Sang Begawan Media

Bubble Alfonso

Alfonso Indra Wijaya alias Alfonso Everyday Mandarin di Indosiar Take Me Out. (FOTO: tangkapan layar YouTube)

COWASJP.COMHONG KONG dan Taiwan kompak: segera menghapus keharusan karantina. Rekan kita yang masih di Taiwan, Mandarin Everyday, kemarin kirim laporan untuk Disway. Teman-teman saya dari Hong Kong juga mengabarkan kegembiraan itu.

Tinggal Tiongkok yang masih ketat. Belum ada gambaran kapan menghapus karantina. Tiongkok memang lebih sensi. Mereka masih tetap curiga: Covid itu virus alamiah atau bikinan manusia. Demikian juga varian yang tiba-tiba muncul di Shanghai itu. Jangan-jangan itu bikinan manusia –musuh Tiongkok. Maka setiap ada gejala varian baru Tiongkok melakukan tindakan ekstrem: lockdown. Tidak peduli yang di-lockdown itu kota sebesar Shanghai atau Xian.

Bahkan tidak hanya terhadap virus Covid. Menjelang Muktamar ke-20 Partai Komunis Tiongkok sekarang ini Beijing juga seperti dalam keadaan lockdown. Gerak manusia dan kendaraan dibatasi. Mobil dari luar Beijing tidak boleh masuk ibu kota. Tidak boleh sedikit pun ada indikasi gangguan terhadap jalannya muktamar. Sampai-sampai ada yang mengira lagi ada kudeta di Beijing.

Kapan Tiongkok akan menghapus kewajiban karantina? Kelihatannya juga terkait dengan muktamar itu. Berarti November depan, setelah Muktamar Oktober, semua hal akan lebih longgar di Tiongkok. Termasuk karantina.

Begitu Xi Jinping terpilih lagi untuk kali yang ketiga, tensi pasti lebih rendah. Pemilihan presidennya memang masih Maret tahun depan, tapi ketua partai (Sekjen PKC) sudah terpilih pertengahan Oktober. Pemilihan ketua partai lebih penting dari pemilihan presiden. Itu karena ketua partai sendirilah yang menugaskan dirinya menjadi presiden. Belum pernah ketua partai mengangkat orang lain sebagai presiden dengan status petugas partai.

Saya ingin kirim papan bunga untuk mengucapkan selamat bermuktamar. Tapi papan bunga itu pasti akan diperiksa berlapis-lapis –belum tentu bisa lolos. Ya sudah. Yang penting muktamarnya sukses, Pilpresnya sukses dan kita ikut mendapatkan berkahnya.

Selamat datang di Hong Kong.

Selamat datang di Taiwan.

Anda akan bebas karantina.

Ikutilah tulisan rekan Anda, sesama komentator Disway, di bawah ini: Alfonso Indra Wijaya. Sambil mencari lelaki yang ingin kawin di Indonesia, Alfonso ikut gembira akan rencana ''bebas karantina'' ini. Berarti bisnis wedding-nya akan kembali ramai.

Perhatikan juga gaya tulisan rekan kita itu. Kian bagus. Kian men-disway:

*

Seminggu terakhir suhu di Taiwan mulai sejuk. Dibandingkan akhir Agustus lalu. Lepas libur Pertengahan Musim Gugur ini, matahari mulai bergerak terus ke selatan khatulistiwa. Menjauhi Taiwan. Hanya di Selat Taiwan yang masih ”panas”. Situasi politiknya.

Saya terima banyak WA, “Gimana, katanya Taiwan mau perang?” Saya langsung arahin HP ke langit sambil video via WA, ”Aman, ga ada pesawat tempur di langit.” 

Menurut teman-teman lokal di Taiwan -para narasumber yang saya percaya- Tiongkok tidak mau menyerang Taiwan. Taiwan menghasilkan 60 persen produksi semikonduktor dunia. Jika dikecilkan lagi menjadi produksi chip ukuran 5 nanometer ke bawah, Taiwan mengendalikan 80 persen produksi dunia. Nomor 1 di dunia. 

Tiongkok butuh chip Taiwan untuk teknologi masa depan mereka. Tiongkok butuh banyak chip. Saya jadi teringat salah satu cuplikan di film Armageddon (1998), ”American components, Russian components, all made in Taiwan.” 

Pun 2 minggu lalu saya menghadiri pameran terbesar semikonduktor, Semicon Taiwan 2022. Banyak juga perusahaan asal Tiongkok, Korsel, Jepang, dan Eropa yang menghadirkan booth di pameran canggih itu. Taiwan ini kecil-kecil cabe rawit.

Dan di Taiwan juga banyak orang Tiongkok daratan yang tinggal di sini. Entah berbisnis atau menikah dengan orang Taiwan. Hanya logat mereka yang sering jadi pembeda dengan orang Taiwan. Sama-sama Tionghoa sudah campur aduk dari leluhurnya sejak zaman Kuomintang dan Partai Komunis bertikai. 

Perang akan membunuh keluarga mereka sendiri. Belakangan Tiongkok yang satunya lagi, yaitu Hong Kong, sering terjadi huru-hara dan ketidakpuasan rakyatnya terhadap pemerintahnya. Imbasnya, orang Hong Kong mulai banyak yang pindah ke Taiwan. Walau daratan Hong Kong lebih nempel ke Tiongkok, tapi Hong Kong merasa lebih klop dengan Taiwan. Tulisannya, demokrasinya, kebebasan internetnya, kebebasan bicaranya, dan sebagainya. Merasa senasib, walau beda sejarah.

Kehidupan di Taiwan masih ramai. Normal seperti biasa. Infiltrasi Tiongkok beberapa waktu lalu dianggap enteng oleh mayoritas rakyat Taiwan. ”Hidup kan harus tetap bergulir”, kata mereka. Banyak restoran yang masih buka seperti 2,5 tahun lalu. Jangan khawatir kehausan dan kelaparan di Taiwan. Bahkan banyak restoran yang lantai bawah dan atasnya beda pemilik, beda nama restoran. Sampai ada restoran yang di bawah tanah. Persaingan begitu ketat. Saya jarang menjumpai restoran yang kosong pengunjung. Daya beli warganya tinggi, termasuk anak-anak mudanya.

Mahasiswa lokal di Taiwan sudah terbiasa bekerja part-time (打工, dagong) saat kuliah. Anak kuliahan yang mampu makan enak pun jamak dijumpai di sini. Kebiasaan makan orang Taiwan beda dengan orang Indonesia. Orang Taiwan selalu memesan tambahan 2-3 side dish -selain porsi utama- saat makan. Jadi kalau pesan bakmie, selalu ada tambahan piring lain yang isinya telur, tahu, atau sayur lainnya di samping. Jadi mustahil melihat orang Taiwan hanya makan nasi putih dengan paha ayam goreng saja. Selalu ada sayur tambahan di sampingnya. Cowok-cewek makan sama banyaknya. Bukan rakus, bukan lapar. Tapi memang dibiasakan makan kenyang sejak kecil.

Dan saat makan, mereka lebih sering tersedia kuah daripada teh. Tidak ada yang jual minuman di restoran pada umumnya. Kuah gratis, self-service. Anda sudah tahu, Taiwan adalah negara pengekspor bubble tea. Yang kini jadi trend anak muda dunia. Kedai teh, macam bubble milk tea, betaburan di Taiwan. Istilah minuman dengan less sugar, medium ice, dan topping, itu memang  dipopulerkan oleh Taiwan. Infonya, mulai 29 September 2022, dunia sudah bisa menikmati bubble tea asli di negara pengekspornya, Taiwan. Taiwan sudah  membuka kunjungan turis. Ayo cek tanggal kedaluwarsa paspor Anda.

Taiwan akan buka perbatasan dalam 2 tahap. Tahap pertama dimulai 29 September. Tetap berskema 3+4. Tiga hari isolasi ketat, 4 hari semibebas. Penumpang dari negara bebas visa sudah boleh masuk Taiwan. Juga aturan karantina sudah boleh 1 orang per kamar -dari sebelumnya, 1 orang per rumah. Tes liur -PCR test- ditiadakan.

Tahap ke-2 direncanakan mulai 13 Oktober. Kabarnya turis sudah boleh masuk saat ini. Ini sudah heboh sejak minggu lalu. Termasuk di Indonesia, meski infonya belum resmi. Perdana Menteri Taiwan, Su Tseng-chang sendiri mengatakan info pasti tahap ke-2 ini akan diumumkan paling cepat 29 September. Walau hingga sore ini (28/9), visa untuk turis Indonesia belum dibuka, tapi para fans Taiwan sudah mulai mengeluarkan paspor mereka. Yang sudah nyaris berdebu karena hampir 3 tahun nganggur. Tak sabar menjenguk kerabat, kunjungan bisnis, berlibur, atau menjenguk anak di Taiwan. 

Lupakan sejenak kenaikan harga BBM.

Salam,

Alfonso Indra Wijaya

Dari Taipei, Taiwan.

***

inayah.jpgHasan Aspahani dan Inayah. (FOTO: Facebook - Catatan Dahlan Iskan)

Siapa Membunuh Putri (26)

Melamar Inayah

Oleh: Hasan Aspahani

 ”SAYA dulu ketika masih aktif sebagai wartawan pernah ditugaskan di sini,” kata ayah Inayah. Kami berbincang di restoran Hotel Nagata Plaza, sambil sarapan.  Orang tua Inayah memilih menginap di hotel di tengah kota. Katanya, ia ingin melihat seperti apa dulu kota yang tapak awalnya ia saksikan. 

”Beberapa kali saya pernah wawancara dengan Pak Habibie, orang jenius itu.” Ia tunjukkan fotonya bersama sosok yang pemikirannya membuat pulau ini berkembang seperti sekarang.  

”Tak menyangka kota ini menjadi seperti ini sekarang,” kata ayah Inayah, ”benar-benar seperti kata penyair Idrus Tintin, disulap!” 

Kami bicara tentang kota ini seperti dikarbit, matang tak merata. Matang terpaksa. Perkembangan yang di luar dari apa yang direncanakan. Judi, premanisme, pejabat korup, hukum yang mudah dibelok-bengkokkan, persoalan lahan tak habis-habis. Ekonomi memang tumbuh. Bisnis maju. Gedung-gedung megah bermunculan. Tapi kota ini juga jadi tong sampah. Apa-apa yang hendak disingkirkan dan dibuang dari negeri seberang. 

”Kesalahan atau kenaifan beliau adalah itu, Nak Abdur, ia pikir semua bisa ia kendalikan. Padahal tidak. Saya tahu betul soal itu. Nak Abdur juga pasti tahu,” katanya. 

”Itu yang membuat saya tak betah sampai akhirnya saya memilih kembali ke Pekanbaru. Menjadi dosen. Jadi PNS. Dan menikah. Saya agak lambat menikah, lambat juga punya anak. Inayah lahir tiga tahun setelah kami menikah, hampir empat tahun,” katanya.

Kami berbincang tentang banyak hal, kami bisa berbagi banyak cerita tentang dunia kewartawanan. Zain Azhar adalah wartawan yang disegani pada masanya. Ia seorang pencerita yang baik.  Ia kenal petinggi-petinggi koran kami, teman-teman lamanya. Di Borgam, dia menyebut beberapa nama tokoh, pejabat, polisi, wartawan lama, dan pengusaha yang ia kenal. Ia menyebut juga nama Pak Rinto. Rinto Sirait. Si supir presiden. Inayah dan ibunya sesekali menimpali.   

”Nak Abdur orang tuanya di mana sekarang?” tanya ayah Inayah.  

Inilah bagian yang kucemaskan. Kepada orang lain saya bisa mengarang atau menghindar. Tapi ini yang bertanya adalah Zain Azhar, ayah Inayah. 

”Mas Abdur yatim piatu sejak tujuh tahun, Yah,” kata Inayah, membantu saya memulai cerita.

”Iya, Pak. Ayah meninggal ketika saya tujuh tahun. Ibu bahkan tak pernah saya kenal, kecuali lewat foto saat ayah dan ibu bersanding,” kataku. Saya berusaha menceritakannya dengan biasa saja. Saya paling tak suka dikasihani orang. Saya malas menceritakan kisah masa kecil saya kalau hanya membuat orang mengasihani saya.  

Ibu saya meninggal ketika melahirkan adik saya. Saat itu saya masih dua atau tiga tahun. Ayah menikah lagi dengan sepupu ibu. Sebagai ibu pengganti, bibi saya itu merawat saya seperti anak sendiri. Saya bahkan tak tahu bahwa dia adalah ibu tiri sampai dia memberitahukannya. Ayah meninggal karena kecelakaan di kapal. Ayah petani, sesekali melaut, sebagaimana banyak penduduk di kampung kami, kampung petani dan nelayan di pesisir Kalimantan. Ayah punya kapal kecil bermesin tempel.  Suatu pagi dia pergi melaut ketika kabut pekat menyamarkan jarak pandang. Udara laut lebih dingin dari biasanya. 

”Sarung yang ia lingkarkan di leher, terlilit roda gila. Ayah mati tercekik, terapung-apung sampai ada nelayan lain yang menemukan ayah,” kataku.   

Saya lihat dua perempuan di hadapan saya berlinang air mata. Saya lihat mereka menangis dengan tulus, karena terharu, bukan karena kasihan padaku. Batas antara kasihan dan cinta, di mata mereka saya bisa membedakannya. Ya, saya yakin mereka menangis karena cinta. Bukan karena kasihan.  Mata saya ikut berair.  Dari dalam tas, Inayah mengeluarkan tisu dan memberikannya kepada saya.

Setelah kematian ayah, ibu yang merawat saya, sepupu ibu kandung saya itu menikah lagi, dia titipkan saya di pesantren. ”Sepertinya sulit mencari lelaki yang mau menerima seorang janda dengan dua anak, dan satu orang anaknya bukan juga anak kandung,” kataku. 

”Kamu sekolah di pesantren itu?” tanya ayah Inayah.

”Ya, Pak. Sampai tamat MTS. SMA saya masuk sekolah negeri, tapi masih satu kota dengan pesantren itu. Saya masih tetap tinggal di pesantren sampai tamat SMA,” kataku.  

Kami melanjutkan berbincang sambil menghabiskan sarapan. Nasi goreng di hotel ini istimewa. Tapi kopinya mengecewakan. Tamu hotel tak terlalu ramai.  Inayah gelisah. Terus melirik ke saya. Bagian paling menegangkan dari pertemuan pagi ini belum lagi terlewatkan. Saya harus melamar Inayah. Tapi bagaimana memulainya? Untuk hal-hal terkait hal ini saya tak punya referensi. Pak Rinto jelas bukan orang yang tepat. Ustad Samsu? Mungkin bisa, tapi saya putuskan untuk melibatkan beliau nanti saja di urusan lain yang lebih penting.

”Mas Abdur nanti mau ikut lihat rumah?” tanya Inayah. Dia pasti melihat saya bingung untuk masuk ke pembicaraan soal krusial ”melamar” itu. 

”Nak Abdur belum lihat rumahnya?” tanya ayah Inayah.

”Sudah, Pak,” kataku nyaris berbarengan dengan Inayah.

Aku terdiam, Inayah menyambung, ”saya cari rumahnya sama Mas Abdur, Yah,” kata Inayah. 

”Itu rumah saya belikan buat Inayah,” kata ayah Inayah. ”Kamu rencananya mau terus tinggal di sini, kan Rumah di Pekanbaru buat adikmu. Ayah sama ibu nanti numpang aja ya. Sebentar di Pekanbaru sebentar di sini. ” 

Ibaratnya main bola, Inayah sudah memberi saya umpan yang bagus. Saya tinggal menendang ke arah gawang. Susah sekali ternyata. Saya mengumpulkan dan menyusun kata-kata. Hanya perlu beberapa kata, tak sampai ratusan seperti berita utama. Ayo, Abdurauf bin Muhammad Ilham, kamu bisa! 

Saya lekas menyusun draf, ancang-ancang, mungkin begini kalimatnya: Pak, saya tak tahu adatnya seperti apa. Saya takut tak menghormati Bapak sebagai orang tua. Saya tak punya orang tua yang bisa saya minta untuk melamar Inayah untuk saya, maka maafkan saya karena menyampaikan ini sendiri kepada Bapak. Saya melamar Inayah untuk jadi istri saya.

Ya, rasanya itulah kalimat terbaik yang bisa saya ucapkan. 

”Ya. Nak Abdur. Bapak dan ibu merestui kalian. Selanjutnya kalian atur saja ya rencananya,” kata ayah Inayah. Saya lihat Inayah tersenyum bahagia. Dan bangga. Hah? Tadi saya sudah mengucapkannya? Bukan ancang-ancang Saya terkejut, tapi kemudian merasakan kelegaan yang luar biasa. Beban itu terangkat sudah. Tapi beban lain terletakkan di pundak saya. Lebih berat tapi saya merasa serta-merta menjadi lebih kuat. Saya yakin bisa menanggung beban baru ini. Bersama Inayah.

Inayah meminta pada ayahnya untuk menikah di Pesantren Alhidayah. Bersanding juga di aula pesantren. Tadinya saya meminta izin pernikahan kami dilakukan setelah rumah saya selesai.  ”Tinggal saja di rumah Inayah. Itu jadi rumah kalian kalau kalian sudah menikah nanti,” kata ayah Inayah.  

Saya dan Inayah mengantar ke Bandara Hang Tuah, kepergian dua orang tua itu kembali ke Pekanbaru. Dua orang tua yang tampak sangat bahagia.  Seperti telah memindahkan beban berat tanggung jawab atas anak perempuannya ke lelaki yang baru saja mereka kenal, yang untungnya bisa mereka percaya. Inayah mengajakku makan di restoran seafood di Penangsa.  Ada yang dia mau bicarakan berdua.  

”Tadi ingat ya ayah ceritanya berapa lama mereka menunggu sampai saya lahir. Empat tahun untuk dapat anak pertama. Saya kemungkinan besar mewarisi masalah kesuburan dari ibu. Mens saya tak pernah teratur sejak semula. Mungkin saya tak subur. Mungkin saya susah atau bahkan tak bisa punya anak, Mas,”    

”Dari caramu mengasuh anak-anak panti, saya yakin kamu adalah ibu yang baik. Kamu sudah jadi ibu sebelum kamu punya anak. Saya kalau jadi anak-anak pasti bahagia punya ibu kayak kamu,” kataku.

”Oh, mau jadi anakku? Ngak mau jadi suamiku, nih?”

”Jadi ayah anak-anakmu,” kataku. Dan pesanan kami pun datang. Itulah makan siang ternikmat kami sebagai sepasang manusia yang sangat berbahagia. Saya sejak hari itu merasakan perubahan. Saya merasa jadi orang yang berbeda. Saya menjadi lebih berhati-hati. Bukan menjadi penakut, tapi jadi banyak menimbang.  Saya merasa diriku kini bukan hanya menjadi milikku sendiri. Ada Inayah yang tiap kali hendak memutuskan sesuatu saya memasukkan dia sebagai variabel tambahan untuk dipertimbangkan.

Di kantor, Bang Eel memanggil saya ke ruangannya. Ada yang mau dia bicarakan, katanya.  ”Kamu dekat sama Ustad Samsu, kan?” tanyanya.

”Seperti pengganti orang tua saya, Bang,” jawabku.

”Dia bisa mengislamkan orang, nggak?”

”Siapa, Bang?”

”Nenia. Kami mau menikah,” kata Bang Eel, bersemangat.  

”Alhamdulillah.” (*) 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 28 September 2022: Jago Wayan

Ibnu Shonnan

Bah...! Kok kembali sulit untuk loging ke kolom komentar. Hari-hari kemarin tidak bisa buka. Eh, ini tadi sekali loging langsung bisa. Apa karena ketularan semangatnya bang Wayan?... 

Liam Then

Tekanan hidup anak orang kaya berat. Mereka tak boleh jadi medioker, memang duit terlihat banyak. Tapi tekanan hidup dan lingkungannya sangat keras. Semuanya di alam sangat berimbang.. Karyawan tinggal atur penghasilan bayar ini itu, sisanya disimpan buat tabungan. Orang kaya harus putar otak dengan keras, supaya bisa mempertahankan gaya hidupnya, dan bayar gaji karyawan. Bayangkan anda punya 2000 karyawan dengan gaji UMR.

thamrindahlan

Letakan kismis dalam tempayan / Segara hidangkan untuk undangan/ Kiat bisnis disiplin Jago Wayan / Pantang menyerah hadapi tantangan/

Bayu Dayapati

Benar2 salut dengan kisah sejati cinta wayan yang kuat, dan setia. Sangat cocok dengan pangkat perwiranya. Belum lagi dengan kisah sukses, disiplin, dan juga kecerdasannya. Wayan layak jadi seorang begawan. 

Saifudin RohmaqèÅ•qqqààt

Dari dulu sekali sudah dikasih tahu tentang disiplin. Sampai saya tidak tahu apa itu disiplin. Akhirnya diberi tahu nggak penting tahu arti disiplin. Yang penting tahu praktek disiplin. Bagaimana prakteknya? Saya tidak bisa disiplin setelah tahu cara disiplin. Cara disiplin termudah dan hasilnya terhebat. Silahkan dipraktekkan kalau anda semua pengin jadi hebat. Baca pelan pelan dan nikmati ya? Cara disiplin itu menurutku yaitu apabila sudah menyelesaikan suatu aktivitas, segera bersiap bersiap untuk aktivitas yang lain.

Mito Sumito Hardjo

Banyuwangi, Jember, hingga Lumajang bagian selatan, mayoritas penduduknya pendatang dari Solo dan Jogya. Mereka sudah turun temurun di sana bermula dari bekerja di perkebunan kopi dan coklat. Sampai sekarang di wilayah tersebut masih terasa kejawatengahannya karena bahasa sehari-hari penduduknya masih menggunakan dialek Solo-Jogya medok.

Jimmy Marta

Detailer sulit ketemu dokter itu sy nemu langsung. Kebenaran saat itu lg konsul di dokter spesialis. Si abang necis ini spt nyuri2 di kesempitan waktu. Antara satu pasien ke pasien berikutnya. Pas dg pasien, dokter bicara. Transisi nya dokter diam, detailer yg prospek.. 

Johan

Sesungguhnya dia tidak pernah benar-benar bangkrut. Otaknya masih ada, itulah modal utamanya. Ada sementara orang yang sejak lahir sudah bangkrut, otaknya ada, tapi kurang berfungsi untuk menunjang kesuksesan. Ini kenyataan. Bukan salah siapa-siapa. Kehidupan ini tentang saling mengisi, antara ada dan tiada, antara tinggi dan rendah, antara panjang dan pendek, antara kaya dan miskin, antara atasan dan bawahan, antara pria dan wanita, antara baik dan jahat, antara gondrong dan botak, dan seterusnya. Dalam Wuxia universe, orang semacam Pak Wayan ini tentu bukan masuk dalam golongan Boe Beng Siauw Tjoet (無名小卒) prajurit tak bernama. Sekedar figuran. Terkena sekali tebasan pedang langsung menemui ajalnya. Pak Wayan sudah pasti dari golongan Eng Hiong (英雄). Pendekar tangguh. Kalah dalam satu pertempuran, dia menyepi ke gunung, menyempurnakan ilmu yang dirasa masih kurang. Kemudian turun gunung kembali beraksi, malang melintang menaklukkan lawan, sambil mendidik para calon pendekar masa depan. Tahniah Pak Wayan.

Alon Masz Eh

Jago yg sering memenangkan pertarungan adalah jago yg sering diadu... Proses jatuh bangun yang begitu cepat pulih, hebat, luar biasa. Jadi inget si mbah... Kalo cucunya jatuh, lecet, berdarah, nangis... Pasti bilang. Sudah gpp, berenti nangis, gpp mau pinter itu. Kalo cucunya kejepit pintu, kejedot pintu, bengkak, nangis.. Pasti bilang. Sudah gpp, berenti nangis, gpp mau pinter itu. Kalo cucunya demam panas, batuk pilek, semua sedih khawatir... Pasti bilang. Sudah gpp, mau pinter itu. Dan saat sang cucu pulang sekolah, habis dimarahi gurunya karena ujiannya dapat nilai jelek, masih sambil nangis.. Teringat akan kata2 "mau pinter", sang cucu sengaja lari sampe jatuh, trus kejedot pintu, meringis kesakitan sampe demam berharap pinter dan nilai ujiannya besok bagus... Kata si mbah, geblek awakmu le, ga pinter ngono iku! Yang benar yang mana sih mbah??? 

Agus Suryono

"UBED".. Dalam bahasa Jawa, ada istilah "ubed". Misalnya, dalam satu posisi, ia masih bisa mengerjakan INI ITU. Misal, saat masih kuliah, mas Wayan sempat melakukan 2 (dua) profesi, yaitu: 1. Sebagai pengajar BIMBEL. 2. Sebagai tenaga cleaning service. Begitu juga, saat jadi tentara, mas Wayan tetap mengerjakan INI ITU.. @Hebat sudahlah pasti..

Johan

Begitulah Koh Liam. Bedanya Pak DI pusing masih bisa sambil menulis CHD, sedangkan kalau saya lagi pusing, saya tidak kirim komentar. wkwkwk

Liam Then

Senang sudah kalo baca tulisan sosok sukses.Inspriratif,bikin semangat. Bikin otak langsung bikin sinyal ; "kamu juga bisa" Ah, tapi saya termasuk golongan santai, makanya biasa saja, kaya ngga ,miskin ngga (standar Rwanda). Pengusaha sukses, syaratnya semua orang sudah tau, tapi tak bosan-bosan orang membaca cerita suksesnya. Karena apa? Langka, istimewa. Karena kenyataannya 1 sukses besar, 900 biasa saja, 99 tersandung. Manusia itu sifatnya suka yang indah-indah kalo sudah cerita tentang usaha. Makanya cerita yang beredar di masyarakat selalu kisah orang sukses. Tidak ada cerita si A Liang ,gadai rumah, buka toko bangunan, suplai proyek, proyek ngadat, barang hilang, rumah hilang, istri minta cerai, efek berantai, wkwkkwkw. Yang seperti itu banyak, tapi orang tak mau dengar. Orang mau dengar yang sukses-sukses saja . Yang positif. Bad news is good news tidak berlaku di kategori cerita sukses. Orang tidak suka. Termasuk saya. Jadi ini komen maksudnya apa? Ah ngga bermaksud apa-apa, ngalor-ngidul aja, sambil ngopi. Inga,inga yang penting sehat!!

yea aina

27 September hari tani, pas memang kalau Abah nulis pebisnis tani nan inovatif, Pak Wayan Supadno. Beliau berinovasi, dari pupuk sintetis pabrikan berralih ke pupuk organik kohe (kotoran hewan) sapi, yang dipelihara juga sebagai "pembersih" gulma rumput di kebun sawit. Ada lagi sumber pupuk lainnya, abu dari pembakaran cangkang sawit. Nah cangkang sawit ini, ke depan bisa menjadi kompetitor batubara. Potensinya sebagai bahan bakar boiler pabrik kertas di Porsea, bisa diterapkan juga sebagai bahan bakar PLTGU. Paling tidak sebagai bahan bakar subtitusi. Jagonya seorang jagoan memang dibentuk dengan kedisiplinan dan harus sering bertanding. Bertanding menemukan solusi setiap bertemu permasalahan tentunya.

Johannes Kitono

Dengan sekilas bisa disimpulkan bahwa Wayan Supadno yang non Bali ini Enterprenur sejati. Surat cinta di tolak di retur utuh amplop tanpa dibuka. Tidak membuatnya putus asa. Dan pujaan hatinya luluh dan akhirnya jadi nyonya Wayan juga. Riset energi Batubara vs Cangkang Sawit selain ramah lingkungan juga membuat tabungan nya bertambah.Sebagai detailman pdkt ke dokter juga orisinil. Kasih hadiah HBD buat anak dokter. Mengingatkan seorang hopeng yang sengaja menabrak mobil manajer Walmart di USA supaya bisa kenalan. Sangat orisinil dan berhasil mendapatkan order. Wayan Supadno ulet dan gigih layak mendapat Bintang Enterprenur Sejati dari CHD. 

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda