperasi simpan pinjam yang akan menerima gadai rumah Rp 600 juta, tapi batal, karena tidak bisa konfirmasi sertifikat rumah atas nama Margaretha yang sudah meninggal.

Meninggal terakhir adalah Dian. Dari hasil penyelidikan polisi. 

Terbaru, akhir pekan lalu polisi menemukan diduga mantra. Ditulis ada kerta putih ukuran 5 X 15 cm yang sudah kumal. Tulisannya sudah tak terbaca. Polisi menduga itu mantra, karena bahannya kain.

Direktur Reserse Kriminal Umum Polda Metro Jaya, Kombes Hengki Haryadi kepada pers Senin, 5 Desember 2022 mengatakan:

"Hari ini kita rapat bersama tim pakar. Dari kedokteran forensik, psikologi forensik, dan sosiologi agama, juga laboratorium forensik."

Sosiologi agama dilibatkan, karena dugaan mantra itu. Hasil rapat polisi dan para pakar sudah sudah ada, tapi belum diumumkan polisi. Masih akan didalami lagi. Meski pendalaman kasus ini sudah hampir sebulan.

Polisi menyatakan, hasil akhir akan diumumkan Jumat, 9 Desember 2022. Berarti, tepat sebulan sejak ditemukannya mayat.

Mengapa begitu lama? Kata polisi, laporan akhir masih disusun. Laporan itu hasil kesimpulan rangkuman penyelidikan polisi dan pendapat pakar. Jika tidak ada unsur tindak pidana, polisi akan meninggalkan kasus ini. Artinya, tidak akan diselidiki lagi.

Kasus ini pertama di Indonesia. Unik. Hebatnya, polisi terus menyelidiki kasus unik ini. Mengantisipasi, kalau-kalau itu tindak pidana. Walau pun tanda-tanda pada mayat tidak mengarah ke kejahatan.

Berbagai pakar komentar. Berganti-ganti pakar pendapatnya dimuat media massa. Tapi tidak menuntaskan penyelidikan. Malah bikin riuh. Apalagi awam, ramai berspekulasi di sosmed.

K riminolog dari Universitas Indonesia, Joasis Simon, mengatakan, polisi perlu segera mengungkap kasus ini secara transparan, sebab spekulasi liar yang bermunculan itu dianggap "tidak adil" bagi korban dan keluarganya.

Artinya, kerabat korban dirugikan dengan spekulasi liar yang bertebaran di medsos. 

Pengamat media massa dari Universitas Gadjah Mada, Wisnu Prasetya, berpendapat, spekulasi liar tidak mungkin dihentikan. Meluas, sampai dibandingkan dengan kematian ritual Burari di India.

Ketua Harian Kompolnas, Irjen (Purn) Benny Mamoto ikut mengatakan, penemuan buku berisi ajaran sejumlah agama di rumah keluarga tersebut, perlu penyelidikan polisi.

Benny Mamoto: "Melihat adanya hal-hal yang tidak biasa, seperti korban menutup diri dari keluarga, menggunakan alas kaki ditutup plastik, tidak mau ada listrik dan tidak ada makanan di TKP, maka temuan buku-buku menjadi penting untuk didalami."

Aneka pendapat itu sepertinya membuat polisi ragu melepaskan kasus yang kelihatannya tidak terkait kriminal ini. Enggan menghentikan penyelidikan. 

Sehingga polisi terus-menerus mendalami, mengupas. Ibarat mengupas bawang merah, yang selalu ada kulitnya. Sampai habis/

Sebaliknya, masyarakat terus menunggu hasil penyelidikan polisi. Penasaran. Sekadar tahu. Semacam tontonan di waktu luang. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda