Pembunuh Sekaligus Penipu, Tipu Daya Pembunuh

Fitria Wulandari (kiri) dan pacar yang membunuhnya Rahmat Agil alias Alung. (FOTO: Tangkap layar YouTube Tribun Sumsel)

COWASJP.COMCara Rahmat Agil, 20, mengeluarkan mayat Fitria Wulandari, 22, pacar yang ia bunuh di hotel, ia menelepon minta bantuan teman pria. Lalu, mayat posisi berdiri, diapit Rahmat dan teman, seolah mereka jalan bertiga berangkulan, menuju parkir motor. Mereka naik motor bertiga, menuju pembuangan mayat.

***

ITU diceritakan ayah Fitria Wulandari, Iwan Iriawan, 43, kepada wartawan, Selasa (5/12/2023). Iwan tahu itu dari pengakuan tersangka Rahmat Agil alias Alung yang kini ditahan sebagai tersangka pembunuh di Polres Bogor.

Iwan: “Jadi, orang pertama (selain pembunuh) yang menemukan jenazah anak saya, ya saya sendiri,,, diberitahu pelaku. Di Ruko kosong di Jalan Dr Sumeru, Bogor.”

Diceritakan, kronologinya begini:

Fitria Wulandari (biasa dipanggil Wulan) pamit orang tua meninggalkan rumah di Kampung Batu Tapak, RT 6/3, Kelurahan Pasir Jaya, Kecamatan Bogor Barat, Kota Bogor, pada Kamis, 30 November 2023 siang. Hari itu Wulan libur kerja di karaoke. Dia pamit ortu, akan ngopi dengan teman-teman.

Wulan memang ngopi bersama beberapa teman di sebuah kafe di Bogor. Di antaranya, sahabat akrab Wulan, Delta Gabriel. Juga, bersama Alung, pacar yang sudah setahun pacaran. 

Setelah itu Wulan tak pernah kelihatan lagi.

Malam itu (Kamis, 30/11) Wulan pulang dari ngopi bareng, dibonceng motor Alung. Ternyata mereka check-in di Hotel Red Doors, Tanah Sereal, Bogor. Terbukti terpantau rekaman CCTV hotel, Kamis, 30 November 2023 pukul 22.30 WIB. Terpantau saat mereka naik motor masuk gerbang hotel. Tapi di dalam hotel tidak ada CCTV.

Jumat, 1 Desember 2023 keluarga mencari Wulan. HP Wulan mati. Pihak keluarga tanya dan mendatangi rumah para kerabat, tidak ada yang tahu. Pihak keluarga juga tidak tahu nama-nama teman Wulan yang ngopi bareng pada sehari sebelumnya.

Sabtu, 2 Desember 2023 siang, keluarga kian panik. Iwan tanya keberadaan Wulan ke Alung. Iwan menemui Alung di tempat kerjanya, sebagai tukang parkir di kawasan Ruko Jalan Sumeru. Ketemu. Mereka ngobrol.

Iwan: “Saat kami ngobrol, Alung bilang, bahwa pada Kamis (dua hari sebelumnya) ia dan Wulan ngopi bareng di kafe. Setelah itu katanya, Wulan diantar pulang ke rumah kerabat di Cilebut, Bogor, sekitar pukul 23.00.”

Mendengar itu Iwan lega. Cerita Alung cocok dengan pamitnya Wulan pergi ngopi di kafe pada Kamis (30/11) siang. Klop. Sedangkan, jarak Kota Bogor-Cilebut sekitar lima kilometer. 

Iwan lalu minta Alung menjemput Wulan untuk dipulangkan ke rumah Bogor. Iwan sangat percaya Alung. Karena, Alung waktu itu baru sepekan keluar dari tahanan Polsek Bogor Barat, kasus penganiayaan terhadap pemuda. Si pemuda korban aniaya, tertarik asmara mendekati Wulan yang cantik. Alung cemburu. Pemuda dianiaya Alung, lantas Alung ditahan polisi di sana.

Soal kasus itu, Kapolresta Bogor Kota, Kombes Bismo Teguh Prakoso, kepada wartawan Selasa, 5 Desember 2023 mengatakan:

"Tersangka RA (Rahmat Agil) sempat ditahan 28 hari di Polsek Bogor Barat. Lalu korban penganiayaan mencabut laporan polisi. Sehingga pelaku keluar penjara. Jadi ada restorative justice, sehingga korban dengan pelaku berdamai.”

Sekarang, dengan adanya aturan restorative justice, banyak tindak kriminal yang bisa didamaikan, atau dilakukan restorative justice di Kepolisian. Sehingga penjahat tidak perlu dipenjara, bahkan tidak perlu disidang lagi. Asalkan mereka berdamai. Mungkin dirasa lebih praktis. Tidak membuat penjara penuh.

Iwan minta tolong ke Alung: “Kalau begitu, Abang (Alung) jemput adek ke Cilebut. Baiknya jangan sendirian. Ajak teman Abang.”

Alung menyanggupi. Menyatakan, sebentar lagi akan berangkat menjemput Wulan. Sebab, kata Alung, Wulan telepon minta dijemput hari itu pukul 21.00 WIB. 

Lantas, Iwan pulang. Merasa aman. Merasa, anak gadisnya akan dijaga kekasih yang seluruh tangannya bertato, dan begitu galak membela Wulan.

Iwan tiba di rumah sudah petang. Tak lama di rumah, ia ditelepon Alung. Katanya, ada barang Iwan yang ketinggalan di pertemuan mereka sore tadi. Iwan menjawab telepon, bahwa tidak ada barang ketinggalan. Tapi, Alung mendesak ingin bertemu Iwan (lagi).

Di situ Iwan merasa aneh. Sepanjang sore tadi mereka sudah ngobrol, kini Alung malah minta ketemu lagi. Aneh dan konyol. Penasaran, Iwan kembali mendatangi Alung di Ruko Jalan Sumeru. 

Iwan: “Saya tiba di sana, ketemu Alung, ia langsung mengajak saya masuk ke pos parkir. Di dalam pos parkir Alung dengan suara gemetar meminta maaf ke saya. Jadinya saya sangat heran. Saya tanya, minta maaf soal apa?”

Alung cerita ke Iwan, bahwa saat Alung membonceng Wulan, tahu-tahu Wulan jatuh dari motor dan terluka parah. 

Iwan kaget dan bingung. Bertanya, kejadiannya kapan dan di mana? Tapi, Alung terus meminta maaf dengan suara gemetaran. Iwan tambah bingung. 

Di saat Iwan bingung, Alung mengatakan bahwa Wulan sekarang ada di dalam ruko (Alung menunjuk sebuah ruko kosong, terkunci, di depan mereka). Iwan melongo. Bingung bertumpuk-tumpuk. Juga gelisah. Dan sedih. Campur syok.

Iwan: “Lho… kalo begitu, ayo cepat kita bawa ke rumah sakit. Gimana sih…”

Bergegas mereka menuju ruko. Ternyata, Alung punya kunci ruko itu. Folding gate ruko dibuka Alung. Krekek…. Mereka masuk ruang gelap. Alung menekan tombol menyalakan lampu.

Tampaklah sebuah meja. Di atas meja tubuh Wulan terlentang. Berpakaian lengkap, seperti saat berangkat dari rumah.

Tapi tunggu dulu… Bau sangat busuk menyergap hidung mereka. 

Iwan: “Saya hampir enggak kuat baunya. Ruko apa ini? Baunya kok begini?”

Tapi penciuman Iwan kalah dengan pandangan matanya pada tubuh Wulan. Ia segera mendekati meja, yang baunya kian menusuk. Ia perhatikan wajah anak gadisnya. Belepotan noda kecoklatan. Itu darah yang sudah mengering. Iwan sigap, menyeka noda coklat itu.

Iwan memandangi Alung, yang gemetaran. Iwan membentak Alung: “Astaghfirullaaah… Ini mayat Wulan….”

Sejenak sepi. Iwan terisak. Alung membisu. Dalam beberapa detik, hening. Tak ada yang bicara. Suasana pilu.

Iwan bingung mencerna situasi. Diliputi syok. Dan lain-lain.

Beberapa detik kemudian Iwan bergegas keluar ruangan. Ia lapor polisi, ke Polsek Bogor Barat. Segera, tim polisi tiba di TKP. Melakukan olah TKP. Juga spontan menangkap Alung yang masih di itu. Diangkut ke kantor polisi. Diinterogasi. 

Alung langsung mengaku ke polisi, ia membunuh Wulan. Pembunuhan di Hotel Red Doors, Kamis malam (berarti sudah dua hari sebelumnya). Caranya dicekik. Jarak antara hotel dengan ruko tempat mayat, tercatat di Google Maps 4,2 kilometer. 

Polisi menyidik saksi dan mengumpulkan beberapa barang bukti. Antara lain, sprei hotel yang berdarah sudah kering, dibuang Alung di semak-semak. Alung dijerat Pasal 338 KUHP, pembunuhan. Kali ini tidak bisa restorative justice lagi. Karena mustahil pelaku berdamai dengan korban.

Wulan, lulusan SMK Borcess, Taruna Terpadu, Bogor, 2020. Itu tampak di video dia di akun TikTok. Seragam atas batik hitam, rok rempel panjang. Diunggah 2020 saat Wulan masih sekolah. Sangat cantik.

Di unggahan itu ada komentar warganet: "Itu baju sekolah di Bogor bukan, ka?" Dijawab Wulan: "Iyaa, borces.”

Lulus sekolah, Wulan kerja di restoran cepat saji, Marugame Udon di kawasan Yasmin, Tanah Sereal, Bogor. Itu juga tampak di TikTok Wulan. Pada baju ada tulisan “Marugame Udon”. Kali ini Wulan berhijab.

Pekerjaan Wulan itu dikonfirmasi wartawan ke Iwan, dibenarkan: "Benar. Pertama dia kerja di Marugame Udon, Yasmin, Transmart. Setelah dari sana pindah kerja ke karaoke di Bogor Barat.”

Iwan tidak bicara detil, karena sangat berduka. Tapi, sewaktu Wulan kerja di karaoke, Alung jaga parkir di kawasan situ. Jadilah mereka kenal lalu pacaran. 

Kok, Wulan mau sama Alung? Yang bisa menjawab cuma Wulan.

Lantas, apa motif pembunuhan?

Kepada polisi, Alung menyatakan, mereka berhubungan seks di hotel. Setelah itu, Alung mengaku, ia menyatakan putus hubungan pacaran dengan Wulan. Kemudian Wulan kaget, dan menolak putus. 

“Karena dia menolak putus, terus kami ribut. Akhirnya saya cekik dia. Saya sebenarnya tidak niat membunuh dia.”

Begitulah versi tukang parkir Alung, pengakuan ke polisi penyidik. Logika yang aneh. Tidak umum. Seumpama benar, Wulan tidak mau hubungan diputus, mengapa Alung tidak pergi begitu saja? Kabur, setelah berhubungan seks? Mengapa dibunuh?

Ada cerita versi sahabat Wulan, Delta Gabriel, yang ngopi bareng Wulan, beberapa jam sebelum pembunuhan. Delta paham hubungan pacaran Wulan-Alung. Juga paham, bahwa Alung tukang parkir yang ternyata sering memukuli Wulan selama setahun pacaran. 

Sebelum Wulan tewas, Delta mengunggah di Instagram, isinya begini: 

"Gue masih ingat terakhir lu chat 'selesai dari hubungan gue sama si R (ex), gue cuma pengin bahagia aja bay' tapi kenapa ya lan (Wulan), elu anak baik mesti ketemu sama si A (pelaku). Dia jahat banget, sampe bikin elu kesakitan.”

Delta kepada wartawan menceritakan, sudah beberapa kali Wulan menyatakan putus hubungan dengan Alung. Karena, Wulan sering dipukul Alung. Tapi, setelah putus, Wulan kemudian balik lagi mendatangi Alung.

Mengapa? “Karena Alung enggak mau putus hubungan.”

Lho, mengapa Wulan balik mendatangi Alung?

Delta: “Karena, setiap kali Wulan memutus hubungan, terus Wulan dideketin cowok lain. Nah… cowok yang ngedeketin Wulan itu langsung dihajar sama Alung. Karena cemburu. Sering kali. Banyak korbannya. Sampai akhirnya Alung pernah dipenjara.”

Sampai di sini logis. Wulan gadis cantik. Pasti banyak cowok mendekati.

Delta: “Akibat kejadian itu sering, maka Wulan pilih biarlah dia korbanin diri. Balik ke Alung lagi.  Daripada cowok yang deketin dia dipukuli Alung. Gitu ceritanya.”

Di sisi lain, keluarga Wulan tidak tahu cerita Delta ini. Ketika Alung ditahan di Polsek Bogor Barat, Iwan dan isteri, Trisna Marliani, atau ayah-bunda Wulan, justru sering menjenguk Alung di ruang tahanan. Karena, Alung masuk bui akibat memukuli cowok yang mendekati anak gadis mereka.

Iwan: “Selama anak itu (Alung) ditahan, ada enam kali saya tengok di ruang tahanan. Saya malah ngajak isteri dan Wulan nengokin anak itu di ruang tahanan. Kami datang bawain makanan, rokok. Pokoknya setiap tiga hari sekali kami ngejenguk.”

Diceritakan, setelah Alung bebas tahanan, langsung datang ke rumah keluarga Iwan. 

Iwan: “Ia datang ke rumah setelah bebas. Saya memeluknya seperti anak sendiri. Saya percaya, ia membela anak saya. Ternyata balasannya begini….”

Cerita Iwan itu dibenarkan isterinya, Trisna Marliani, yang terisak menangis tak habis-habis.

Dari cerita ini, bisa dianalogikan, Iwan memelihara anjing. Penjaga anak gadisnya. Ia bangga. Dan, Iwan percaya pada si penjaga. Sampai ia ditipu di dalam ruko kosong berbau busuk itu. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda