Sang Begawan Media

Beras Manja

Nasi dari beras porang. Tapi harga beras porang masih mahal Rp 185.000 per kg. (FOTO: popmama.com)

COWASJP.COM – BUKAN main gembira hati saya: sudah ada UMKM yang berhasil memproduksi beras porang. Di Jateng. Tepatnya di kota Juwono, Pati.

Harganya pun sangat porang: Rp 185.000/kg.

Saya tahu perkembangan baru itu dari sesama Magetan: Endro Prasetyo Utama. Endro kini jualan beras porang itu. Endro pakai merek sendiri: MaMaGu (Madiun Makan Glukomanan). Glukomanan adalah kandungan tepung porang. Di glukomanan itulah kekuatan tepung porang. Dengan segala kebaikannya, nol karbohidratnya, dan kekayaan seratnya.

Endro tertarik ke porang sejak 2019. Yakni sejak menjadi koordinator pemasaran sepeda motor Yahama daerah Madiun dan sekitarnya. Di musim tertentu banyak sekali orang pedesaan Madiun membeli sepeda motor. Secara kontan. Endro pun melakukan penelitian: dari mana mereka mendapat uang. "Ternyata dari panen porang. Sejak itu saya tahu apa itu porang," ujarnya.

Tahun-tahun sebelum Covid harga porang memang sampai Rp 9.000/kg. Sekarang harga porang tinggal Rp 3000/kg. Maka kabar UMKM bisa memproduksi beras porang pun seperti angin surga. Berarti masyarakat segera mengonsumsi beras porang. Permintaan dalam negeri pun bisa segera naik.

Anjloknya harga porang itu akibat Tiongkok menghentikan impor porang. Baik umbinya, chip-nya maupun tepungnya. Sampai-sampai Presiden Jokowi memasukkan porang sebagai salah satu agenda pembicaraan tingkat tinggi dengan Presiden Xi Jinping dua bulan lalu.

Hasilnya: Tiongkok sudah siap mengimpor porang lagi. Sudah sembilan eksporter yang diizinkan ekspor ke Tiongkok.

Endro termasuk orang yang datang ke dunia porang belakangan. Telat. Ketika ia beli bibit harga bibit lagi mahal-mahalnya. Ketika panen, harga porang lagi murah-murahnya. Ia ingat, ketika membeli bibit dalam bentuk umbi dulu harganya Rp 310.000/kg. Ia menanam porang 1 hektare. Ketika panen harga jualnya di bawah Rp 3000/kg.

Endro asli Sobontoro. Yakni satu desa antara Maospati dan Ngawi. Sejak sekolah Akademi Pariwisata di Solo, Endro jadi orang kota. Ia bekerja di dunia otomotif. Selama 20 tahun. Lalu belakangan pindah ke sepeda motor Yamaha.

Sejak ayahnya meninggal dunia tanah keluarga di desa Sobontoro itu nganggur. Dulunya ditanami ketela. Atau jagung. Endro mencobanya untuk porang.

Di saat harga porang jatuh itulah Endro terpikir untuk menjadi pedagang beras porang. Apalagi ia melihat di medsos ada peluang: boleh membeli beras porang dari UMKM di Pati itu untuk dikemas sendiri.

Endro pun ke Pati. Ia sudah berhenti bekerja. Ia sepenuhnya terjun ke porang. Ia menemui pengusaha UMKM tersebut. Deal. Done. Ia membeli beras porang dari sana untuk ia kemas dengan nama MaMaGu.

"Berasnya enak. Punel," ujar Endro.

Punel?

Mana ada beras porang punel?

Saya pun minta Endro untuk menceritakan kunjungannya ke Pati. Apakah ia melihat sendiri proses produksinya. Apakah ia tahu komposisi beras porang yang ia beli. Misalnya: apakah beras porang tersebut dicampur beras punel. Kalau dicampur berapa banyak campuran itu.

Ternyata Endro tidak diizinkan melihat proses produksinya. Juga tidak mendapat informasi tentang komposisinya.

Saya pun menghubungi pabrik yang di Juwono itu. Lenny Sunoto, pemiliknya, sangat responsif. Lenny langsung menjawab pertanyaan saya. Juga mengirimkan foto-foto produk pabriknyi.

Lenny juga mengirimkan komposisi kandungan beras porang itu. "Beras Porang saya namanya Glukomanan Porang Beras Instan", ujar Lenny. Isinnya beras padi dan tepung glukomanan dari porang.

Jelas. Bukan porang murni.

Lenny menyebutkan tepung porang untuk campuran itu diperoleh dari PT Sanindo Porang Berkah, Jabar. "Tepungnya sudah ada hasil lab nya dan label halalnya," ujar Lenny.

Tentu Glukomanan Beras Porang Instan ini satu kreasi dagang yang pintar. Meski bukan murni porang tapi bisa mengklaim ada unsur porangnya. 

Yang penting Lenny jujur: tidak mengklaim bahwa itu murni glukomanan porang. Di daftar isi memang disebutkan secara apa adanya. Bahwa di dalamnya masih ada kandungan karbohidrat sampai 13,54 dan gula 25,49.

Sedang beras porang yang murni dua unsur tersebut 0.

Lenny tentu punya formula sendiri untuk mencampur beras padi dengan tepung porang. "Prosesnya diawali dengan memproses terlebih dahulu berasnya. Menggunakan formula alami produksi Dapur Porang. Yakni untuk menurunkan karbo dan kalori dari beras padinya," ujar Lenny. "Kami menggunakan oven untuk pengeringannya, tanpa mesin Pak," tambahnyi. 

Kiat Lenny ini tentu bisa bikin pusing produsen beras porang yang murni. Apalagi harga jualnya 11-12. Padahal dengan pakai tambahan bahan baku beras, harganya harusnya bisa jauh lebih murah.

Dengan harga masih Rp 185.000/kg tentu beras porang Pati ini masih sulit diharap bisa menaikkan konsumsi porang di dalam negeri. Berarti harga porang masih tergantung pada kebaikan pasar Tiongkok.

Maka nasihat ahli dari IPB ini perlu didengar para petani porang. Nama ahli itu: Prof Dr Edi Santosa. "Porang itu tanaman sederhana. Jangan dibuat manja," kata Edi saat seminar bibit porang pekan lalu. "Kalau tidak dimanjakan, maka harga jual Rp 3.000/kg itu masih ada untung," tambahnya.

Kata Prof Edi: tanahnya tidak perlu diolah, tanamnya tidak sulit, tidak perlu pemeliharaan, tidak perlu pupuk yang mahal, tumbuh sendiri, pun di tanah kurang subur.

Selama ini petani telah memanjakan porang. Akibatnya, biayanya pun naik. Petani rugi.

Maka berhentilah memanjakan apa pun dan siapa pun. (*)

***

aspahani1.jpgHasan Aspahani. (GRAFIS: buruan.co)

Siapa Membunuh Putri (5)

Rapat Redaksi yang Kacau

”KAU pimpin rapat, ya!” kata Bang Eel kepadaku. Aku terkejut. Dan spontan menolak.

”Wah, kan baru terima SK hari ini, Bang. Paling tidak abang umumkan dululah…”

”Kau umumkan sendirilah. Malas aku nanti ribut sama Jon,” kata Bang Eel.  “Aku ada rapat sama orang percetakan. Sekarang,” katanya. 

Ia keluar kantor. Lalu dengan mobil kantor dia diantar ke Sagulung, tempat percetakan kami. Jaraknya lumayan jauh, seperti di sisi lain pulau ini.  Itulah jarak yang tiap malam bolak-balik ditempuh oleh teman-teman pracetak, mengantar lembar film-film halaman koran, untuk dibikin pelat cetak dan kemudian masuk mesin cetak.  Jarak itu pula yang ditempuh teman-teman percetakan dengan mobil boks bawa koran ke kota. Itu sebabnya, seperti kata Bang Eel, deadline adalah nabi kedua bagi orang koran.

    Di ruang rapat, anak-anak redaksi sudah menunggu. Termasuk Mas Jon. Saya berusaha keras menyusun kata-kata untuk membuka rapat sebaik mungkin. Apa yang harus kukatakan? Bagaimana harus mengatakannya?  Ada beberapa wartawan senior selain Mas Jon, tandem dan mentor awalku di liputan lapangan, dan hari ini saya memimpin mereka dalam rapat redaksi.   

“Eel mana? Kok bukan dia yang mimpin rapat?” kata Jon, menggelegar, sebelum aku bicara.  Soal rapat di percetakan itu aku sampaikan sebagai alasan, dan jawaban itu jadi pembuka yang mulus, pengantar pembuka rapat yang kusampaikan dengan lancar.  

Tak ada yang tampak terlalu kaget, beberapa spontan memberi ucapan selamat dan menyalamiku. Anak-anak desain bertanya soal apakah akan ada arahan dan kebijaksanaan desain baru, hal yang selama ini tak pernah dibicarakan, kata mereka.   Saya merasakan hal yang sama, maka saya usulkan ada rapat khusus desain setiap minggu, dan rapat kecil khusus desain tiap hari, di luar rapat redaksi.  

Mereka tampak senang dan bersemangat. Merasa teperhatikan.  Saya menganggap desain sangat penting, bukan sekadar asal ada judul dan gambar atau foto. Ada logika dalam setiap keputusan kenapa halaman koran harus dibuat seperti ini atau seperti itu. Dari divisi desain rasanya saya mendapat dukungan penuh dalam rapat pertama yang kupimpin itu.

Tapi tidak di redaksi. Mas Jon langsung bertanya soal berita otopsi kehamilan Sandra yang sudah dia ributkan sejak sebelum rapat. Andai saja rapat ini dipimpin Bang Eel, saya tak perlu memikirkan bagaimana menjawab ini.  Apa kulemparkan saja tanggung jawab itu ke Bang Eel? Tak enak juga rasanya. Tapi kesal juga, ketimpaan tanggungjawab yang seharusnya aku sendiri yang mempersoalkannya. Beginilah hidup itu, persoalan yang sama punya wajah yang berbeda apabila kita ada pada posisi yang lain.  Apa ini yang dimaksud oleh Bang Ado sebagai peringatan untuk berhati-hati saa Bang Eel? Toh, aku tak bisa lagi mengelak dari keharusan menjawab soal itu. 

”Mas Jon, begini kebijakan kita. Saya yang dapat info itu dari dokkes polresta, dan dia tak mau dikutip sebagai sumber. Saya juga minta ditunjukkan dokumen hasil otopsinya, mereka bilang tak bisa menunjukkan.  Kalau koran kita memutuskan tak memberitakannya lebih ke bentuk kehati-hatian kita. Kita perlu verifikasi fakta itu. Kalau ada sumber resmi yang mau dikutip namanya sebagai sumber, kita naikkan…,” kata saya mencoba sebijak mungkin.

”Kamu jangan ajarin aku sual nulis berita, deh. Aku lebih pengalaman dari kamu, Dur!  Itu keputusan Eel kan? Aku curiga sama dia, ndak usah kamu lindungi dia,” kata Mas Jon.

”Tadi malam kan masih dia yang mengedit berita halaman satu?” kata saya, dengan jawaban bersayap.

”Hari ini kita di lapangan diketawain orang, cuma kita yang tak memberitakan itu. Kamu tanya ini Yon. Iya kan, Yon?” kata Mas Jon.  

”Iya, malu, kita. Bos!” kata Yon. Dia memanggil siapa saja dengan sapaan Bos.  

Yon dirotasi ke pos liputan kriminal menggantikan saya.  Yon sebenarnya reporter yang masuk sedikit lebih dahulu daripada saya. Saat saya datang ke kantor ini dengan rekomendasi dari ”Suara Balikpapan” lowongan wartawan sudah terisi penuh.  Rekomendasi dari koran anak sulung grup kami itu yang bikin Bang Eel dan Bang Ado mempertimbangkan hal lain dan menerima saya. Karena itu kepada dua orang ini saya punya semacam rasa berutang juga.  

Yon ngepos di liputan hiburan. Orangnya asyik. Modis dengan pakaian selalu dari brand terpilih. Rapi dengan model rambut yang secara berkala ia atur di salon. Tegak di atas dengan krim pengatur rambut.  Suka nyanyi rock. Di kantor dia rocker andalan kami. Sambil ketik berita dia bisa teriak-teriak lagu Bon Jovi. Lebih kayak artis daripada wartawan. Kalau cari dia, carilah di kafe-kafe dengan homeband yang memainkan rock. Karaoke Abigail jelas bukan habitat dia.         

”Jadi ini kelanjutan liputan Sandra gimana?” Mas Jon belum puas dan terus mencecar. Tampaknya dia punya rencana. ”Terus terang, aku curiga. Aku lihat kamu dan Eel semalam di Patron’s Café. Terus hari ini ada iklannya di koran kita.  Itu kafe dari dulu aku lobi gak pernah mau pasang iklan di tempat kita. Apa ini ada hubungannya dengan sensor info kehamilan Sandra?” 

Tiba-tiba Bang Ado nongol,  mendorong pintu rapat dengan selembar data laporan dari pemasaran. ”Dur, coba kalian bahas ini. Laporan teman-teman pemasaran. Retur jadi 30 persen. Tinggi sekali. Ini retur di hari-hari pertama kita terbit.  Tak pernah terjadi selama kasus Sandra. Kalah kita sama koran lain,” katanya. 

Yon yang duduk dekat pintu berdiri ambil kertas yang disodorkan Bang Ado lalu serahkan ke saya. 

Saya kesal juga diserang terbuka di rapat yang pertama saya pimpin ini.  Serangan dobel lagi. Belum kutangkis Bang Jon, ada lagi serangan lain dari Bang Ado, semua mengarah ke posisi saya saat ini.   

Saya membaca sekilas angka-angka itu, jam film selesai proses, pelat selesai, mulai cetak, selesai cetak, koran diterima agen, jumlah cetak, jumlah koran per agen dan pengecer, jumlah laku dan retur, serta persentasenya.  Dengan perbandingan hari sebelumnya. Memang retur meningkat hampir di semua agen.  

Saya membaca sambil memikirkan apa jawaban dan langkah terbaik untuk tantangan ini. “Oke, kita kan sudah punya perencanan liputan untuk seminggu ke depan. Sudah saya usulkan di rapat besar yang lalu. Masih ada catatannya di Mbak Mila. Nanti saya bagi tugas siapa yang harus liput isu yang mana. Mas Jon tak ikut dalam liputan untuk isu-isu yang sudah kita sepakati itu.”

”Lho, kok kami ngatur saya?” kata Mas Jon.

”Ini koordinasi tim redaksi, Mas Jon. Bukan ngatur Mas Jon. Silakan Mas Jon bikin berita kalau ada info lain di luar yang sudah kita rancang itu. Pasti ada, sumber-sumber Mas Jon kan banyak,” kata saya tegas tapi berusaha untuk tak terasa terlalu kasar. Hal-hal begini saya terlatih dalam munadarah di pesantren.    

”Kita sudah hampir sebulan leading. Pasti bisa nemu sisi liputan yang lebih eksklusif lagi. Tugas kita hari ini bikin koran untuk balikin oplah laku seperti rata-rata minggu lalu. Retur di bawah 20 persen! Bahkan pernah lima persen saja.   Dulu bisa. Masa gak bisa lagi…,” kata saya.

Saya lanjutkan rapat dengan me-listing berita. Ada beberapa berita bagus. Dari pos Balai Kota dan DPRD ada berita rencana penerapan ”Perda Kependudukan” yang bakal mengatur keluar masuk penduduk dari dan ke kota pulau ini. Bakal rebut itu. Isu sensitif dan lezat bagi politisi-politisi lokal yang cari panggung. Beberapa kali sudah diangkat oleh ”Metro Kriminal”. Saya memfokuskan ke isu itu juga saat wawancara dengan Restu Suryono, pengacara dan politisi kharismatis itu. Saya ingat ada rencana bertemu dia terkait donasi untuk Panti Asuhan Abulyatama.   Ada juga beberapa berita Yon, berita hiburan, artis yang bakal manggung di beberapa tempat hiburan di Batam.    

“Ada Cici Faramida di Noname besok. Kita dapat iklan kecil sama barter tiket,” kata Yon. ”Saya masih boleh liputan di hiburan ya?”  

”Asal gak kecolongan di kriminal, Yon. Kalau bisa dapat wawancara sama Cici Faramida-nya ya, kita bikin satu halaman deh, isunya kan dia simpanan pejabat dari sini,” kata saya.  Beberapa wartawan berebut usul mau wawancara. Ketegangan di ruang rapat mengendur. 

Mas Jon tampak kesal dan marah. Dia bilang hari itu dia tak ada berita. 

”Mas Jon, habis ini kita ngobrol, ya….,” kata saya, tegas dan terukur.  Tanpa menunggu jawaban dia, rapat saya tutup. Bang Ado kirim martabak dua kotak besar ke ruang rapat. Sebentar saja kotak martabak sudah kosong, tandas, ludes. (bersambung)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 7 September 2022: Bus Kurnia

No Name

Suara klaksonnya yg benar itu : Telolet telolet atau toilet toilet?

Ahmad Zuhri

Saya senang dengan model/tipe orang/pengusaha seperti ini, tidak banyak mengeluh.. cepat adaptasi terhadap perubahan. Gaya hidup masyarakat sudah berubah, tidak mau sengsara lagi dalam menikmati perjalanan jauh.. fasilitas charging hp ini wajib, baterai hp habis dlm perjalanan ini menjadi kekhawatiran terbesar sekarang ini, karena kesempatan selfie/narsis jadi berkurang hehe.. Mungkin ini jg salah satu indikator negara mau maju.. aamiin. 

Er Gham

Ada cerita dari orang Minang yang sudah tua. Katanya, sebenarnya orang Minang adalah yang tinggal di dataran tinggi Sumatera Barat. Sedangkan orang Padang adalah orang orang yang tinggal di kota kota sepanjang pantai Sumatera Barat. Keahlian orang padang adalah berdagang. Sedangkan orientasi orang minang adalah pendidikan dan menjadi pegawai. Banyak sekolah yang bagus didirikan di dataran tinggi Sumatera Barat ini saat jaman Belanda. Tidak heran banyak tokoh nasional kemerdekaan adalah orang Sumatera Barat. Saya tidak tahu, apakah pernah ada penelitian tentang ini. Tapi satu yang jelas, lelaki dari Sumatera Barat umumnya punya cita cita merantau sejak SMA. Apakah karena mereka tahu bahwa mereka tidak akan mendapat 'warisan'. Atau karena punya jiwa petualang. Atau keduanya. Sumatera Barat punya kendala dalam pertumbuhan ekonomi karena sebagian penduduknya selalu ingin merantau. 

alasroban

Oknum dalam kepolisian, Oknum dalam pejabat pemerintahan. Itu terasa biasa di telinga kita. Tapi oknum dalam preman wkwkwkwk. Kuping rasanya gatel seperti di sogrok tugu pahlawan wkwkwk. Mudah-mudahan para preman tidak membaca disway pagi ini. Jadi sadar mereka selama puluhan tahun di bohongi sang jendral. :D

AnalisAsalAsalan

The real boss uses no pedal! Hahahahaha.

daryanto warjono

Sudah lama tidak naik bus. Memang sekarang banyak bus baru dan bagus2. Orang kecil memang sekarang punya selera yang bagus, itu semua karena Android. Dulu orang tidak kenal macem2. Sejak zaman android orang kota maupun desa, pengetahuannya sama. Yang beda cuma nasibnya.

Wawan Wibowo

Pikiran saya mengajak untuk move on melupakan kenaikan harga BBM,tapi kok ya dompet saya memveto usul pikiran saya itu,mungkin karena pengeluaran untuk beli BBM naik drastis sebesar 30% dalam satu bulan,sementara saya termasuk golongan yang tidak dapat BLT tapi juga tidak dapat kenaikan gaji,hahaha

A fa

Wuih jadi ingat dulu tahun 90 an sering juga naik bus Lorena Sumatra-Jawa. Diperjalanan malah lebih banyak duduk di bilik merokok daripada kursi penumpang. Gara gara BBM naik CHD hari ini bisa cerita tentang bus yah.

Suharyanto

Mantan preman Bakauheni yg baca tulisan pagi ini pasti geli sendiri... Kena prank nama SAN

EVMF

Selamat pagi Oom Budi Utomo, by the way baca bukunya belum tuntas ya Oom... (senang bisa ngelédék Oom Budi) wkwkwkwkwk... peace Oom Budi ✌️ hanya bergurau. Justru Rusia yang paling banyak memiliki senjata nuklir. Senjata nuklir USA+EU masih kalah jumlah dibanding Rusia. Data kepemilikan nuklir menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI) tahun 2021 : 1. Rusia : 6.255 2. Amerika Serikat : 5.550 3. China : 350 4. Pakistan : 165 5. India : 156 6. Inggris : 105 7. Israel : 90 8. Korea Utara : 40-50 9. Prancis : 10 Kemudian mengenai 槍桿子裡面出政權 QiānggÇŽnzi lǐmiàn chÅ« zhèngquán (Political power grows out of the barrel of a gun) Quotes tersebut dikenal pada masa revolusi Tiongkok, pertama kali diucapkan oleh Máo Zédōng 7 Agustus 1927.

Budi Utomo

Himawan Sutanto. Kodam Siliwangi (Jawa Barat). Siliwangi Antar Nusa. Preman yang takut di-dor militer. Wkwkwk. Begitulah suasana Orde Baru yang tidak dialami generasi pasca 1998. Diktator militer. Mirip Myanmar masa kini. Diktator militer bisa juga berkolaborasi dengan Sosialisme Satu Parpol yang melahirkan komunisme seperti Tiongkok atau Vietnam masa kini. Atau berkolaborasi dengan theokrasi alias negara agama (Khilafah termasuk theokrasi) melahirkan negara macam Iran atau Saudi. Mao Ze Dong 毛泽东 (baca: Mao Ceu Tung) pernah bersabda (wkwkwk): Qiang Gan Zi Li Mian, Chu Zheng Quan 枪杆子 里面 出政权 (baca: Chiang Kan Ceu Li Mien, Chu Cheung Ciien, note: e dibaca seperti e dalam lele, eu dibaca ala Sunda seperti dalam kata Cibeureum). Chiang Kan Ceu 枪杆子 = Laras Senapan = Barrel of Gun, Li Mien 里面 = Inside, Within = Dari Dalam, Chu 出 = Muncul, Timbul = Comes Out, Cheung Ciien 政权 = Political Power = Kekuasaan Politik. Kekuasaan Politik Lahir Dari Laras Senjata. Alias kekuatan militer. Seperti USA yang menguasai politik (bahkan ekonomi) global karena punya ribuan nuklir. Wkwkwkwk

agus budiyanto

Dulu banyak toko, hususnya toko milik keturunan Tionghua memajang foto seorang berseragam militer, atau minimal mamasang jam dinding berlogo Polisi Milter.

Ibnu Shonnan

Kalau Bosnya SAN bilang, "selera masyarakat sekarang berubah. Meskipun keadaan ekonominya masih rendah. Keinginannya bus premium. Bus biasa tidak mau". Ya mestilah Boss.. Setiap hari sudah biasa susah. Saat naik bus tidak minta yang bagus sekalian. Terus kapan lagi? 

Jokosp Sp

Orang Minang jadi pengusaha sudah biasa. Orang Minang jadi Olah Ragawan tidak biasa. Mana bisa menang balap lari kalau tiap simpangan selalu berhenti......." wah cocok di sini buat buka warung ".

thamrindahlan

NPM : Naikilah Perusahaan Minang. Urang Awak memang Cadiak. (Cerdik) . Artikel Bus Kurnia berulang kali mencantumkan IA ORANG MINANG. Sebagai anak keturunan Minag dan Bengkulu saya bangga walaupun dilahIrkan di Tempino Jambi. Perihal otobus di Sumatra dahulu yang sangat terkenal APD (selain NPM, ALS) sampai sampai Uni Elly Kasim (almh) dalam salah satu karya musik menyanyikan lagu OTO APD. Pengalaman waktu SR (tahun 60 an) setiap Oto APD singgah di Tempino Jambi (atau ditempat tempat lain) selalu di tandai dengan lagu instrumen yang di mainkan oleh sopir, kami anak anak desa berlarian menyambut oto APD. Nah kini zaman berubah. Bus Permium memang memanjakan penumpang. Itulah kami rasakan kenikmatan dan kenyamanan ketika pekan lalu Pensiunan Polisi berwisata ke Jogya, Solo, Tawangmangu dan Semarang. Salah satu ke "Cadiak" an Orang Minang Ayah Kurnia adalah menggunakan Pedang Siliwangi. Luar biasa, preman Merak Bakahuni klepek klepek. So BBM naik mau apa lagi, terima saja, kencangkan ikat pinggang , hemat se hemat nya selagi bisa. Mari berenang dikala mudik / Jangan lakukan kalau puasa / Orang Minang memang cerdik / Tak "bertangan" namun "berkuasa" /

thamrindahlan

NPM : Naikilah Perusahaan Minang. Urang Awak memang Cadiak. (Cerdik) . Artikel Bus Kurnia berulang kali mencantumkan IA ORANG MINANG. Sebagai anak keturunan Minag dan Bengkulu saya bangga walaupun dilahIrkan di Tempino Jambi. Perihal otobus di Sumatra dahulu yang sangat terkenal APD (selain NPM, ALS) sampai sampai Uni Elly Kasim (almh) dalam salah satu karya musik menyanyikan lagu OTO APD. Pengalaman waktu SR (tahun 60 an) setiap Oto APD singgah di Tempino Jambi (atau ditempat tempat lain) selalu di tandai dengan lagu instrumen yang di mainkan oleh sopir, kami anak anak desa berlarian menyambut oto APD. Nah kini zaman berubah. Bus Permium memang memanjakan penumpang. Itulah kami rasakan kenikmatan dan kenyamanan ketika pekan lalu Pensiunan Polisi berwisata ke Jogya, Solo, Tawangmangu dan Semarang. Salah satu ke "Cadiak" an Orang Minang Ayah Kurnia adalah menggunakan Pedang Siliwangi. Luar biasa, preman Merak Bakahuni klepek klepek. So BBM naik mau apa lagi, terima saja, kencangkan ikat pinggang , hemat se hemat nya selagi bisa. Mari berenang dikala mudik / Jangan lakukan kalau puasa / Orang Minang memang cerdik / Tak "bertangan" namun "berkuasa" /

Aljo

Abah nampaknya lupa menyebut nama ALS (Antar Lintar Sumatera), armada bus yang mempunyai banyak trayek, salah satunya adalah trayek bus terpanjang di Indonesia dari Medan sampai Jember, dengan jarak hampir 3.000 km. Perjalanan sejauh itu bisa ditempuh dalam waktu satu minggu. Jumlah armada busnya sekitar 400. Perjalanan yang cukup panjang dan lama ini membuat para penumpang dan kru bus menjadi akrab dan saling mengenal, sehingga muncul sebuah ungkapan naik bus sebagai penumpang, turun menjadi saudara. Saya pernah naik bus ALS jurusan Medan - Tangerang. Di suatu tempat yang sepi di dekat Padang Sidempuan, bus berhenti cukup lama sehingga banyak penumpang bertanya-tanya tentang masalah tersebut. Tak lama kemudian penyebabnya terjawab. Salah seorang sopir bus yang masih muda ternyata lagi kangen sama istri dan kami harus menunggu di Bus. Sebagian besar penumpang kayaknya memaklumi hal tersebut

ALI FAUZI

Wkwkwkwkwkw......!!! Jujur saya baru tahu: NPM ternyata singkatan dari Naikilah Perusahaan Minang. Pengusaha rumah makan Padang --meski bertaburan dari Sabang sampai Merauke-- ternyata kalah ber-marketing. Mestinya tiap rumah makan Padang dilabeli NMP: Nikmati Masakan Padang.

AnalisAsalAsalan

Menaikkan BBM enam bulan lalu? Abah bercanda nih. Menteri segala urusan, Anda sudah tahu, mengatakan tunggu Agustus untuk menyatakan endemi. Kalau setelah Agustus aman, berarti satu masalah selesai. Baru masyarakat diberi masalah lagi. Jika sebelumnya dinaikkan, telah masyhur sebuah peribahasa "Sudah jatuh tertimpa tangga."

daeng romli

Karena pikiran Abah adalah pikiran seorang pengusaha maka Abah menulis "Asal jangan dibandingkan dengan Sudah terkena Covid terkena pula kenaikan BBM. Kalau pikiran buruh / pekerja : "Sudah terkena covid-19 kena kenaikan BBM pula...plus kena PHK...." Iki iso bikin kaki lemes, perut mules kate ngopo2 yo maless....salam

Mahmud Al Mustasyar

Membaca judulnya, pikiran sy langsung membayangkan perusahaan bus yg ada di kota Medan "PO Kurnia" dgn trayek Medan - Banda Aceh, Medan - Bukittinggi dan Padang. Eh .... nggak tahunya cerita ttg PO Siliwangi Antar Nusa milik Kurnia Lesani Adnan, pengusaha Minang.

ari widodo

Tulisan pak Dahlan Iskan hari ini menarik bagi saya, selaku bis mania sejak kecil alias suka naik bis maupun sesuatu yang berhubungan dengan bis. Dunia transportasi Indonesia tidak bisa dilepaskan dengan bis-bis yang sudah beroperasi sejak dulu, walaupun dulu tidak sepopuler kereta api, namun sekarang dengan semakin baiknya infrastruktur khususnya jalan tol, dunia perbisan bisa dibilang semakin menggeliat, merek-merek chasis premium berlomba-lomba ditawarkan kepada pengusaha dunia perbisan mulai dari Mercedez benz, Scania, Volvo, MAN. Dulu bis dikesankan dengan jelek, panas, sempit, berjubel, sering mogok, sering ngompreng, banyak copet dll, sekarang image tersebut mulai digantikan oleh mewah, dingin, lega, aman, nyaman, servis yang memuaskan dll karena tanpa berubah seperti itu maka seleksi alam akan terjadi. seiring dengan meningkatnya kesejahteraan maka masyarakat khususnya pengguna transportasi berhak memilih yang sesuai selera dan tentu saja yang terbaik, maka tidak heran sekarang ini kita sudah tidak kaget perusahaan bis yang menyediakan kelas-kelas sultan, yang bisa rebahan sepanjang perjalanan, dengan chasis premium yang nyaman, dengan jumlah seat yang terbatas, servis makan yang enak dan berkelas, serta sepanjang perjalanan bisa menikmati hiburan, serta disediakan fasilitas pramugari/pramugara yang setiap saat melayani kebutuhan penumpang. kunci perubahan perusahaan otobus adalah berubahnya mindset dari para ownernya yang mana saat ini didominasi oleh generasi kedua.

Budi Utomo

Malaysia disubsidi. Lagipula penduduknya cuma 30 juta. Petronas ga bakal sanggup subsidi rakyat Indonesia yang 9 kali lipat jumlah penduduknya. Wkwkwk

Johan

Tahun 80-90an, setiap bertandang ke rumah rekan pengusaha (rata-rata Tionghoa), sering saya menemukan ada foto perwira yang digantung pada ruang tamu. Satu hari saya iseng bertanya dengan maksud bercanda. "Seng, kenapa ya? Foto orang berseragam ini kamu gantung. Sedangkan foto bapakmu aja tidak ada. Anak macam apa kamu?" Aseng menjawab dengan santai, "Bapakku kan belum meninggal?". Saya timpali, "Memangnya orang ini sudah?" (Menunjuk ke foto perwira itu) Jawab Aseng, "Tentu saja belum. Ini hal yang berbeda ya. Kamu lihat cermin bulat yang menghadap pintu depan ini?" Saya pandangi bagian atas dinding yang menghadap pintu masuk. Ada sebuah cermin, bingkainya merah. Terdapat coretan tinta kuas di cermin itu. Aseng menjelaskan, "Cermin ini fungsinya untuk tolak bala, roh jahat yang ingin masuk ke rumah ini akan segan untuk bermacam-macam. Sedangkan foto orang berseragam ini fungsinya juga kurang lebih sama. Cuma yang membedakan jenis mahluk jahat yang bisa ditolaknya. Sekarang kamu sudah mengerti ya?"

dabaik kuy

... PENGUMUMAN.. telah hilang Revo89... ciri-ciri... - Lebih murah dr lapak sebelah.... - harga asli (sdh untung tanpa makan uang rakyat)... - gak pake gaji komisaris 25 Miliar setahun bagi yg menemukan Revo99 segera hubungi Mahasiswa.

Johan

Tahun 80-90an, setiap bertandang ke rumah rekan pengusaha (rata-rata Tionghoa), sering saya menemukan ada foto perwira yang digantung pada ruang tamu. Satu hari saya iseng bertanya dengan maksud bercanda. "Seng, kenapa ya? Foto orang berseragam ini kamu gantung. Sedangkan foto bapakmu aja tidak ada. Anak macam apa kamu?" Aseng menjawab dengan santai, "Bapakku kan belum meninggal?". Saya timpali, "Memangnya orang ini sudah?" (Menunjuk ke foto perwira itu) Jawab Aseng, "Tentu saja belum. Ini hal yang berbeda ya. Kamu lihat cermin bulat yang menghadap pintu depan ini?" Saya pandangi bagian atas dinding yang menghadap pintu masuk. Ada sebuah cermin, bingkainya merah. Terdapat coretan tinta kuas di cermin itu. Aseng menjelaskan, "Cermin ini fungsinya untuk tolak bala, roh jahat yang ingin masuk ke rumah ini akan segan untuk bermacam-macam. Sedangkan foto orang berseragam ini fungsinya juga kurang lebih sama. Cuma yang membedakan jenis mahluk jahat yang bisa ditolaknya. Sekarang kamu sudah mengerti ya?"

Agus Suryono

KASIHAN PENGUSAHA BIS.. Sebenarnya saya baru naik bis, pada "JAMAN COVID". Dengan naik bis, dan beli tiket secara ONLINE, MENDADAK, pada H-1, maka sy bisa tau bis itu FULL atau tidak. Saya baru BERANI pesan, saat itu, HANYA JIKA, pada H-1, jumlah penumpang max 5 orang. Tapi KENYATAANNYA, pada H-1, banyak bis yang baru terisi 2-3 orang. Dan saat jalan, SANGAT SERING, jumlah penumpang KURANG DARI 10. Bahkan, SERING, penumpangnya TIDAK LEBIH dari 5. Kesaksian saya, saat ini, BELUM SEMUA BUS, penumpangnya PENUH. Padahal pengusaha bis, sudah harus menanggung BBM, biaya Tol, biaya SERVICE MAKAN, dan biaya CREW. Kasihan.. Semoga Pemerintah MEMPERHATIKAN..

Ibnu Shonnan

Kalau Bosnya SAN bilang, "selera masyarakat sekarang berubah. Meskipun keadaan ekonominya masih rendah. Keinginannya bus premium. Bus biasa tidak mau". Ya mestilah Boss.. Setiap hari sudah biasa susah. Saat naik bus tidak minta yang bagus sekalian. Terus kapan lagi? 

Mahmud Al Mustasyar

Membaca judulnya, pikiran sy langsung membayangkan perusahaan bus yg ada di kota Medan "PO Kurnia" dgn trayek Medan - Banda Aceh, Medan - Bukittinggi dan Padang. Eh .... nggak tahunya cerita ttg PO Siliwangi Antar Nusa milik Kurnia Lesani Adnan, pengusaha Minang.

Budi Utomo

Malaysia disubsidi. Lagipula penduduknya cuma 30 juta. Petronas ga bakal sanggup subsidi rakyat Indonesia yang 9 kali lipat jumlah penduduknya. Wkwkwk

Jimmy Marta

Sependek perjalanan saya, bus akap premium yg mewah itu adalah jurusan aceh-medan. Bus nya bertingkat. Bersih mengkilat. Ac, toilet, charging, seat 1-2 bisa distel. Paling terkenal itu bus merek pelangi. Lima tahun lalu ongkos banda aceh-medan 200ribuan perjalanan 13 jam. Sedang tiket pesawat 260ribuan perjalanan 1jam.

Jimmy Marta

Ada ujar ujar candaan mengenai perjalanan medan-aceh. Tentang perbedaan kualitas jalan lintas sumatera yg ada diwilayah sumut dan aceh. Jika penumpang masih terjaga, itu katanya anda masih berada di wilayah medan (sumut maksudnya). Namun kalau penumpang terlelap, itu brarti sudah masuk wilayah aceh. Skb : sumut- sumbar jg begitu...

Sadewa Sadewa

Jika nasib anda ingin berubah Menangislah sekarang, ketika BBM naik 5 sampai 10 tahun lagi, foto anda akan ada di Baliho, sambil senyum atau tertawa. Silahkan dicoba....

Chei Samen

Merak-Bakauheni. Teringat masa nan lalu nih Abah. Nostalgia berpetualangan Sumenep-Surabaya-Jkt-Cilegon-Lampung (minum sianida di restoran Rampok Tg Karang)-Jambi-Teluk Bayur. Aman dan tidak perna diganggu oleh preman. T.kasih warga +62.

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda