Laporan dari Swiss (28)

Perjalanan di Dalam Negeri Swiss Tanpa Tes PCR, Cukup Sertifikat Vaksin!

Zirco di Parc de Milan melihat orang berolahraga. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COM – Mbak, temani belanja ke minimarket yuk! 

“Naik apa?” 

Jalan kaki saja lah! Kan deket! 

Kira-kira begitu percakapan singkat antara kakak beradik di sore hari. Kalau pembaca mendengar ajakan tersebut apa nih yang ada dibenak Anda. Kalau hasil penerawangan saya ada yang berpendapat, “Ealah, saya juga sering jalan kaki ke minimarket dekat rumah.” 

Atau “Buru-buru ambil sepeda pancal sekalian olahraga.” 

Atau “Naik sepeda motor saja lah, biar gak berat bawa barang belanjaan dan cepat sampai juga.” 

BACA JUGA: Belanja Makanan Halal Tidak Sulit, Kita Diajari Gaya Hidup Nol Sampah

Atau “Naik mobil aja, sekalian beli terang bulan, martabak, siomay, batagor, dan pampers bayi”. 

Coba tebak hasil percakapan kakak beradik di atas diakhiri dengan jawaban apa? Hehehe. 

Tinggal di luar negeri harus siap dengan jalan kaki yang jaraknya dekat, sedang, atau jauh sekalipun. Tidak punya mobil pribadi hanya bergantung pada transportasi umum, yaitu bus dan kereta metro. 

Kalau tidak ingin membayar biaya bulanan transportasi umum yang biayanya 74 CHF = Rp 1.147.000. (1 CHF : Rp.15.500), bisa menggunakan sepeda, skateboard, ataupun scooter pribadi. Sudah bisa dipastikan orang bule di sini dari segala umur sudah terbiasa olahraga setiap hari. 

Kami pun juga sudah olahraga setiap hari minimal jalan kaki dari rumah ke sekolah Zirco yang jaraknya 500 meter. Kalau PP jalan kaki maka lumayan sudah jalan 1 kilometer ya. Sebuah prestasi. 

Jadi teringat mau pergi ke Indomaret dekat rumah yang jaraknya hanya 200 meter saja naik sepeda motor. Papi Fariz dan Zirco juga memiliki sepeda pancal. Zirco membawa sepedanya dari Surabaya. Karena kontainer kami mengalami kendala keberangkatan di mana baru 2 bulan kemudian sampai di Lausanne. Maka sepeda tersebut hingga sekarang belum dipergunakan. 

BACA JUGA: Alhamdulillah Lingkungan Ramah dan Saya Ditempa Jadi Ibu Sejati

Saat itu musim panas segera usai. Mencari tukang tambal ban untuk tambah angin juga susah ditemukan. Mendapat info ada alat tambah angin gratis di dekat Lausanne Gare (Stasiun kereta api Lausanne) ternyata tidak ada. Karena stasiun sedang melakukan renovasi jalan. Pompa angin portable yang dibeli di Indonesia ternyata di-reject saat pengecekan kontainer oleh bea cukai karena mengandung baterai.

or1bfaf7.jpgDoubleZ bermain Tut Tut Bolides saat mami sedang memasak

Papi Fariz juga punya sepeda, mendapat hibah dari teman kantornya yang kebetulan kontainernya sudah full saat balik ke Indonesia. Tapi tak sanggup juga mengendarai sepeda di musim dingin seperti ini. Takut masuk angin katanya. Lebih milih naik bus yang ada penghangatnya. Tapi oh tapi, ternyata banyak sekali warga lokal yang meskipun musim dingin mencapai minus derajat Celcius masih giat bersepeda. 

Selain bersepeda karena mengantar anak ke sekolah, mereka juga memakai baju olahraga lengkap layaknya pesepeda profesional. Helm, baju olahraga ketat yang banyak sakunya di bagian punggung, dan bahkan celana training pendek. 

BACA JUGA: Berakhir Tahun di Pusat Belanja Aubonne, Banyak Diskon dan Serba Murah

Di taman Parc de Milan dekat rumah juga masih terlihat sekumpulan orang melakukan workout olahraga bersama dan juga bermain sepakbola. Memakai pakaian olahraga pada umumnya ya. Wow!!!! Padahal saya harus memakai 2 jaket (jumper dan winter coat), celana thermal, syal, beanie hat, dan sarung tangan.

or2fc5ae.jpgDoubleZ bermain diluar full dengan winter coat. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Zirco (anak sulung saya) juga punya skateboard dan sepatu roda, hadiah dari Yangkung Purwanto dan Yangti Yuni yang belum dipakai juga. 

Seluruh aktifitas outdoor masih belum memungkinkan untuk dilakukan. Sehingga DoubleZ (Zirco dan Zygmund) lebih memilih bermain puzzle, bongkar pasang, merangkai rel kereta dan masih banyak permainan lainnya yang dibawa dari Indonesia. 

Kalau si kakak sedang sekolah, Zygmund bisa bebas bermain sesukanya. Kalau main berdua kadang akur dan kadang juga berantem. Dan setiap weekend apabila tidak ada acara keluar rumah, maka Zirco dan Papi Fariz akan bermain Nintendo di ruang tamu. Papi Fariz pun sigap menjaga dan mengajak bermain DoubleZ saat mami sedang masak ataupun bekerja.

Nintendo Switch baru kami beli sesampai di Lausanne - Swiss. Juli 2021. Kami membelinya di Pusat Perbelanjaan Media Markt. Kalau di Indonesia tempatnya seperti Hartono. Lengkap dengan barang elektronik yang diperlukan untuk rumah tangga. Total belanja sekitar 500 CHF karena selain membeli Game Nintendo, Papi Fariz juga membeli Switch Ring Adventure Edition dan juga kaset game bola dan pokemon. 

or356562.jpgDoubleZ bermain Tut Tut Bolides saat mami sedang memasak. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Awal datang ke Lausanne kami mendapatkan rezeki berupa biaya pindahan. Karena jasa pindahan dan kontainer sudah dihandle oleh perusahaan, maka rezeki ini dirupakan mainan. Untuk menghibur DoubleZ yang mainannya masih terbatas dan juga untuk berolahraga karena alat Switch Ring ini mengajak kita untuk berlari, melompat, dan squat. 

PERJALANAN DI SWISS TANPA VCR, CUKUP SERTIFIKAT VAKSIN

Kini kasus Covid-19 di Swiss juga meningkat. Mau liburan keluar kota juga masih kami tahan. Meskipun perjalanan di dalam negeri Swiss hanya butuh sertifikat Vaksin Covid-19. Tidak perlu tes PCR. Tidak seperti di Indonesia yang dikit-dikit harus tes VCR. Antigen. Berangkat keluar kota naik kereta api atau pesawat wajib tes VCR. Pulang tes VCR lagi. Apa gunanya suntik vaksin, bahkan sampai level Booster??? 

Tapi bagi kami liburan di dalam rumah menjadi alternatif terbaik. Padahal keinginan di hati sudah ingin sekali melancong liburan, hehe. 

Beberapa teman seperti tetangga, kolega kantor, dan juga teman Zirco di sekolah baru-baru ini dikabarkan positif Covid. Tapi karena efeknya tidak begitu berat, hanya batuk, pilek, bahkan tanpa gejala sehingga mereka hanya karantina di rumah. Mereka sudah vaksin juga sebelumnya. 

Pemerintah juga sudah menganjurkan untuk vaksin booster. 

Sebanyak 68% penduduk di Swiss sudah melakukan vaksin. Namun masih saja terdapat individu yang menolak untuk vaksin dan kasus Covid yang melonjak karena menyerang individu yang belum menerima vaksin. 

or49c23e.jpgPapi Fariz Hidayat bersama DoubleZ saat mami sedang kerja. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Oktober 2021 lalu kami sudah vaksin Moderna cukup 1 dosis. Karena sebelumnya sudah mendapatkan 2 dosis vaksin Sinovac di Indonesia. Sekarang masih menunggu waktu yang tepat untuk mendaftar vaksin booster. Kata Papi Fariz tunggu dulu saja, karena baru Oktober kemarin vaksin. 

Sedangkan beberapa hari yang lalu, juga mendapat surat edaran dari sekolah Zirco bahwa anak di atas umur 5 tahun bisa mendaftar untuk vaksin. 

Program vaksin di Lausanne hampir sama dengan di Indonesia saat ini. Sudah mulai digencarkan vaksin booster dengan urutan yang sama yaitu tenaga kesehatan, lansia, pelayan publik, tenaga pengajar, dan seterusnya. Serta sudah ada beberapa sekolah yang memberikan vaksin kepada muridnya untuk persiapan sekolah tatap muka. 

Semoga pemberian vaksin kosong ke siswa yang kabarnya ada di daerah Medan tidak terulang di tempat lain ya kawan. Stay safe and healthy. Yuk, segera vaksin. Dukung program pemerintah. Jaga dirimu, keluarga, dan kerabat di sekitar kita.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda