Sang Begawan Media

BBM 303

Malaysia bisa jual Pertamax Rp 6.965 per liter. Di Indonesia Rp12.500. Data Global Petro Prices: Pertamax di Singapura Rp 30.208 per liter, Laos Rp 24.767 per liter dan Filipina Rp 20.828 per liter. (FOTO: cnbcindonesia.com)

COWASJP.COM – HARGA BBM naik?

Tidak.

Naik.

Tidak.

Belum.

Entah sampai kapan.

Jangan perjudikan itu. Apalagi tanpa membayar fee ke 303. Kita tunggu saja keputusan pemerintah. Kelihatannya tinggal tunggu keputusan akhir dari Presiden Jokowi.

Langkah-langkah menuju kenaikan harga itu sudah disiapkan. Para menteri seperti sudah memastikan BBM naik. Setidaknya sudah siap naik. Pun sikap Wakil Presiden Ma'ruf Amin. Semua mengisyaratkan ke arah kenaikan harga BBM.

Secara ilmiah –ilmu ekonomi– memang harus begitu. Harga BBM sekarang ini murahnya luar biasa –dibanding harga pasar internasional. Untuk apa ilmu ekonomi dipelajari di semua universitas kalau tidak dipergunakan.

Tapi harga BBM sekarang itu masih mahal. Kalau diukur dari kemampuan daya beli lapisan masyarakat menengah ke bawah. Saya pun pernah menulis: kenyataannya, setiap terjadi kenaikan harga BBM tingkat kemiskinan selalu naik. Jumlah orang miskin bertambah (Disway 23 Juni 2022).

Saya memahami bahwa Presiden Jokowi sampai sangat sulit membuat keputusan soal kenaikan harga BBM. Sesulit-sulit menangkap Irjen Pol Ferdy Sambo masih bisa mengerahkan Brimob. Taruhannya hanya ''kemungkinan anak buah Sambo marah''. Tapi menaikkan harga BBM ini taruhannya rakyat miskin. Jumlahnya bisa lebih 20 juta orang. Umumnya mengagumi Pak Jokowi. Memilihnya dengan fanatik. "Mendewakannya".

Dan sang Dewa kini harus membuat keputusan pahit bagi mereka. Mungkin mereka memang tidak banyak membeli BBM. Mereka tidak punya mobil. Tapi kenaikan harga BBM akan menaikkan harga-harga kebutuhan hidup. Inflasi.

Pak Jokowi tidak sendirian. Presiden yang ia gantikan, SBY, juga berpikir panjang sekali sebelum mengambil keputusan menaikkan harga BBM. Sampai SBY mendapat julukan peragu. Setidaknya dibanding wakilnya: Jusuf Kalla.

"Ekonom tidak memahami ini: setiap terjadi kenaikan harga BBM tingkat kemiskinan naik. Bisa sampai 2 persen," ujarnya suatu ketika. 

Saya yang semula terpengaruh Pak JK ikut merenungkan kenyataan yang dikemukakan Presiden SBY itu.

Keputusan menaikkan harga BBM selalu harus dilakukan. Oleh presiden siapa pun. Dari periode ke periode. Selalu juga menimbulkan gejolak. Termasuk gejolak di APBN.

Kenaikan harga BBM seperti kutukan abadi di negeri ini. Hanya belakangan tanpa ada demo.

Di zaman Pak SBY subsidi mencapai Rp 250 triliun. Dihujat. Dibilang membakar-bakar uang negara. Salah sasaran. Orang kaya kok disubsidi. Dan seterusnya.

Kini subsidi itu bisa mencapai Rp 502 triliun. Tahun ini. Kalau BBM tidak naik. Sebaliknya kemiskinan bisa naik 2 persen. Kalau harga BBM dinaikkan.

Bagi Pak Jokowi ancaman kemiskinan naik 2 persen itu menakutkan. Terutama dalam hal citra. Kalau sampai kemiskinan naik 2 persen Pak Jokowi akan dikenang seumur hidup sebagai presiden yang gagal mengentas kemiskinan.

Selama 8 tahun menjabat Presiden angka kemiskinan hanya turun 1,5 persen. Terendah dibanding presiden siapa pun pasca reformasi. Maka kalau sampai angka kemiskinan naik 2 persen akibat kenaikan harga BBM apa lagi yang bisa dikenang di bidang pengentasan kemiskinan.

Maka harus ditemukan cara baru. Ilmu baru. Terobosan baru: bagaimana harga BBM naik tanpa menambah angka kemiskinan.

Tentu saya pernah memikirkan itu. Secara mendalam. Sayangnya saya tidak mampu merumuskan teori baru. Mungkin karena saya bukan ekonom. Lalu saya tunggu teori baru dari para ekonom. Juga tidak muncul.

Ide baru yang sering dibicarakan hanyalah: bagaimana agar penghematan dari subsidi BBM itu diarahkan untuk fokus mengatasi kemiskinan. Di atas kertas itu masuk akal. Lalu dilaksanakan. Hasilnya belum kelihatan di angka-angka statistik.

Itulah sebabnya saya memilih jalan pintas ini: untuk mengurangi subsidi BBM janganlah gunakan BBM. Kita buat mobil listrik.

Itu 10 tahun lalu.

Gagal. 

Anda sudah tahu hasilnya. Tidak bisa terwujud. Dan sampai sekarang kita masih harus berkutat dengan subsidi BBM. Sayang energi seorang presiden terlalu terkuras di soal ini. Sumpek. Untung Pak Jokowi masih sering bertemu relawannya. Bisa terhibur di situ.

Kini mobil listrik sudah mewabah di mana-mana. Presiden Indonesia 10 tahun ke depan bisa lebih ringan pikirannya.

Jadi, apakah harga BBM akan naik?

Tidak.

Naik.

Tidak.

Terserah. (*)

Komentar Pilihan Disway

Edisi 26 Agustus 2022: Model BTP

Rizky Dwinanto

"Kini Tommy menjadi pioneer..... blablablabla... Ini plastik ramah lingkungan pertama blablablabla" Demikianlah, abah selalu lebay.. Resin plastik Oxium produksi PT Tirta Marta sudah digunakan untuk tas kresek sejak tahun 2010an. Hasil temuan orang Indonesia juga.. Mungkin bapaknya si Tommy

Budi Utomo

Politisasi agama entah mengapa sangat kental di negara demokrasi yang kuat agamanya macam Amerika Serikat (Protestan), India (Hindu), Indonesia (Islam). Demokrasi akhirnya menjadi (agama) mayoritas menindas minoritas. Padahal seringkali minoritas justru menjadi motor penggerak bagi kebangkitan suatu bangsa. Sun Yat Sen misalnya. Dia beragama Kristen tapi berjasa besar mendirikan Tiongkok Modern. Walau akhirnya Kristen, sebagaimana Islam, boleh dikatakan ditindas, atau minimal dibatasi ruang geraknya di Tiongkok masa kini. Ali Jinnah contoh lainnya. Dia Shiah tapi berjasa mendirikan Pakistan (walau akhirnya Shiah yang minoritas ditindas Sunni yang mayoritas di Pakistan kini). 

Juve Zhang

Rambo satu orang bunuh 36 orang . Gagah berani kuat fisik mental. Sabo bunuh satu orang nyusahkan 36 orang teman sejawat. Rambo tegar kuat phisik dan menta. Rambo lokal ketemu Komnas Ham nangis. Ketemu kak Seto nangis. Rakyat bingung ini Rambo atau Lucinta Maya Kw 2. Jadilah pria sejati berani berbuat berani nanggung jawab pantang keluar air mata.wkwkwkwkwk

Fenny Wiyono

Saya tidak setuju dengan Perceraian dan Pernikahan ke-2 Ahok.. tetapi kalau mau melihat lepas dr mslh pribadi (Keluarga), Pak Ahok masih seorang negarawan yang baik ; tidak maling duit rakyat atau menyusahkan Rakyat. Masalah Wanita lain, Pak Karno Istrinya juga banyak, tetapi beliau negarawan yang hebat. Sri Sultan Hamengku Buwono IX juga istrinya lebih dari 1 tapi secara negarawan Jauh lebih hebat dari yang ke 10 (yg istrinya 1). untuk negarawan lainnya, coba wartawan Senior Bpk Dahlan Iskan mau buka suara "Saayaaaang..." dan kita semua akan terheran, terkaget-kaget.. wkwk

Lukman bin Saleh

Sedikit kritik untuk istilah BPT dalam program ini. Karena bersih, transparan dan profesional sj tidak cukup bagi seorang pemimpin. Sulit mengharapkan perubahan besar jika hanya bertumpu pada karakter di atas. Alih2 malah menjadi bumerang. Makin membuat bangsa ini tertinggal. Misalnya pemimpin bersih, transparan dan profesional mengelola tata kelola yg salah. Seperti tema tulisan kemarin. Maka makin profesional seorang pemimpin, makin parah juga kesalahan yg ditimbulkan. Harusnya ada satu lagi karakter inti selain BPT. Dan ini wajib jika ingin maju: fatonah. Ya pemimpin wajib cerdas. Fikiran dan terobosannya bisa diandalkan. Sebaik apapun seorang pemimpin, jika tidak cerdas agak susah mengandalkannya untuk melakukan kemajuan di negeri yang jalan di tempat ini. Tapi tidak apa2. Ini sekedar pemilihan istilah yg ada unsur cocokloginya. Dalam penerapannya, saya yakin unsur kecerdasan tidak diabaikan...

Yakun Toba

Mulai banyak bermunculan tren produksi ecoplas, harus fokus jadiin cassava-based biodegradable plastic ini lebih murah, efisien dan berkualitas dibandingkan dengan corn-based plastic, paper, dan saingan lainnya. 

Yakun Toba

Mulai banyak bermunculan tren produksi ecoplas, harus fokus jadiin cassava-based biodegradable plastic ini lebih murah, efisien dan berkualitas dibandingkan dengan corn-based plastic, paper, dan saingan lainnya. 

Johannes Kitono

Kursus kepemimpinan model " Lemhanas BTP " yang pesertanya terbuka untuk kader partai mana saja pasti menarik. Kalau dosennya selain Ahok juga perlu perlu ada : Surya Paloh , Prabowo Subianto, Airlangga Hartato, Megawati, SBY, Dahlan Iskan dan last but not least Anies Baswedan. Biar para kader bisa diskusi terbuka dan memilih model Pemimpin mana yang cocok buat NKRI.

daeng romli

Setelah membaca hampir semua komen dr "masyarakat disway", Rata2 mereka suka dgn BTP / Ahok. Dari sisi profesianal, integritas, dll. Tapi sisi yg tdk disukai adalah dr sisi pribadi Ahok yg ceplas ceplos, kadang mengumpat bahkan ada yg tdk suka krn kawin lagi setelah cerai dgn istri pertama...hehehe. Yg perlu diingat masih ada pejabat lain yg seperti itu, maksud saya yg ngomongnya ceplas ceplos tp malah karirnya naik....mosok lali karo Bu Risma ex Walikota Suroboyo, kurang keras tah nek lagi ngamuk katek nuding2 sisan....tp aneh nya yo tetep moncer karirnya. Iki paling sesok ditulis Abah DI....(ngarep2)...

balagak nia

sambo itu pegang banyak kartu truf, kasus ahok (diripitdum bareskrim polri), chat cabul hrs, km 50, joko chandra, kebakaran gd kejagung, judi, narkoba...yakin semuanya direkayasa....sambo mencoba peruntungan lagi di kasus brigadir j, ternyata skenario rekayasanya mbleset, dia berharap sesuai skenarionya krn memegang banyak kartu truf.....YG DIATAS membuka bobrok sambo (polri), sekarang tinggal menunggu apakah sambo mau membuka itu semua & taruhannya nyawa...

Budi Utomo

Konon Jokowi langsung memanggil Ahok ke istana untuk dimarahi. Karena NU sangat strategis secara politik. Konon lho ya. Dan di institusi agama maupun politik selalu ada yang beraliran Konservatif dan Liberal. MA termasuk yang konservatif. Gus Dur termasuk yang Liberal. Kalau Gus Dur masih hidup waktu kasus Ahok pasti bakal rame. Gus Dur pasti membela Ahok bakal berhadapan dengan MA. Jangan lupa Gus Dur berkampanye mendukung Ahok waktu di Belitung. 

No Name

Ingat Ahok jadi ingat keponakan yg tinggal di DKI saat Pilkada 2017, dia alumni ponpes Nurul Jadid Paiton Probolinggo. Dia pendukung Jokowi di pilpres 2014 sekaligus pendukung Ahok di Pilgub DKI 2017, sangat militan. Eh ndilalah setelah nonton sidang Ahok yg menghadirkan KH Ma'ruf Amin sebagai saksi & disitu si Ahok marah ke KH Ma'ruf Amin sambil tangannya menunjuk ke beliau, sontak keponakan saya & banyak kalangan NU yg emoh mendukung Ahok. Jadi, salah alamat kalo Ahoker menjadikan Buni Yani sebagai lawan. Betewe, terimakasih Pak KH Ma'ruf Amin 

Mirza Mirwan

Sebelum subuh, saya sudah menduga bahwa CHD hari ini akan banjir komentar -- meski banjirnya tak seperti zaman Disway App dulu. Dan ternyata benar. Sepulang Jumatan dari luar kota, dan makan siang, sudah ada 130-an komentar. Saya coba membaca belasan di antaranya. Kebanyakan sangat obyektif, tanpa mendasarkan pada faktor primordial. Atau prasangka. Harusnya memang begitu. Dan baru sekarang saya tahu, ternyata yang beberapa hari terakhir menggunakan nama EVMF adalah Bung Liang Yang An. Itu terlihat dari profile yang berupa silhuete orang memainkan biola. Entah apa kepanjangan EVMF itu. Mungkin "Enjoy Violin Makes Fine" wkwkwkwk. Menikmati biola akan membuat segalanya baik-baik saja -- setidaknya begitulah yang terjadi pada saya.

Bahtiar HS

Hari ini Abah menampilkan sosok BTP. -- setelah kemarin Pak Laks Entah mengapa, saya jadi teringat pesan guru saya sangu hidup bermasyarakat, yakni: Nyenengna uwong Nguwongna uwong Nggatekna uwong Ora nggelakna uwong Gampang diucapke, angel lakonane.

Johannes Kitono

Kursus kepemimpinan model " Lemhanas BTP " yang pesertanya terbuka untuk kader partai mana saja pasti menarik. Kalau dosennya selain Ahok juga perlu perlu ada : Surya Paloh , Prabowo Subianto, Airlangga Hartato, Megawati, SBY, Dahlan Iskan dan last but not least Anies Baswedan. Biar para kader bisa diskusi terbuka dan memilih model Pemimpin mana yang cocok buat NKRI.

daeng romli

Setelah membaca hampir semua komen dr "masyarakat disway", Rata2 mereka suka dgn BTP / Ahok. Dari sisi profesianal, integritas, dll. Tapi sisi yg tdk disukai adalah dr sisi pribadi Ahok yg ceplas ceplos, kadang mengumpat bahkan ada yg tdk suka krn kawin lagi setelah cerai dgn istri pertama...hehehe. Yg perlu diingat masih ada pejabat lain yg seperti itu, maksud saya yg ngomongnya ceplas ceplos tp malah karirnya naik....mosok lali karo Bu Risma ex Walikota Suroboyo, kurang keras tah nek lagi ngamuk katek nuding2 sisan....tp aneh nya yo tetep moncer karirnya. Iki paling sesok ditulis Abah DI....(ngarep2)...

balagak nia

sambo itu pegang banyak kartu truf, kasus ahok (diripitdum bareskrim polri), chat cabul hrs, km 50, joko chandra, kebakaran gd kejagung, judi, narkoba...yakin semuanya direkayasa....sambo mencoba peruntungan lagi di kasus brigadir j, ternyata skenario rekayasanya mbleset, dia berharap sesuai skenarionya krn memegang banyak kartu truf.....YG DIATAS membuka bobrok sambo (polri), sekarang tinggal menunggu apakah sambo mau membuka itu semua & taruhannya nyawa...

Budi Utomo

Konon Jokowi langsung memanggil Ahok ke istana untuk dimarahi. Karena NU sangat strategis secara politik. Konon lho ya. Dan di institusi agama maupun politik selalu ada yang beraliran Konservatif dan Liberal. MA termasuk yang konservatif. Gus Dur termasuk yang Liberal. Kalau Gus Dur masih hidup waktu kasus Ahok pasti bakal rame. Gus Dur pasti membela Ahok bakal berhadapan dengan MA. Jangan lupa Gus Dur berkampanye mendukung Ahok waktu di Belitung. 

Johan

Ahok memang fenomenal sih. Sampai media TV dari Tiongkok (CCTV 4) pun datang mewawancarainya secara ekslusif, sewaktu dia masih menjabat di DKI Jakarta. Bahasa Mandarinnya tidak terlalu bagus, tapi pede aja ngomongnya. Seorang Chinese overseas sampai menarik perhatian dari negara leluhur, tentunya bukan orang kelas keroco. Mungkin kalau Ahok berniat pindah warga negara, akan diterima dengan tangan terbuka. Tapiii... (saya benci mengatakan ini. Mengingatkan sebuah ungkapan yang saya lupa berasal dari mana : "Everything after the word “but” is bullshit, and essentially makes everything before “but” meaningless." Jadi sudah lah tidak usah saya teruskan).

Er Gham

Kenapa dinamakan BTP Model Leadership. Sekalian saja dinamakan Ahok Way Leadership. Mirip GE Way. Sehingga tidak terjebak jargon Bersih, Transparan, Profesional. Lengkap dengan sertifikat yang ditandatangani Ahok. Ini kan akan dibuat banyak gelombang. Sampai 2024 sepertinya. 

Marettasari Marettasari

Jangan lupa materi pendidikannya di tambah etika berkomunikasi & etika toleransi ya, jd pengalaman buruk BTP tidak diulang oleh generasi berikutnya

Multi Suk

Yang saya koreksi dari tulisan ini cuma 2 saja. 1. Masyarakat Belitung timur dikatakan Islam yang religius. Itu jelas tidak benar sebab jika dia religius tidak akan menentang ayat Alquran yang melarang memilih pemimpin kafir 2. Ahok menjalani hukuman 2 tahun. Kapan dia masuk LP? Yang ada dia di Mako Brimob enatah ngapain juga tidak tahu. Apakah itu menjalani hukuman? Bukan. Karena sesuai undang-undang menjalani hukuman itu di LP bukan di rutan 

Rubby Rubby

Tidak ada manusia yg sempurna... mau dicari salahnya pasti ada. Demikian pula baiknya jg pasti ada. Yg terpenting adalah "Right man on the right place" menempatkan kelebihan seseorang sesuai posisinya. Jika pejabat publik tugasnya diutamakan utk kesejahteraan rakyat, maka carilah tokoh yg sesuai. Jika mencari pejabat publik dengan pemikiran yg campur aduk gak jelas maka jelas tdk ada pernah ada yg cocok, misalkan mencari pejabat publik tapi membayangkan tokohnya sebagai figur suami/istri, pemuka agama, guru, teman, dsb. Sampai kiamat jg gak pernah ada yg betul2 ideal. Entah kurang tegas, kurang ganteng, kurang sopan, klemar klemer, kurang jujur, kurang sabar, kurang ini itu... lah wong nyari pejabat seperti nyari manusia dengan sifat-sifat Tuhan yg Maha Sempurna. Mana Bisa? Mari lebih realistis dan logis karena ini sudah pagi, waktunya bangun dr mimpi semalam.

Purnomo Inzaghi

Ahok atau BTP sosok pemimpin yg dibutuhkan saat ini. Mungkin cuma ini kelemahannya : beretnis cina dan beragama non muslim. Diluar itu dia punya atribut komplit untuk jadi pemimpin yg tegas, tidak kenal kompromi. Dia lawan yang tepat untuk para pelaku korupsi, dia model yang pas untuk menyaingi politik identitas yg mulai usang. 

Muin TV

Mencari pemimpin BTP. Ini sesuai inisial namanya. Basuki Tjahaya Purnama. Tapi diplesetkan menjadi, Bersih, Transparan, Profesional. Karena ini diinisiasi oleh Ahok, saya punya usul. Mencari pemimpin TAI. Transparan, Anti korupsi, Integritas. Kata ini sering diucapkan oleh Ahok ketika dia marah-marah. Yok kita cari pemimpin TAI. Nanti akan diajari secara langsung sama Ahok. Bagaimana caranya menjadi pemimpin TAI. Wkwkwk.....

Teguh Wibowo

Di persawahan dekat rumah saya ada seorang bapak2 petani yg sudah sepuh yg selalu menarik perhatian saya. Si Bapak ini adalah penyandang disabilitas, tangannya yg kanan tidak ada alias buntung. Sehingga untuk aktifitas mencangkul, ngrabuk, nyemprot, dsb hanya bisa menggunakan tangan kirinya. Motor yamaha alfa 2 R yg sering dikendarainya pun saya lihat sudah dimodifikasi. Handle gas yg seharusnya berada di setang sebelah kanan dipindah ke setang sebelah kiri. Kemarin sore saya melihat bapak2 sepuh ini baru pulang dari sawah naik motor yamaha alfa 2 partai-partai nya. Beliau mengenakan caping dengan paduan kaos partai bekas kampanye partai Demokrat warna putih dg logo tiga berlian warna biru. Di kaos tsb ada foto seorang tokoh partai demokrat berjas hitam dg tulisan dibawahnya "Dahlan Iskan."

hoki wjy

para semut hakim yg memutus Ahok bersalah saat itu tdk menggunakan hati nurani tapi hanya berdasarkan tekanan masa dan tekanan semut yg menjabat wapres saat itu, mari kita simak kembali pidato Ahok saat itu (kalimat sensitif saya ganti) Kan bisa saja dalam hati kecil bpk ibu enggak bisa pilih saya karena dibohongi PAKAI surat Pak DI 51. apakah saya menyebut surat Pak DI 51 pembohong? tentu tidak justru saya mengingatkan supaya kita tdk dibohongi dg memakai nama surat Pak DI 51, celakanya pidato tsb di eidit dan divralkan oleh semut Yani (telah selesai menjalani hukumannya) oleh semut Yani kalimat tsb diubah menjadi: kan bisa saja dalam hati kecil bpk ibu ngak bisa milih saya karena dibohongi surat Pak DI 51 dg menghilangkan kata PAKAI. tentu maknanya jadi berubah bagaikan langit dan bumi. dg menghilangkan kata PAKAI jelaslah itu sama saja menuduh surat Pak DI 51 adalah bohong. jadi jelas sekali Ahok tdk pernah bilang Surat SEMUT 51 tsb adalah bohong.tapi justru mengingatkan kita supaya jangan dobohongi PAKAI surat SEMUT 51.

Er Gham

Peserta akan diasramakan di Cibubur selama 3 hari. Perkiraan saya, akan ada pelatihan pengucapan kata secara lantang. Disuarakan dengan keras. Agar peserta didik tegas dan lantang saat berbicara ketika menjadi pemimpin publik. Tidak mendayu dayu. Tidak klemar klemer. Tidak berbelit belit. Serta tidak memanipulasi kata kata yang kadang menjadi kalimat bersayap. 

Ulil Abshor

Saya termasuk yang suka dengan Ahok. Transparan dan jujur. Lihatlah bgmn saat dia jd anggota DPR dan gubernur. Semua dana operasional di catat dengan detail. Jika lebih, di kembalikan ke negara. Saat kena kasus hukum, woww..gentle donk. Di hadapi. Ngga spt sebelah, yg hrs melarikan diri sampe luar negeri. Herannya, yg transparan spt ini bnyk yg musuhi. Wkwkwk. Dan di antara yg banyak itu, justru mrk yg katanya menjunjung tinggi nilai² amanah dan fathonah. Maha Besar Alloh dengan segala firman-Nya.

Kelender Indonesia Lengkap

Sebenarnya BTP itu sudah ada sejak tahun 90 an di Ujung Pandang. Jika Anda mahasiswa Unhas pasti ANDA SUDAH TAHU apa itu BTP.. Bukan Bersih Transparan Profesional, tapi Bumi Tamalanrea Permai. Demikian ...

Impostor Among Us

Rada-rada rusuh lagi di ruang komentar ini. Pendukung BTP ini terlalu sakit hati pada HRS. Dikira tadinya sakit itu sudah sembuh setelah HRS divonis bersalah dan dipenjara. Ternyata belum. Efek sakit itu melebar hingga menabrak ABW karena dianggap ini orang ridho dengan cara-cara mendapat kuasa dengan jual ayat dan mayat. Untungnya ABW ini mengerti psikologis warganya yang tidak suka padanya.

Budi Utomo

Basuki Tjahaja (Cahaya) Purnama. Nama Mandarin Zhong Wan Xue 钟万学. Sekali lagi sorry kalau saya menulisnya dengan simple chinese ala Tiongkok. Mungkin ko Liang Yang An bisa melengkapinya dengan traditional chinese. Zhong é’Ÿ (baca: Chung) artinya lonceng, genta, bel. Juga jadi nama marga di Tiongkok. Wan 万 artinya sepuluh ribu. Xue å­¦ artinya belajar, mempelajari, pelajaran. Simbolnya adalah Zi 子 (baca: Tze, Tse, Ceu) atau anak yang sedang belajar menulis kaligrafi Mandarin di bawah atap rumah. Begitu kalau kita analisis simbol per simbol dari traditional Chinese ala Taiwan. Xue å­¦ (baca: Xiie, double i) dibaca Hok dalam logat Hakka. Pemilihan nama Indonesia/Jawa yaitu Basuki yang artinya bertumbuh, berkembang (menjadi banyak), to flourish, to multiply, mungkin punya maksud tertentu. Cahaya Purnama sebagai pengganti marga Zhong é’Ÿ (means bell) pasti punya maksud tertentu juga yang hanya diketahui keluarga besar Ahok atau Axue 阿学. Sebagai pengamat Mandarin, penerjemahan Zhong Wan Xue menjadi Basuki Cahaya Purnama adalah fenomena menarik karena di luar kebiasaan masyarakat Tionghoa di Indonesia. Misal marga Lim (logat Fujian dari Lin æž—) biasanya menjadi Salim atau Halim yang bunyinya masih ada Lim. Atau nama pribadi An 安 diindonesiakan menjadi Andreas atau Andrew. Lalu Cahaya ditulis dengan ejaan lama Tjahaja. Pasti punya maksud tertentu. Agar pas dengan singkatan Transparan? Bisa jadi. 

Mbah Mars

Ingat BTP maka ingat pula sosok pemimpin yg berkarakter. BTP yang berkarakter BTP: gemar Berang, Temperamental dan Pemisuh.

Mbah Mars

Wakakaka. Jungkir balik. Koprol gua. Tak kasih tahu ya Bang. MARS itu sebenarnya singkatan rayuan saya pada istri. Mars: Ma, Aku Ready Selalu. Eng ing enggggg. Budalllll.

Amat Kasela

Setelah berpikir, mencari-cari kata sifat, akhirnya nemu juga model kepemimpinan selain BTP. Model itu MARS : mahir, asertif (tegas), religius, santun. Program MARS ini akan diajarkan langsung oleh Mbah MARS. Semoga banyak peminat yang mendaftar.

rid kc

Memang benar kita butuh ribuan Ahok demi Indonesia maju. Kepemimpinan BTP sudah teruji di Jakarta. Sayangnya masyarakat kita masih belum bisa menerima kepemimpinan seperti BTP. Kepemimpinan ala BTP sangat mengganggu para mafia. Semua mafia takut akan kepemimpinan BTP. Mulai dari mafia agama, bisnis, pengetahuan apalagi mafia politik sehingga mafia itu bersatu menjungkalkan BTP. Kepemimpinan BTP akan dianggap sebagai pemghalang di negeri ini. Entah karena negeri ini sudah dikuasai mafia ataukah emang cara kepemimpinan BTP yang kurang lembut. Memang butuh seni kepemimpinan di negeri ini. Ingat negeri ini penuh dengan metafor yang itu merupakan manifestasi etik dan estetik. Kepemimpinan BTP akan lebih baik jika dikombinasikan dengan etik dan estitika Timur. Semoga muncul BTP lain yang lebih smooth dalam gaya kepemimpinannya

Er Gham

Pemimpin publik juga perlu belajar menjaga mulutnya. Menjaga emosinya. Ini diajarkan juga di model btp?

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda