Sang Begawan Media

Mimi Tjong

Mimi Tjong (kiri), 74 tahun, cucu Tjong Afie. (FOTO: DISWAY)

COWASJP.COMHARI PERTAMA masa kampanye capres kemarin saya mulai dari Medan: bihun bebek. Saya lupa nama jalannya tapi ingat nama restonya: Asie. Tidak jauh dari Jalan Kesawan.

Tentu saya olahraga sebelumnya: sejak jam 06.30. Di halaman mall Center Point. Bersama aktivis senam kaus kuning di Medan. Mereka sudah bertahun-tahun olga di situ. Baru kemarin lagu-lagunya beda. Lagu dance sport dari saya. Yang dibawa Nicky dari Surabaya. Anda tahu: pesertanya 100 persen wanita Tionghoa. Satu-dua laki-laki yang lewat situ saya ajak gabung. Maka saya pilihkan yang lagu-lagu mandarin yang belum pernah mereka mainkan. Konsekuensinya: saya yang harus tampil di depan. Bersama Nicky.

''Ini sebenarnya bukan bebek,'' ujar pemilik resto bihun bebek itu. Hah? Bukankah semua orang bilang ini bihun bebek?

''Ini sebenarnya .... Orang Jawa mengatakannya entok,'' jawabnya. Mungkin, maksudnya: mentok. Yakni unggas mirip bebek yang jalannya lebih geyol-geyol.

Di zaman sekarang tidak mudah mendapatkan mentok. Karena itu Asie tidak membuka cabang di mana pun. Padahal resto selaris ini akan laris pula di Jakarta. Juga di mana saja. ''Ini warisan dari papa,'' katanya. ''Sudah sejak 67 tahun lalu,'' tambahnya.

Robert Njoo yang memerintahkan saya ke bihun bebek ini. ''Jangan lupa minta tambah kuah. Juga remah bawang putih gorengnya yang banyak,'' pesan Njoo sejak seminggu sebelumnya.

Memang enak sekali. Nilainya 9. Ingin sekali tambah satu mangkuk tapi takut kembali tembem. 

Saya pun ingat istri. Ingin membawakannya oleh-oleh bihun bebek. Nicky pun memesan dua porsi untuk dibungkus. Tidak dilayani. Aneh. Resto lain mimpi dapat pembeli. Bihun bebek Medan menolak pesanan take away.

Tidak aneh. Ia ingin menjaga rasa. Tidak ingin membuat konsumen kecewa. Bisa saja sampai di Surabaya rasanya berubah. Tekstur bihunnya sudah berbeda. Beda jam beda rasa. Apalagi sampai dibawa naik pesawat tiga jam. Bisa juga daging mentoknya sudah jadi rasa daging bebek. Pun kerenyahan remah bawang putih gorengnya pasti sudah berubah.

Semua harus just right. Rasa adalah perpaduan banyak hal yang harus tepat perpaduannya.

Sambil menunggu pesawat, saya ke Rumah Tjong Afie. Sebetulnya ini juga trik saja. Untuk menunggu resto Pondok Gurih buka: ingin makan kepala ikan campur gule daun singkong. Njoo juga yang memaksanya.

Saya pernah ke rumah Tjong Afie. Lama sekali lalu. Kali ini saya punya waktu dua jam. Saya dengar masih ada satu cucu Tjong Afie yang tinggal di rumah itu. Ingin sekali bertemu.

Tjong Afie lahir 1860. Di Meixian. Setelah saya lihat huruf Mandarinnya baru tahu bahwa Tjong itu bahasa suku Hakka untuk Zhang (張). Zhang Ahui.

Saya kurang cerdas: begitu melihat kampung kelahirannya, Mexian, harusnya langsung tahu Tjong Afie orang suku Hakka. Saya dua kali ke Mexian. Itulah kabupaten di Provinsi Guangdong yang hampir 100 persen dihuni suku Hakka. Letaknya di sudut timur laut Guangdong. Berbatasan dengan Fujian. 

Lee Kuan Yew orang Hakka. Taksin orang Hakka. Aquino Filipina orang Hakka. Murdaya Poo orang Hakka.

Di rumah Tjong Afie saya berhasil bertemu sang cucu: Mimi Tjong. Usianya 74 tahun. Janda. Masih terlihat sehat. Langsing. Wajahnya segar. ''Saya baru jatuh terguling-guling di tangga,'' katanyi. ''Mungkin 12 anak tangga,'' tambahnyi.

Dia tinggal sendirian di rumah itu. Tepatnya di bagian samping rumah besar. Juga dua lantai. Hari itu dia ingin menyambut kedatangan istri Jenderal Dudung Abdurrahman. Dia ingin buru-buru turun dari lantai atas. Terguling-guling. Sampai tergolek di tegel lantai bawah. Tentara yang mengawal Ny Dudung menolong. Tidak ada luka. Hanya memar di telinga. Dan di dahi. Diobati. Selebihnya dia baik-baik saja. Tetap bisa melayani tamu pentingnya.

Rumah besar Tjong Afie sendiri kini jadi museum. Sejak 2009. Dibuka untuk umum. Karcisnya Rp 30.000. Jadi objek turis penting di Medan. Kemarin itu saya bertemu rombongan besar turis dari Bengkulu. Juga dari Padang. Dari Jakarta.

Rumah besar ini sudah berumur 123 tahun –selesai dibangun tahun 1900. Pernah direnovasi atas bantuan pemerintah Amerika. Saat itu Amerika memang punya konsulat di Medan. Betapa penting Medan.

Kini Mimi gelisah. Sudah waktunya direnovasi lagi. Dinding-dindingnya berjamur dan terancam mengelupas. Terkena tempias hujan di sana-sini. Bocor pula di beberapa titik. Jelas pemasukan dari karcis tidak akan cukup untuk biaya perbaikan.

Saya lihat BUMN wajib menyisihkan dana CSR untuk menyelamatkan Rumah Tjong Afie. Dulunya Tjong Afie punya 17 lokasi perkebunan. Semua itu kini menjadi kebun PTPN 3 milik BUMN.

Tjong Afie adalah konglomerat pertama di Medan. Sezaman dengan Oei Tiong Ham, si raja gula dari Semarang. Tjong meninggal tahun 1921. Oei meninggal 1924.

Di zaman itu Tjong sudah punya bank di Medan: Deli Bank. Punya perkebunan kopi, teh, cokelat, sawit. Juga punya pabrik gula. Berarti punya perkebunan tebu.

Tjong meninggal karena stroke. Pembuluh darah di otaknya pecah. Umurnya baru 61 tahun.

Empat tahun sebelum meninggal Tjong menulis surat wasiat: hampir seluruh kekayaannya dihibahkan untuk dua yayasan. Yang satu yayasan di Medan. Satunya lagi yayasan di Mexian.

Mimi bercerita, begitu Tjong meninggal dunia, istri dan semua anaknya pindah ke Swiss. Yang menyarankan kepindahan itu adalah orang Belanda yang menjadi tangan kanan Tjong. Itu orang kepercayaan Tjong. Boleh dikata orang Belanda itulah yang mengendalikan semua perusahaan Tjong.

Istri Tjong wanita Tionghoa peranakan dari Binjai, dekat Medan. Dia ibu rumah tangga biasa. Tidak tahu soal perusahaan. Itu istri ketiga Tjong. Istri pertamanya wanita Tiongkok. Meninggal. Hanya punya satu anak angkat. Istri kedua juga wanita dari Tiongkok. Anaknyi 3 orang. Yang dari Binjai punya anak 7 orang.

Kelihatannya anak-anak Tjong hanya mewarisi uang deposito atau sebangsanya. Seluruh aset di Medan tidak ada yang jatuh ke keluarga. Karena itu sang cucu pun hidup seperti orang Medan kebanyakan. 

Saya belum menemukan hasil penelitian ilmuwan soal nasib aset-aset Tjong Afie. Termasuk sahamnya di tambang batu bara Sawahlunto di Sumatera Barat.

Tjong berusia 18 tahun saat datang ke Deli, dari Mexian. Ia menyusul kakaknya yang sudah lima tahun tiba di Deli. Deli terkenal tanah subur. Dengan perkebunanmya yang terkenal sampai ke Eropa.

Tjong juga orang kaya yang beda: tidak berjudi, tidak main perempuan, tidak mengisap candu dan segala hal yang tercela. Ia belajar keras bahasa Melayu. Hubungan antar sukunya dikenal sangat baik. Kalau ada pertengkaran antar ras Tjong yang mendamaikan. Ia membangun masjid --masih ada sampai sekarang. Membangun kelenteng –juga masih ada. Membangun gereja –sudah tidak ada.

Kalau ada kerusuhan buruh perkebunan milik perusahaan Belanda Tjong pula yang meredakan. Tjong pun diangkat Belanda menjadi letnan. Lalu menjadi kapten. Terakhir menjadi mayor.

Satu-satunya cucu yang tinggal di Medan ini hanya punya anak satu orang. Perempuan. Sekolah di Cornell University di pedalaman New York. Kawin dengan bule di sana. Juga punya anak satu. 

Anak, menantu dan cucu itu pernah ke Medan. Satu minggu tinggal di salah satu kamar rumah besar itu.

Kehidupan Mimi Tjong sangat sederhana. Mobilnya hanya Rush. Dia setir sendiri pula di usianyi yang 74 tahun. Bukan mobil matic pula. Saat menemui saya itu dia baru pulang dari pasar. 

Mimi sendiri belum pernah menengok cucu ke Amerika. ''Jauh sekali,'' katanyi.

Bahkan Mimi belum pernah ke Mexian. Maka kami sepakat akan ke Mexian bersama. Mungkin akhir Maret depan. Saya tahu ada sop ikan enak sekali di Mexian. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan
Edisi 28 November 2023: Ompung Joglo

imau compo

Ayah saya hanyalah lulusan sekolah rakyat (SR) kelas 3, tapi beliau menjadi salah satu tulang punggung yg mendirikan sekolah -sekolah negeri SD, SMP dan SMPA di kampung kami. Khusus SMP, semua urusan nonfinansialnya Ayah saya dan anak-anaknya yg selesaikan. Dengan sekolah-sekolah ini, kampung kami sekarang sdh bebas buta huruf bahkan generasi terakhir, pendidikan minimalnya SMA. Waktu 3 dari cucu Ayah saya diterima di ITB dan ITS saya tersentak, mungkin ganjaran duniawi dari amal jariah ayah saya. Menarik juga komentar Pak Er Gham, di kita sdh ada capres yg bikin sekolah berarti lebih hebat dari presiden Amerika yg bikin perpustakaan setelah lengser dari presiden. Memang kita harus punya presiden yg lebih hebat agar tahun 2045, setelah berlalunya bonus demografi, kita sdh menjadi negara maju. Saat ini golden years, jangan disia-siakan.

Fa Za

Robert terisak karena menyesal tidak bisa memenuhi pesan terakhir Ompung. Pak Dahlan terisak karena menyesal tidak melepas sepatu, bikin malu.

Lagarenze 1301

Santai sejenak. Opung jalan-jalan ke mal, singgah makan di satu restoran. Di meja sebelah duduk tiga ibu-ibu muda yang sedang ngerumpi tentang shio. Sherly: "Suami kamu apa, Cindy?" Cindy: "Suami aku tuh monyet. Suami kamu apa?" Sherly: "Suami aku babi. Sama kayak mertua laki-laki, babi juga." Shireen: "Oh, aku kira suami kalian bedua sama-sama anjing, persis kayak suamiku." Opung kaget dan terus membuka kuping lebar-lebar mendengarkan percakapan mereka. Sherly: "Suami dan mertuaku sama-sama babi. Maka sifatnya sama-sama kayak babi." Cindy: "Oh, gitu ya. Eh, Shireen, ipar kamu yang buka bengkel di Thamrin apa?" Shireen: "Tikus, sama kayak istrinya juga tuh." Opung Binsar mulai emosi.... Shireen: "Sherly, ipar kamu yang ketemu di Plaza Indonesia kemarin itu apa?" Sherly: "Ular, tapi anak-anaknya semua babi." Opung Binsar tak bisa menahan emosi lagi dan berteriak. "Kurang ajar kalian semua. Dasar ibu-ibu muda yang nggak tahu untung dan terimakasih.... Masa' suami, mertua, dan anak sendiri dikatain monyet, babi, anjing. Kalau kalian semua menantuku, sudah kubuat mampus kalian semua!!"

ACEP YULIUS HAMDANI

Alhamdulillah, sesuai saran saya ke Abah DI, saya gak usah diundang ke pertemuan para perusuh Disway, karena memang takut betah tidak mau pulang (tidak bisa pulang), karena kebanyakan makan sate dan durian yang rencananya jadi sajian utama. Sudahlah itu itu rencana Abah. Ompung TB. Silalahi Jenderal yang sangat terkenal, bahkan saya sampai lupa jabatan apa saja yang pernah ia pegang. Sesuai dengan pematah" Harimau mati meninggalkan belang, gajah mati meninggalkan gading dan manusia mati meninggalkan nama, yaitu namanya TB Silalahi...

Ardi Suhamto

Cuman mau nambahin, kata2 huta disitu emang huta, bukan hutan. Saya awalnya jg mikir disway typo tapi baru sadar ada kata huta dalam bahasa batak. Bahasa indonesianya: kampung

Lagarenze 1301

Di dalam Museum TB Silalahi terpajang mobil berpelat Indonesia 1. Saya pernah melihatnya dalam tayangan TV. Mobil itu berdampingan dengan mobil dinas menteri B 46. Kabarnya Pak Silalahi yang memesan mobil tahan peluru tersebut langsung dari Jerman. BMW. Tahan bom juga. Untuk apa Pak Silalahi punya mobil antipeluru? Ternyata untuk dipakai SBY yang pada 2004 memenangi pilpres bersama JK. Waktu itu SBY belum dilantik jadi presiden. Pilpres pun dua putaran. Jadi, belum bisa pakai mobil kepresidenan. Pak Silalahi yang berinisiatif mendatangkan BMW tersebut. Setelah SBY jadi presiden, mobil itu dikembalikan ke Pak Silalahi.

Yellow Bean

Mungkin dalam hati teman Pak @Agus bertanya tanya. Apakah batik hanya milik orang Jawa ? Saya setuju dengan sikap teman Pak Agus dengan cukup senyum saja.
 
Warung Faiz

Mungkin karena Batak dan Batik bedanya satu huruf...

Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺

SAYA punya teman kerja di kantor, yang kebetulan orang batak. Hampir setiap hari, belio pakai baju batik.. Di awal kenalan, setiap ketemu selalu saya ucapkan: "Wah, orang "Batak", tapi setiap hari ngantor pakai baju "batik".. ### Belio selalu senyum setiap saya sampaikan kata-kata itu..

Otong Sutisna

Nyebut, lupa copot sepatu, perasaan lebih dari satu kali.....Abah itu benar - benar nyesel apa mau pamer sepatu baru yang mungkin tidak bisa kebeli sama perusuh yang ATM nya selalu di pegang istri 

Handoko Luwanto

Jurnal Perusuh Disway Edisi: Batu Ampar (Sen,27-11-2023) 
#.Nama (Komen;Kata)AWARD [diReplyOrangLain;meReplyOrangLain] 
#1.Agus Suryonegoro III - 阿古斯·苏约诺 (15;664)★★ [8;1] 
#2.Agus Tejo (1;8) 
#3.alasroban (1;43) 
#4.Amat K. (2;14) [1;0] 
#5.Atho^illah (3;48)★ [7;1] 
#6.Azza Lutfi (1;11) [0;1] 
#7.Bahtiar HS (2;286) [0;1] 
#8.Beny Arifin (1;61) [3;0] 
#9.bitrik sulaiman (1;1) 
#10.daeng romli (1;11) [0;1] 
#11.didik sudjarwo (1;13)★ [0;1] 
#12.doni wj (1;11) [0;1] 
#13.Drupadii (1;17) [0;1] 
#14.Echa Yeni (4;61) [0;1] 
#15.Em Ha (2;224) 
#16.Fiona Handoko (4;86)★ [0;4] 
#17.Gregorius Indiarto (8;158) [1;2] 
#18.Handoko Luwanto (3;298)★ [0;1] 
#19.imau compo (5;592) 
#20.JIM vsp (1;17) [1;0] 
#21.Jo Neca (5;88) [2;3] 
#22.Johannes Kitono (2;330) 
#23.Jokosp Sp (2;80) [0;1] 
#24.Juve Zhang (22;1183)✒️★★★★★⭐️⚽️ [14;7] 
#25.Lagarenze 1301 (6;914)★⏰ [8;0] 
#26.Leong Putu (4;52) [9;1] 
#27.Liam Then (21;2277)★★ [4;14]
#28.Liáng - βιολί ζήτα (2;35)★ [0;2] 
#29.M.Zainal Arifin (1;0) [2;0] 
#30.Madison Madison (1;12)⚽️ [14;0] 
#31.Mahmud Al Mustasyar (2;5) 
#32.Malware 0.1 (17;923) [0;11] 
#33.Maman Lagi (3;9) [0;1] 
#34.Mbah Mars (1;68) [2;0] 
#35.Mukidi Teguh (1;7) 
#36.MULIYANTO KRISTA (1;1) [1;0] 
#37.mzarifin umarzain (18;277)★★★⚾️ [1;16] 
#38.Nimas (2;78) [0;1] 
#39.Pedro Patran (1;15)★ [1;0] 
#40.Pryadi Satriana (1;106) 

Hari Purwanto

Saya termasuk yang atensi terhadap kemiripan Toraja dan Batak bila mengamati rumah Bolon di Batak dan rumah Tongkonan Toraja, pun penyebutan dan penulisan marga, beberapa hampir mirip, misal Aritonang, Tobing, Pakpahan, Pardede pada Batak dengan Aitonam, Toding, Pahan, Pirade pada Toraja. Budaya Batak dan Toraja mirip dengan kebudayaan Dongson di Vietnam, pengembang budaya Dongson ini adalah bangsa Austronesia yang bermukim di Vietnam berbatasan dengan Yunan di Cina Selatan. Bangsa ini sebagian bermigrasi ke kawasan Nusantara sekira tahun 2500 SM sd. 1.500 SM dan disebut sebagai golongan bangsa melayu tua (proto Malay) yang selanjutnya berkembang menjadi suku bangsa Batak, Toraja, Nias, Mentawai dan Dayak. Begitu nampak adanya kesamaaan karena ternyata Batak dan Toraja memang memiliki garis keturunan yang sama.

DeniK

Tator Batak mungkin para ahli bisa menjelaskan ada keterikatan apa antara suku Batak di Sumatra dengan Suku TaTor di sulawesi . banyak sekali kemiripan dari adat istiadat , budaya , sampai karakter warga nya. sekian dan terima kasih.

Rindra

Berarti Pak Dahlan sudah mulai lupa adat istiadat jawa, terutama di desa, yg melepas alas kaki kl mau masuk rumah atau melihat lantai mengkilap/bersih :), kebanyakan ke luar negeri seh...ga bawa oleh2 sisan....mkmkmkmkmk

Rindra

Pak Robert yg foto disebalahnya, yg org china malah melepas sepatu, piye tho iki wkkwkwkw eh mkmkmk

Lagarenze 1301

Kisah dua Silalahi. Sama-sama TNI dengan pangkat terakhir letnan jenderal. Sama-sama pernah jadi menteri, satunya MenPAN (zaman Soeharto) dan satunya lagi Mensesneg (zaman SBY). Dua-duanya orang hebat. TB Silalahi dan Sudi Silalahi. Satu dari Balige, yang satu lagi dari Pematang Siantar. Ada kisah lucu dua Silalahi ini di dalam buku biografi TB Silalahi yang ditulis Atmadji Sumarkidjo. Ceritanya, Kolonel TB Silalahi jadi penceramah di Suslapa 1983 diikuti 500 kapten dari seluruh Indonesia. Saat ceramah, ia melihat ada peserta yang sepertinya tertidur. TB Silalahi menegur perwira tersebut dan memintanya berdiri memperkenalkan diri. Peserta bergemuruh dengan tawa ketika mendengar jawaban si kapten. "Siaaap. Nama saya Kapten Sudi Silalahi," katanya dengan suara keras. Ternyata sama marganya dengan sang kolonel. TB Silalahi bertanya lagi, "Kenapa kamu tertidur?" Hadirin semakin riuh mendengar jawaban Sudi Silalahi. "Siap, Kolonel. Saya tidak tertidur, tapi mata saya memang sipit." Waktu berjalan. Pada 1998, TB Silalahi menerima telepon dari Kepala Staf Kodam Jaya. Ia tidak mengenalnya. Si penelepon memperkenalkan diri. "Saya Sudi Silalahi, Bang. Sekarang saya jadi Kasdam Jaya," katanya. Sudi berterimakasih kepada TB Silalahi. Teguran yang dulu dia terima melecut semangatnya untuk berjuang menapak karier. Saat menelepon itu ia berhasil menjadi jenderal bintang satu.

Pryadi Satriana

"Di mana bumi diinjak, di situ langit dijunjung." Orang beradab tahu adat. Boleh mengatakan menyesal tidak melepas sepatu, namun tetap saja mempertontonkan ke orang banyak sikap ndhak melepas sepatunya! Opo pancen wongé ora duwe aturan? #bicara menyesal itu mudah#

Rihlatul Ulfa

Dulu.. kita tahu berita melalui surat kabar yg sebelumnya wartawan 'yg mencari beritanya' sekarang wartawan yg cari beritanya dimedia sosial khususnya X. wkwkwk

Rihlatul Ulfa

Baru 3 hari berada digroup Prambanan. saya sudah mengetahui bahwa Anaknya Pak Johannes Kitono adalah lulusan FK univ Atmajaya pun menantunya sekarang berada di Adelaide, Ausie. yg kata Raditya Dika Kota Adelaide lebih banyak burung gagaknya ketimbang manusianya. Anak perempuannya bernama dr. Ayugita yg kemudian mengambil PH di Merlbourne dan menantunya sedang mengambil Spec. Pathologi. saat mengambil Space. Pathologi tetap digaji Au$ 5000. dan juga saya menjadi tahu nama cucu dr Bapak Jonannes Kitono yaitu Arvy. M.K. yg lahir pada tahun 2022 di Denpasar, Bali.sekarang cucunya berada di Jakarta dengan suster dan kedua orang tuanya. 

Iskandar Micah

Ompung Kristen, Njoo Budha, saya Islam, kami saling menyayangi. Haw haw china bandung, Beyete asli Papua, saya Pandeglang, kami saling mengasihi. Gus Baha dalam salah ceramahnya menekankan pentingnya piknik, jalan jalan, selain agar bumi yang menjadi saksi ibadahnya banyak, juga akan menjadikan pelakunya bijak, karena sering melihat kekuasaan Sang Pencipta, dalam keragaman manusia, budaya dan alamnya. Berapa indah dan damai Indonesia. 

Asep Sumpena

Dalam tulisan di atas ada pernyataan: Satu kotak caturnya setengah meter persegi. Saya menganggap Pak DI 'memperkirakan' lebar sisi-sisi dari kotak catur tadi. Kalau luas kotak caturnya setengah meter persegi berarti lebar sisi-sisinya adalah sekitar 0.707 meter maka. Ini sulit untuk diperkirakan, mesti diukur. Namun kalau lebar sisi-sisinya setengah meter maka luas kotaknya adalah seperempat meter persegi.

Hari Purwanto

Musem pribadi T.B. Silalahi Center atau yang diberi nama Musem Jejak Langkah dan Sejarah T.B. Silalahi, dibangun sebagai wadah untuk memotivasi generasi muda untuk terus meraih cita-cita dengan melihat pengalaman sang Ompung, sejak dari bocah penggembala kerbau sampai jadi jenderal. Ompung lengkapnya Letjen (Purn) Dr. Tiopan Bernhard Silalahi, di musem ini tersimpan koleksi pribadi berupa pakaian dinas, seragam dan pangkat-pangkat, bintang jasa, tanda kehormatan, bangku sekolah waktu di SR, beberapa ijazah, kendaraan pribadi, pakaian dan mobil dinas ketika menjabat Menteri PAN pada Kabinet Pembangunan VI, jenis senjata yang pernah digunakan dan benda kenang-kenangan dari penjuru dunia dan lain sebagainya. Jika ingin berkunjung museum tepatnya terletak di Jl.Pagar Batu No. 88 Desa Silalahi, Kec. Balige, Kab. Toba Samosir.

Leong Putu

Saya laki laki. Istri saya perempuan Dan kami saling mencint❤i. Duuuh bahagianya. .. ❤❤

Everyday Mandarin

Di daerah sejuk/dingin seperti Bandung atau Dieng, masih banyak rumah Tionghua yang boleh diinjak sepatu masuk ke dalam rumah. Mungkin karena lantainya dingin, jadi lebih baik tidak menginjak lantai langsung. Di Taiwan, untuk masuk ke rumah warga setempat, kita diwajibkan buka alas kaki kita di depan pintu depan. Lalu tuan rumah akan meminjamkan sandal rumah yang bersih di foyer (ruang antara pintu dan ruang tamu). Jadi, kita memakai sandal hangat di dalam rumah. Lantai pun cukup dipel 1 minggu sekali. Malah sekarang bisa pake robot pel. Di China modern, terutama di apartemen-apartemen kota besar, lepas alas kaki masuk rumah pun sudah banyak. Ratusan tahun lalu, mayoritas rumah-rumah di China langsung beralaskan tanah. Jadi, kalau hujan, kita pulang dengan menginjak sepatu langsung masuk rumah, lantai (tanah) pun akan becek. Dan orang-orang dulu pun langsung membuang dahak ke lantai rumah, hoeekkkk....puuihhhh. Itulah yang diceritakan orang tua zaman dulu. Lalu di musim panas (Indonesia: kemarau), anak-anak bermain di lantai tanah tersebut sambil berguling-guling. Kalau melayat Tionghua ga perlu lepas sepatu, itu karena ada di rumah duka publik. Kalau di joglo Ompung di sini, kelihatannya dibuat untuk tempat pribadi. Tuan rumah yang menentukan tamu wajib lepas alas kaki atau tidak. Tapi karena yang datang adalah pak DI, bisa jadi tuan rumah mendiamkan saja tidak lepas sepatu. Daripada besoknya ditulis Disway, "Keluarga Ompung meminta saya melepas sepatu". Nah...

Mahmud Al Mustasyar

Kecepatan internet di negara kita rata² 23.2 Mbps; urutan 9 dari 10 negara² di Asean, kata Menkominfo. Apa kondisi ini yg menjadi salah satu penyebab mengapa CHDI sering terjadi hujan ? Wk wk wk.

Liam Then

Opung TB Silalahi mungkin di atas sana ; " Kalian berdua nangis apa, ku ajak juga kau berdua nanti kalo nangis lama-lama, aku disini sudah bebas, tak terikat lagi dengan batasan jasad, rayakan masa hidupku, bukan sesali kepergianku" 

Liam Then

Benih perpecahan kembali disemai di Sulawesi, harap intelejen bergerak cepat, cari pentolannya. Periksa lalu lintas keuangannya, cermati alur komunikasinya sampai kemana, pantau dengan ketat. Kemudian isolasi oknum penggeraknya dengan cepat, proses hukum semua. ada UU tentang ketertiban umum kan? Di sel saja dulu semua oknum penggeraknya. Aya-aya wae hidup masih kembang kempis, gara-gara orang ,sesama sendiri bentrok. Ini bau sudah amis sekali. Jangan mau diadu-adu, dibego-begoin. Ini anomali yang sangat aneh, tiba-tiba meruak begitu saja, pasti ada aktor intelektualnya.

Udin Salemo

#everyday_berpantun 
Dodol enak dari Majenang/ 
Aku beli di toko mba Rahma/ 
Orang baik selalu dikenang/ 
Tak melihat etnis & agama/ 
Bli Leong kecil suka berkelahi/ 
Melawan anak besar badannya/ 
Aku hormat & salut Pak Silalahi/ 
Memajukan pendidikan di desanya/ 
Sudah banyak roboh rumah adat/ 
Sebab tak dirawat dan dibiarkan/ 
Banyak tokoh dari Balige hebat/ 
Membangun kampung halaman/ 
------------------------------------------------------- 
oto barangkek dari Silunang/ 
mambaok kayu ka Lubuak Paraku/ 
budi baiak nan ka dikanang/ 
elok-elok jo tingkah laku/ 
alah lamo indak ka Kubu/ 
ka Kubu ka rumah pakcik/ 
alah lamo kami manunggu/ 
janji boss ndak bisa dipacik/

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda