Pandemi Tak Halangi Kolaborasi

Pelaku Seni Antar Bangsa Tampil Bersama

Batharq Saverigadhi dan grup Ksatria

COWASJP.COM"If Covid 19 creates cytokine storm in a suffering patient body, it also create creativity storm for us…."(Oetaei to Paula).

Pandemi memang tidak menghalangi kreativitas seni. Saat pandemi, banyak seniman yang justru melahirkan banyak kreasi. Mereka melahirkan kolaborasi. Kerja bersama mencipta kreasi. Seperti yang dipertontonkan oleh Yayasan Mekar Pribadi ini. Dalam gelaran Festival Budaya Anak Bangsa (FBA) XIV ini.

Yayasan yang dipimpin Oetari Noer Permadi ini, kembali menggelar workshop Kolaborasi Seni. Menautkan kreasi seniman dari banyak negeri. Hasilnya bisa dinikmati di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki. Mulai pukul 07:30 – 10: 00 WIB, Hari Minggu, 16 Oktober 2022 ini.

Ada Maestro Seni Paula Jeanine Bennet dari Juilliard School di New York. Ada Maestro Gamelan Dedek Wahyudi dari Solo. Lalu, ada Koreografer Muda pemegang Rekor MURI Bethara Saverigadi di Jakarta. Juga ada Andi Supardi dan Yahya Andi Saputra, seniman Betawi.  

Diperkuat pula oleh Suryandono dari Swargaloka, Jakarta, Oetari Noor Permadi (Yayasan Mekar Pribadi, Jakarta). Kemudian ada Julio Sanchez (New York) sebagai penari. Julio merespon musik dengan eskpresi gerakan tarinya. 

Workshop memang menampilkan sejumlah kolaborasi dari para seniman lintas negara. Misalnya, ada musik yang ditampilkan. Ini merupakan hasil kolaborasi Paula dengan maestro gamelan di Solo Dedek Wahyudi. 

Lalu ada musik yang dikolaborasikan dengan tari atau pencak silat. Musik dimainkan oleh Paula di New York. Ia memainkan perkusi. Perkusi yang dimainkan Paula pun lintas negara. German metal kegs, Chinese tom tom drum, dan American tone box.

Ada pula kolaborasi musik yang diisi syair atau mantra oleh seniman lain, di tempat yang berbeda. "Teknisnya, Paula Jeanine Bennett dan Richard Bennett merekam musik mereka. Lalu, kita gelar zoom. Nah, Bang Yahya Andi Saputra melantunkan mantra. Lalu direkam pakai handphone Paula saat zoom.... Beberapa jam kemudian sudah jadi tiga versi musik. Judulnya Sanctuary atau Suaka," papar Oetari Noor Permadi.

Lagu Suaka, menurut  Paula , bercerita tentang mimpi ketika Covid-19 melanda. Perasaan yang berkecamuk adalah gelisah, takut, ingin melindungi diri,  sampai tidak mau bersentuhan dengan orang lain. Tapi, akhirnya sadar bahwa kita tidak bisa sendiri mengatasinya. "Kita menerima orang-orang lain dan bersama mencari solusi ke depan."

Selain Suaka ada lagu kedua berjudul Molekul. Sama-sama sebagai respons atas Covid-19. "Ada koda dari lagu Molekul: Siapakah kamu? Apakah kamu? Kenapa kamu? Eh kau molekul, jangan  ganggu aku! 

Kerennn pokoknya. Apalagi lagu ini dibawakan oleh Gutami dari ISI Solo. Makanya, ikut saja workshop gratisnya. Pendaftaran dan info ketersediaan slot hubungi Mbak Lina di 081280192917," tandas Oetari.

Penyiar TVRI di era 1990-an ini menegaskan workshop untuk generasi muda yang memiliki minat dalam seni budaya ini bisa diikuti lewat onlie zoom maupun offline. Hadir langsung di Teater Kecil, Taman Ismail Marzuki, Jakarta. 

Apa yang bisa dinikmati saat ikut menyaksikan pentas kolaborasi ini? Oetari memberikan gambaran seperti ini. Pertunjukan akan diawali alunan mantra para tetua Betawi. Dibawakan oleh Bang Yahya Andi Saputra. Lalu masuk musik perkusi Paula dan piano Richard Bennett. Bang Andi Supardi akan membimbing peserta utk menari dg dasar gerakan silat Betawi.

Batharaq1.jpgBathara Saverigadhi (kanan) dengan grup Ksatria. Mereka tampil dalam workshop Kolaborasi Seni Antar Negara, Minggu (16/11).

Selanjutnya, Bathara Saverigadhi koreografer muda pemegang rekor MURI, (yang  bersama tim KSATRIA meraih juara pertama Indonesia Mencari Bakat 2021) mengajsk peserta merespons musik ekspresi millenial yang berdasar dari tradisi.

Di New York, Julio Sanchez yang juga penari, akan menjawab tantangan dari  musik dengan khasanah tari remaja Amerika.

"Jadi, kita benar-benar menikmati karya gotong royong atau kolaborasi yang menarik. Konsep, lirik dan melodi Paula Jeanine Bennett, dipadu musik gamelan oleh maestro musik gamelan Dedek Wahyudi bersama teman-teman pengrawit ISI Solo," rinci Oetari.

Secara berseloroh, Oetari juga mengemukakan, menggelar kolaborasi kreatif antarbenua yang ampuh menjadi "vaksin jiwa"  ini masih sulit mendapatkan dukungan pendanaan. Lebih mudah mendapat dana/sponsor untuk vaksin tubuh melawan Covid-19.

"Tapi, Alhamdulillah, kami menemukan partner kolaborasi yang sevisi. Bisa memberikan sesuatu nilai yang bermakna untuk generasi muda sebagaimana tujuan Festival Budaya Anak Bangsa (FBA) selama ini, " tegas alumnus Hubungan Internasional UGM ini. 

Lalu apa target kolaborasi? Dengan senyum mengembang, Oetari menjawab. "Hati senang, wawasan luas hehehe... kolaborasi ini menunjukkan bahwa kita punya teman-teman sak ndonya (sedunia)... sehingga imunitas naik..., " seloroh Oetari sembari melanjutkan target sesungguhnya.

Dikatakan, target pertunjukan kolaborasi ini, memberikan pengalaman 'bergotong royong' berkreasi yang asyik bagi remaja dan peserta workshop. "Dan dengan kolaborasi antarbenua, mengajak peserta utk berani bermimpi pentas global membawa rasa lokal," pungkas Oetari. 

Oh iya, selain workshop Kolaborasi Seni tanggal 16 Oktober ini, FBA XIV uga diisi dengan Pentas dan Lomba Lukis. Lomba Lukis digelar 20 November 2022 di Galeri Seni, TIM. Pendaftaran ke : 081280192917 (*)

Pewarta : Erwan Widyarto
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda