Sang Begawan Media

Wang Buliau

Fajar (paling kiri) yang bisa memelihara Wang Buliau sampai besar dan tersaji di hotel bintang lima itu. Perlu waktu 7 tahun! Luar biasa. Sapi saja dua tahun bisa dijual. Lele hanya 3 bulan. (FOTO: Dok. Dahlan Iskan)

COWASJP.COMANDA sudah tahu: wang buliau artinya 'tak terlupakan'. Tapi Malaysia mengubah itu menjadi nama ikan. Saking enaknya. Seperti halnya durian luwak. 

Saking enaknya di Malaysia dipopulerkan dengan nama musang king.

Saya diajak makan 'Wang Buliau' Rabu malam lalu. Di malam takbiran. Makannya di sebuah restoran bintang lima, di lantai enam, Surabaya.

Resto ini tidak punya menu 'Wang Buliau' tapi 'dipaksa' memasaknya. Caranya: teman saya itu, Pak Tirto, minta temannya untuk membawa 'Wang Buliau' hidup ke resto. Lalu menyerahkan ikan itu ke chef. Si Chef yang memutuskan dimasak apa.

Si temannya teman itu bernama Chen. Tan. Fajar Surya. Ia satu-satunya yang punya ikan jenis itu: memeliharanya sendiri. Tan kenal banyak chef terkemuka di banyak kota. Kali ini chef yang berasal dari Pahang, Malaysia.

"Pak Dahlan pernah ke Pahang?" tanyanya.

"Pernah".

"Kapan?" tanyanya lagi.

"Waktu diajak teman saya dari Singapura ke sana khusus untuk makan kwetiau," jawab saya.

Tan sudah tahu Wang Buliau yang ia bawa akan dimasak apa. Ia tahu chef di situ punya keunggulan apa saja.

Dimasak tim.

Dadanya dibelah. Isi perutnya dibuang. Ketika ditaruh di piring besar, posisi punggung di atas. Daging perutnya direntang ke kanan dan ke kiri.

Saya berdiri. Daging perut itulah yang saya incar. Saya potong-potong. Saya sajikan ke Pak Tirto. Lalu ke Fajar. Ke Liong. Ke sebelah Pak Tirto. Dan ke semua orang yang mengelilingi meja makan itu: 12 orang. Terakhir ke piring saya.

Meja makan memang untuk 10 orang. Tapi dua orang teman membawa pasangan. Saya menyesal tidak mengajak istri. Saya tahu tim ikan seperti itu adalah kesukaan istri saya - -rasanya melebihi sukanyi pada saya.

Satu ikan cukup untuk 12 orang?

Tidak. Wang Buliau-nya ada dua ekor. Dua piring besar. Maka ketika membagi itu saya hati-hati. Jangan hanya dibagi 12. Harus bisa dibagi menjadi 13. Saya akan bermata gelap: potongan ke 13 akan saya minta dibungkus. Dibawa pulang.

Tentu kepala ikannya saya tinggal di piring. Tahu bahwa potongan ke 13 itu untuk istri di rumah, Pak Tirto maksa agar kepala itu pun diikutkan dalam bungkusan. Dalam hati saya memuji Tuhan: alangkah bergairahnya istri saya nanti membuka bungkusan itu.

Saya sengaja tidak mau menuliskan di sini seperti apa rasa ikan itu. Betapa enaknya. Yang jelas lebih enak dari ikan langka yang ada di Yangzhong, Provinsi Jiangshu. Yang satu ekor Rp 5 juta itu. Yang hanya ada di dua minggu dalam setahun. Yang saya makan akhir April lalu.

Wang Buliau ini tidak kalah mahal. Satu ekor yang di meja makan itu seharga Rp 6 juta. Mirip dengan yang di Yangzhou, tulangnya juga banyak. Panjang-panjang. Tidak bahaya.

Chef tahu bahwa ikan ini mahal. Maka ia harus memaksimalkannya: tulangnya untuk sop. Disajikan yang pertama. Untuk membuka selera. Sop tulang ikan Wang Buliau. Di tulang itu masih sedikit menempel daging-dagingnya. Enak untuk diisap-isap di mulut.

Lalu kulit bagian luarnya, sisiknya, digoreng kering. Entah dicampur apa. Enak sekali. Kriuk-kriuk. Untuk bisa mengambil sisik itu ikannya direbus dulu. Sisiknya bisa lepas dengan mudah.

Mengapa Wang Buliau begitu mahal? Mengapa tidak banyak yang menternakkannya?

"Siapa yang mau," ujar Fajar. "Saya saja yang bodoh," tambahnya.

Tentu Fajar tidak bodoh. Hanya hatinya yang teguh. Ngotot. Campur hobi. Dan yang penting: modalnya kuat.

Untuk memelihara Wang Buliau sampai sebesar yang di meja makan itu diperlukan waktu, ups, tujuh tahun. Siapa yang kuat menahan cash flow begitu lama.

Memelihara sapi saja hanya dua tahun. Lele bisa panen hanya dalam 3 bulan.

Fajar beda. Prinsip hidupnya: harus melakukan yang orang lain tidak bisa melakukan.

Ketika umur 28 tahun Fajar sudah beternak ikan Koi. Masih sangat langka ketika itu: 40 tahun lalu.

Masih sangat mahal.

Ia pindah ke Wang Buliau sejak Koi sudah tidak eksklusif lagi. Sudah menjadi pasaran. Harganya pun sudah sangat jatuh. Memelihara Koi tidak bergengsi lagi.

Sebelum Koi pun Fajar melakukan pekerjaan yang sulit: membuat sepatu wanita. Sampai menguasai pasar kelas atas. Mengenakan sepatunya meningkatkan gengsi si wanita. Hak paling tinggi yang pernah ia buat: 9 cm.

Di samping memelihara Wang Buliau, Fajar juga memproduksi nanas limited edition. Di Blitar. Nanas Blitar memang terkenal manisnya. Tapi salah satu bidang tanah di Blitar adalah tanah pilihannya.

Ia punya cara tersendiri untuk menanam nanas istimewa. Lama: 1,5 tahun baru panen. Merknya: Ananas. Manisnya justru di bagian tengahnya. Renyah pula. Kalau Anda biasa membuang bagian tengahnya itu, jangan lakukan untuk Ananas.

"Di mana bisa beli?" tanya saya.

Fajar menyebut salah satu nama supermarket. "Tapi sekarang lagi kosong," katanya.

Pun Wang Buliau. Tidak selalu ada. Apalagi kalau dalam jumlah banyak. Harus memesan dulu tiga bulan sebelumnya.

Begitu khususkah?

"Sebelum dijual saya perlakukan secara khusus," kata Fajar.

"Makanannya saya ubah," tambahnya.

Selama tujuh tahun ikan itu ia beri makanan ikan biasa. Tiga bulan sebelum dijual hanya diberi makan kelapa tua. Kelapa itu diparut besar-besar. Dicampur berbagai macam buah. Dari situlah salah satu sumbernya: mengapa rasanya istimewa.

Saya pun ingat kepiting Kenari dari Palu atau Gorontalo. Kepiting Kenari suka naik pohon kelapa. Menjadi musuh petani kelapa. Maka kepiting Kenari sangat istimewa: yang asli.

Saya juga ingat ikan Patin sungai Mahakam. Betapa enaknya. Duluuuuu. Ketika Mahakam masih belum jadi jalan tol untuk angkutan kayu dan batu bara. Ketika masih banyak pohon buah bolok di pinggir-pinggirnya.

Patin Mahakam memakan buah bolok itu. Manusia menjauhinya. Yakni buah yang sudah masak. Yang jatuh ke sungai.

Sayang lagu daerah Kutai yang terkenal, Buah Bolok, hanya menceritakan 'dibuang sayang'. Dengarkan sendiri di YouTube. Istri saya suka menyanyikannya. Tidak ada lirik yang menghubungkannya dengan kenyamanan rasa Patin Mahakam.

Fajar memang tidak pernah kesusu untuk mendapat uang. Yang penting hatinya senang. Sampai sekarang pun, di umur 67 tahun, ia masih tinggal di komplek peternakan ikannya itu. Di Semolowaru Surabaya.

Ia masih memberi makan ikan-kannya. Menangkapnya. Ia lagi fokus bagaimana bisa membuat Wang Buliau punya banyak warna. Agar di samping jadi makanan elit juga bisa jadi ikan hias langka.

Cita-cita Fajar yang lain: menciptakan kebanggaan bagi orang yang mampu mengadakan pesta dengan sajian Wang Buliau.

Ia tahu zaman selalu berubah. Tapi kesukaan makan tidak pernah berubah. Orang selalu bangga kalau bisa makan menu yang sangat bergengsi. Antara lain karena mahalnya.

Tahun 1960-an, gengsi tertinggi kalau di pestanya disajikan gurami asam manis. "Tahun 1980-an gurami asam manis sudah dianggap biasa. Ganti hisit," katanya.

Tahun 1990-an yang bergengsi bukan lagi hisit. Ganti 'bau yu'. Atau juga disebut abalon. "Sudah waktunya ganti lagi dengan Wang Buliau," kata Fajar.

Fajar biasa hidup dengan tantangan. Ketika memproduksi sepatu wanita ia bertekad harus bisa mengalahkan kualitas sepatu produksi kakaknya. Ia begitu sakit hati kenapa hanya kakaknya yang dapat perhatian lebih dari papanya. Setiap kali usaha ia harus sukses. Ia ingin menunjukkan kepada papanya siapa yang seharusnya lebih diperhatikan.

Kini Fajar sudah 67 tahun. Tanpa istri. Ayahnya sudah meninggal. Pun mama dan kakaknya. Tapi hati bajanya tidak pernah tua. (*) 

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Edisi 2 Juli 2023: Ketua DPRD

Rffnaaa Tharyyy

Emboen Sore Sungguh hebatnyo kebohongan kali ini terbongkar sungguh tak bisa dibiarkan wahai manusia jahat, kau bisa-bisanya menipu manusia yang tak punya salah dimata dunia alam ini. Kalau engkau seorang manusia yang tak punya hati terbentuk keras dan tak mempunyai salah dimata engkau, sungguh sedalam-dalamnya untuk meminta maaf sama kau. Engkau berapa kali untuk bohong sudah kelihatan jelas diwaktu tertentu itu, tempat itu bahwa manusia seperti engkau tak tegas untuk hadapi kebohongan kali ini dan kau sembunyikan dibalik semua ucapan manusia yang palsu setipis lembar tisu.....

Agus Suryono

#Pak Muliyanto Krista Kejadian begitu sering. Terbitnya sebenarnya jam suka-suka. Tapi tertulisnya jam 04.00. Soalnya Abah DIS belum tahu kalau dibohongi. Atau Abah tahu tetapi "membiarkannya". Seharusnya meskipun tidak harus memaharinya, tetapi harusnya jam nya ditulis apa adanya. ###Sebenarnya ini termasuk "korupsi waktu", yang memang tidak merugikan negara. Tetapi ini membuat "JENGKEL" para "Maniak PERTAMAX"..

MULIYANTO KRISTA

Adminnya korup. Kop-nya artikel tertulis 04.00. Tapi terbit 05.10. Bayarane durung cair koyokane.

Agus Suryono

KESULITAN MEMAHAMI CERITA ABAH DIS HARI INI.. Membaca artikel Abah DIS hari ini saya ada sedikit kesulitan. Khususnya terkait sisi korupsinya. PERTAMA. Diawali dengan membuat Perda tahun 2019 yang ada "gizi"nya USD 60 juta. KEMUDIAN. Abah juga menuliskan angka 1,3 Milyar (tanpa menuliskan USD atau rupiah) yang merupakan manfaat dari First Energy sebagai dampak dari Perda tahun 2019. Cara Abah menuliskannya tidak jelas. Tidak jelas antara "manfaat" dan "gizi". Terlalu mbulet. Ternyata (mungkin) sebenarnya sederhana, yaitu: 

1). Sang Ketua DPRD membidani lahirnya Perda yang memberikan hak kepada First Energy untuk menerima "bail out", subdidi sebesar USD 1,3 milyar. 

2). Dan untuk imbalannya, Ketua DPRD menerima "fee" (suap) sebesar USD 60 juta. 

3). Ketua DPRD lancar dalam menyiapkan proses penyusunan Raperda antara lain karena 21 anggota DPRD terpilihnya melalui "pengaruhnya" - yaitu dengan uang juga. ###Semoga "saya jelas". (Hah..?). Dan semoga memang begitu maksud Abah DIS..

Komentator Spesialis

Untuk kawasan industri tertentu ada pilihan pakai perusahaan listrik swasta. Saya pakai swasta bukan PLN. Dengan jaminan dalam 1 tahun ada 2 kali lebih listrik mati, maka provider listrik harus berikan kompensasi.

Juve Zhang

Tarif listrik di Amerika kan mengikuti harga pasar .beragam antara satu perusahaan dan lain beda sama PLN satu harga. Yg PLN beda cuma industri dan perumahan. FE kalah efisien sehingga mungkin rugi mirip BUMN kita diberi proyek terus malah rugi terus , kontraktor swasta malah efisien proyek dikit tapi bisa menghidupi sendiri. British Petroleum pun bumn Ingggris asalnya yg banyak rugi.lalu di jual saham nya ke publik 100%. PM Margareth Thatcher adalah yg meng swastakan semua BUMN Inggris. Dia tahu persis bumn karyawannya gak efisien kerjanya. Banyak bumn Inggris yg rugi zaman beliau jadi PM.jadi akankah bumn rugi di sini di swastakan? Seharusnya begitu. Sisakan saja Pln. pertamina. gas. bumn karya swastakan. Toh jasa konstruksi swasta sudah efisien. Daripada nonton dirut bumn karya hobinya rompi oranye.saya ingat drektur istaka karya yg bangkrut itu, jika jadi direktur itu dunia milik kita. Moral sudah ambruk. Ayo lakukan swastakan model MThatcher. Apalagi Lurahnya hari hari omong bola . Jauh api dari panggang. Beda passion perusahaan pak lurah yg go publik saja rugi wkwjwkwk.

Mirza Mirwan

Ketua partai daerah itu yang dimaksud Pak DI tadi adalah Matt Borges. Ya, ia adalah ketua Ketua Partai Republik Ohio -- kalau di sini semacam ketua partai di provinsi. Tapi, asemik, Pak DI bawa-bawa saya lagi. Oke, saya memang tahu, Matt Borges divonis 5 tahun penjara pada Jumat (30/6) oleh hakim distrik Timothy Black -- yang sehari sebelumnys memvonis Larry Householder 20 tahun penjara (hukuman maksimum menurut UU). Yang langsung mengaku bersalah adalah Juan Cespedes dan Jeff Longstreth, yang masing-masing diganjar 6 bulan. Sedang Neil Clark yang bunuh diri pada 2021 dinyatakan tidak bersalah setelah hakim mendengarkan rekamam pernyataannya sebelum bunuh diri yang diputar dalam persidangan. Larry, Matt, Juan, Jeff, dan Neil ditangkap pada 21 July 2020. Jangan-jangan skandal suap First Energy itulah yang dulu itu menyebabkan kekalahan Trump dalam pilpres November 2020. Kasusnya memang terjadi di Ohio, tetapi bau busuknya menyebar ke seluruh AS.

Leong Putu

I know I know, I'm not temple temple don't know.

Udin Salemo

Pak Surya Darmadi lelaki sejati. Beliau gentleman. Tak takut menghadapi hukuman yang akan dijatuhkan. Buktinya Beliau pulang dari "perantauan" dari China sana. Walapun pada akhironya Beliau dijatuhi hukuman 15 tahun penjara. Saya salut untuk keberaniannya. Di usia tua masih punya nyali untuk beragumen di pengadilan. Banyak konglomerat culas yang tak berani pulang ke Indonesia begitu usahanya kena kasus hukum. Merekalah para penakut yang kerjanya hanya mikir cuan buat diri sendiri. Apa kabar Harun Masiku? Eh, dia bukan konglomerat, hahaha....

Jimmy Marta

Bagi First Energy, modal 60jt, kembali 1,3M (20xlipat) tentu cukup seimbang. Namun bg pak Larry, vonis 20th pasti bilangnya tak adil. Karena uangnya dibagi bagi bersama. Yg ia sendiri nikmati mungkin gk sampai 5%... Btw, sudah lama sekali kt gk dengar ada yg diganjar max 20th pd kasus korupsi ini...

Mirza Mirwan

Menjelang Hakim Timothy Black membacakan putusannya Kamis (29/6) yang lalu, Larry Householder berdiri mengiba agar diberikan keringanan hukuman (leniency). Sebab hukumannya bukan hanya akan menyusahkan dirinya, melainkan juga menyusahkan isteri yang sudah 40 tahun dinikahi, anak-anaknya dan cucu-cucunya serta teman-temannya. "Saya dan isteri saya telah memberikan setiap ons energi yang kami miliki untuk membuat kehidupan yang lebih baik bagi orang lain," kilahnya. Tetapi Black bilang bahwa perbuatan Larry adalah pengkhianatan terhadap semua orang di Ohio, terutama orang-orang yang telah memberikan donasi untuk kampanye dan memilihnya. "Itu bukan cara mereka bilang 'Aku menyukaimu' atau 'Aku mendukungmu'. Apa yang sebenarnya mereka katskan adalah 'Aku memilih untuk mempercayaimu'. Kepercayaan bahwa Anda akan berbuat yang benar menurut mereka. Dan Anda mengkhianati kepercayaan mereka," jawab Hakim Black. Black menjatuhkan hukuman maksimum yang dibolehkan UU, karena "the court and community's patience with Larry Householder has expired" -- kesabaran pengadilan dan masyarakat (Ohio) telah habis.

thamrindahlan

Pantun Panggung Butet

Maksud hati wisata ke Cianjur/

Apa daya tol jagorawi macet/

Maksud hati Tuan menghibur/

Apa daya lidah terpeleset/

Kalau ada sumur di Kerawang/

Bolehkah sekedap air dipinta/

Adab beradad budaya usang/

Tetaplah beradab ketika berkata/

Disana gunung disini gunung/

Mendaki bukit pelan memanjat/

Ketika bingung diatas panggung/

Lebih baik Tuan ber-Shalawat/

Perkebunan jati dikaki gunung/

Penjaga bersenapan senjata api/

Negarawan sejati tidak tersinggung/

Terima kekhilafan berbesar hati/

Tidak ada makhluk nan pandir/

Kuasa Tuhan penuh kasih sayang/

Ketika bicara Tuan jangan menyindir/

Gelar budayawan menjadi taruhan/

Burung Beo burung Betet/

Beda suara beda harga/

Bila keseleo lidah berepet/

Segera minta maaf wahai saudara/

Salamsalaman

Mirza Mirwan

Dari sejak hampir 20 tahun terakhir saya memaklumi kalau banyak wakil rakyat atau kepala daerah yang terlibat kasus suap. Awas, MEMAKLUMI, lho, bukan MEMBENARKAN. Hagimana, coba. Sebelum mendaftar jadi caleg, cagub, cabup/cawalkot saja mereka sudsh keluar duit. Kampanye agar terpilih juga keluar duit. Pokoknya perlu modal yang jumlahnya ngudubilah. Sementara, di AS sana, yang maju menjadi caleg atau cagub dan cawalkot didanai konstituen saja ternyata juga doyan menerima suap. Larry Householder itu barangkali salah satu contoh. Memang gaji wakil rakyat kita tidak segede anggota Kongres di AS. Di sana seorang anggota Kongres (DPR dan Senate) untuk 2023 ini masih US$174.000. Itu berarti tiap bulan menerima US$14.500 (setara 218 juta rupiah) di luar tunjangan lainnya. Sementara gaji wakil rakya di Senayan konon sekitar Rp60 juta. Tapi konon ada dana ini-itu yang jumlahnya tidak sedikit. Hanya saja, waini, rerata pengeluaran bulanan rumah tangga di AS itu ngudubilah besarnya , lho. Keluarga dengan 2 anak pengeluarannya sekitar US$7.333-US$8.595 (setara Rp110,3 juta-Rp129,3juta). Bandingkan dengan rerata pengeluaran rumah tangga di Indonesia -- lihat sendiri di website BPS. Bagaimana kalau caleg, cagub, cabup/cawalkot di sini dibeayai rakyat kayak di AS? "Gak ngaruh, Pak," kata putri saya, Si Kecil, yang bekerja di sekretariat dewan sebuah kabupaten sebagai perisalah legislatif. "Lagian rakyat mana yang mau, wong mereka sendiri mengharap amplop!"

Liáng - βιολί ζήτα

selingan Mengapa lagu Jepang yang dinyanyikan oleh Kyu Sakamoto dengan judul : Ue Wo Muite Arukou (上を向いて歩こう) lebih dikenal sebagai Sukiyaki (すき焼き) ?? padahal Sukiyaki adalah nama makanan khas Jepang. Lagu "Ue Wo Muite Arukou" ditulis oleh Hachidai Nakamura dan Rokusuke Ei, dinyanyikan oleh Kyu Sakamoto, rekamannya dirilis pada tahun 1960 dan menjadi hits untuk waktu yang cukup lama. Lagu tersebut berkisah tentang kesedihan dan keterasingan. Suatu saat pada tahun 1962, seorang eksekutif musik Inggris bernama Louis Benjamin mendengar lagu "Ue Wo Muite Arukou" tersebut ketika dia sedang berada di Jepang. Louis Benjamin sangat tertarik dengan irama musiknya dan meminta grup musiknya (Kenny Ball & his Jazzmen) untuk merekam versi instrumentalnya. Louis Benjamin kebingungan dengan judul lagu "Ue Wo Muite Arukou" yang sulit diucapkan dan juga cukup panjang. Akhirnya versi instrumental lagu "Ue Wo Muite Arukou" yang dimainkan oleh Kenny Ball & his Jazzmen diberi judul "Sukiyaki" ketika Louis Benjamin menikmati hidangan satu panci makanan Jepang yang dibuat dengan irisan daging sapi, tahu, mie, dan sayuran. Nama makanan itu Sukiyaki. (1).

*) Dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda