Laporan Okky dari Portugal (33)

Bulan Juni adalah Bulan Berbagai Festival, Plus Bazar Buku yang Ramai Pengunjung

Papi Fariz Hidayat dan anak sulung kami: Zirco di area festival di Cascais. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

COWASJP.COM – Toko buku di Indonesia beberapa waktu lalu mengumumkan sudah mulai tutup beroperasi alias gulung tikar. Toko Buku Gunung Agung salah satunya. Toko buku favorit yang dikunjungi saat jalan-jalan di mall selain Gramedia. Apa kabar dengan toko buku Uranus, Manyar, dan Togamas di Surabaya? Sudah hampir 5 tahun tidak pergi kesana. 

Namun, pesta bazar buku yang digelar di Lisbon malah ramai pengunjung setiap tahunnya. 

Feira do Livro de Lisboa ke-93 atau Hari Buku ke-93 di Lisbon adalah acara tahunan. Mulai 25 Mei sampai 11 Juni 2023 di Taman Eduardo VII, di pusat kota Lisbon. Ini adalah acara tahunan yang diikuti oleh hampir 100 stand toko buku. Bazar dibuka mulai jam 12.30 WEST (West European Summer Time) hingga jam 22.00 WEST. Di hari libur tutupnya lebih lambat jam 23.00 WEST. 

Acaranya meriah, bukan hanya bazar buku. Juga ada show events seperti cooking class karena berhubungan dengan buku resep makanan. Ada interview juga bersama para pengarang. Ada waktu-waktu tertentu yang sudah dijadwalkan. Namun saat kami kunjungan ke sana, belum sempat melihat live events tersebut.

Kebanyakan buku dalam bahasa Portugis. Genre anak-anak, religi, sejarah, politik, novel, cerita dunia juga ada. Komplit sekali. Banyak pengunjung yang memborong, melihat-lihat, ataupun bersantai di area pujasera makanan. 

Disediakan beberapa spot pujasera untuk melayani pengunjung yang kelaperan. Karena saking besarnya venue bazar bukunya. Pembayaran bisa cash ataupun gesek pakai kartu. Ada stand yang hanya menerima pembayaran cash, maka disediakan juga mesin ATM di area sekitar. Benar-benar mempermudah pengunjung. 

Zirco (anak sulung saya) membeli 1 buku yang berisi 2 bahasa. Portugis dan English. Buku tersebut diperuntukkan bagi anak lokal yang ingin belajar bahasa Inggris. Tapi terbalik untuk Zirco, karena sudah lebih fasih bahasa Inggris. 

Dari 100 stand, kami menemukan 4 stand yang memiliki buku English. Itupun jumlahnya minoritas dari yang bahasa Portugis. Tapi tidak apa-apa karena hati sudah sangat senang. 

okky.jpgPara pengunjung memadati area lapangan. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Kami bukan tipe pembelanja yang suka memborong. Lebih ke membeli buku karena sedang dibutuhkan sama DoubleZ (dua anak saya Zirco dan Zygmund. Saya perlu menjelaskan apa arti DoubleZ, agar para pembaca yang baru kali ini membaca tulisan saya, tahu apa itu DoubleZ) yang relate dengan kegiatan sehari-hari. Misal Zygmund yang sedang belajar sikat gigi, mencari buku yang serupa. Karena untuk buku cerita, DoubleZ sudah punya banyak. Bawaan dari Indonesia.  Baik dalam bahasa Indonesia ataupun bahasa Inggris. 

Semaraknya acara ini 11-12 Juni dengan BBW di Indonesia.  Pasti tidak pernah sepi dan ramai buka jastip. Sejak apa-apa dipermudah dengan adanya pembelian online, jujur beli buku sering online. 

Sewaktu di Indonesia cukup mencari di Shopee atau Tokopedia maka buku yang dicari pun ada dan didapat. Mau pergi ke BBW tapi males ya, akhirnya online jastip pun ada. 

Banyaknya influencer terkait literasi sejak dini juga menggerakkan hati para ibu muda untuk rajin membacakan cerita kepada anak sejak dini. Harapannya kebiasaan membaca buku bisa melekat hingga dewasa. 

menu.jpgMenu yang disajikan. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Makanan wajib di acara festival di Lisbon adalah ikan sarden (Foto kiri), Menu yang disajikan (Foto kanan). (FOTO: Okky Putri Prastuti) (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Kurangnya literasi warga Indonesia menyebabkan minimnya pengetahuan. Seperti saya contohnya. Tidak pernah mendapat pelajaran terkait bagaimana mengatur keuangan apalagi keuangan rumah tangga, maka harus banyak belajar membaca buku terkait pengelolaan keuangan. Harus memperbanyak literasi. Dan kalau sedari kecil tidak suka baca buku, maka rasanya juga akan malas baca buku.

Hal ini juga yang menjadi salah satu penyebab beberapa gerai toko buku di Indonesia tutup. Pertama karena Covid, semakin minim pengunjung. Didukung dengan banyaknya kemudahan membeli online dan juga minimnya literasi membaca. 

Sekarang sudah banyak buku yang bisa dibeli secara online. Tinggal dibaca melalui hp ataupun tablet. Suami suka membeli buku online. Mau cari apapun dan bahasa apapun juga ada. 

Bulan Juni di Portugal adalah bulannya festival. Banyaaak sekali festival. Salah satunya festival Sarden. Ya, ikan sarden yang dipanggang. Di Lisbon ada beberapa daerah yang bisa dikunjungi. Untungnya di Cascais ada acara serupa. Langsung cus menuju Cascais saja daripada harus bermacet-macet ria ke Lisbon. Belum lagi susahnya cari parkir, jalanan melewati gang kecil dan padatnya mobil yang parkir sembarangan. 

Acara di Cascais digelar mewah, teratur, rapi, dan bersih. Digelar di lapangan bola yang cukup luas. Tanpa tiket masuk. Menunya simple hanya Sarden dan beberapa pujasera jualan snack dan es krim. 

Kami membeli 1 porsi sarden panggang, keripik kentang, dan hotdog vegetarian. Di sini hotdognya memakai sosis babi. Jadi sudah pasti tidak pernah membeli hotdog daging. 
Acara ini dikelola oleh pemerintah Cascais setempat. Jadi ada seperti 1 stand khusus besar yang terpusat untuk melayani pembelian sarden. Banyak penjual yang berjejer seperti di Lisbon. 

pindnag.jpgMakanan wajib di acara festival di Lisbon adalah ikan sarden. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Ada tradisi untuk memperingati Festival St. Anthony. St Anthony adalah seorang pendeta, pelayan, dan pengembara yang menyelamatkan kaum miskin. Beliau memberikan roti dan ikan untuk kaum miskin yang kelaparan. Inilah yang menyebabkan festival sarden atau Festa da Sardinha digelar setiap tahun dengan menu wajib roti, sarden panggang, juga ada sup kubis hijau. 

Karena sudah hampir memasuki musim panas, matahari tenggelam jam 9 malam. Kami datang jam 18.30 WEST dengan cuaca masih terik. Menikmati makan malam di area festival. 

Ada juga parade karnaval kostum dari berbagai kecamatan. Seperti parade bunga di Indonesia. Para warga memakai kostum unik dan berwarna-warni. Tua muda remaja anak-anak turut ambil bagian parade. 

2.jpgSalah satu stand Bazar Buku di Lisbon. (FOTO: Okky Putri Prastuti)

Tak lama kami berada di venue, karena Zygmund takut dengan paradenya serta udara semakin dingin dan berangin. Perut kenyang langsung pulang. Jalan jauh sekitar 700 meter untuk menuju parkiran. Karena sebelum acara jalanan ditutup, dikosongkan. 

Akhirnya selama tinggal 1 tahun 3 bulan di Lisbon, kami sudah kesampaian juga mencicipi makanan khas Portugis. Yaitu ikan sarden. Rasanya standar ikan sarden pada umumnya. Tetep lebih favorit ikan gurami bakar dengan sambal penyetan serta ikan saus Padang yang bumbunya medok. Hahahaha. 

Masakan Nusantara Indonesia selalu ada di hati. Love Indonesiaku tercinta.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda