Sang Begawan Media

Mau Voting

Tan Sri Syed Mokhtar Al-Bukhary, konglomerat terbesar ke-15 di Malaysia. (FOTO: jutawanmelayu.com)

COWASJP.COM – "APAKAH voting di DPR itu masih diperlukan?"

Itulah pertanyaan penuh khawatir dari Raja Malaysia. Yang ditanya adalah perdana menteri baru Anwar Ibrahim.

Mungkin sang raja masygul. Kalau dilakukan voting, jangan-jangan Anwar kalah. Lalu perpolitikan Malaysia kacau lagi. Pemilu lagi. Ganti perdana menteri lagi: yang keempat kali. Dalam tiga tahun.

"Ampun Tuanku," ujar Anwar mengawali jawabnya. Di Malaysia setiap hendak bicara dengan raja harus didahului dengan kata ''Ampun Tuanku''. Biar pun ia seorang perdana menteri.

Di Indonesia juga kian marak ucapan awal mirip itu. Misalnya: ''mohon izin'' atau ''mohon petunjuk''. Terutama di kalangan birokrasi.

Anwar pun meneruskan kalimatnya: "Kalau kami bisa mendapatkan dukungan mayoritas di DPR pemerintahan akan lebih kuat".

Sejak dilantik Anwar sudah membuat pernyataan: akan mengagendakan persetujuan dari DPR itu tanggal 19 Desember 2022. Minggu depan. Di situ akan ada voting. Berapa dari 222 anggota DPR yang mendukung Anwar. Kalau kurang dari separo berarti Anwar harus meletakkan jabatan. 

Ketika menghadap raja pekan lalu itu Anwar juga ditanya bagaimana kalau kalah. Bukankah sebenarnya Anwar sudah legitimate sebagai perdana menteri ke-10. Secara hukum itu sudah sah. Sudah kuat. Kan yang mengangkatnya adalah raja –setelah tidak ada jalan politik lainnya. Juga sudah disetujui seluruh sultan se-Malaysia.

Sebelum mengangkat itu pun raja sudah berbuat sangat fair. Sebagai pemenang Pemilu – meski belum  mayoritas– Raja sudah memberi kesempatan kepada Anwar untuk membentuk pemerintahan. Tentu Pakatan Harapan harus berkoalisi dengan partai lain. Agar mendapat suara DPR setidaknya 112 kursi. Ternyata Anwar gagal.

Raja lantas memberi kesempatan kepada pemenang Pemilu kedua: Perikatan Nasional. Yang dipimpin mantan Perdana Menteri Muhyidin Yasin. Muhyidin juga gagal.

Tahap berikutnya Raja memberi kesempatan semua partai. Agar membentuk pemerintahan. Diberi batas waktu sampai pukul 14.00 keesokan harinya. 

Tidak ada yang berhasil. Deadline pun diundurkan 24 jam. Masih gagal.

Akhirnya Raja berunding dengan seluruh sultan se-Malaysia. Anwar pun diangkat jadi perdana menteri. Raja turun tangan. Partai UMNO dan GPS diminta gabung ke Anwar, membentuk pemerintahan persatuan. 

Jadilah Anwar perdana menteri. Rakyat lantas memanggil Anwar dengan nama PMX. Anwar memang menolak dipanggil ''Pak'' atau ''Bapak'' atau ''Abah'' atau ''Ayahanda''.

Bagaimana kalau tanggal 19 nanti Anwar kalah? Seperti yang dikhawatirkan raja?

Memang partai-partai koalisi sudah menyatakan dukungan pada Anwar. Termasuk di depan raja. Harusnya tidak perlu lagi voting di DPR. Secara hukum Anwar sudah sah. 

"Saya tidak mau jabatan saya hanya sah secara hukum," kata Anwar seperti dikutip banyak media di sana. Ia ingin mendapat kepercayaan dari rakyat.

Bagaimana kalau kalah? Bukankah manuver politik kini lagi kumat di sana? Termasuk lewat politik identitas? 

Misalnya Anwar dituduh anti Islam. Medsos melancarkan tuduhan anti Islam itu sangat kuat. Anwar dinilai tidak layak memimpin Malaysia. Rupanya di Malaysia kian banyak saja yang merasa rambutnya sudah putih. Atau jidatnya sudah berkerut. 

Sabah pun bergolak. Sabah merasa jadi anak tiri. Sedang Serawak menjadi anak emas. 

Di UMNO mulai terjadi pecat-memecat pengurus.

Sorotan anti Islam itu tambah seru sejak Anwar mengangkat Nga Kor Ming (倪可敏) masuk kabinet. 

anwar.jpg

Nga menjadi menteri perumahan dan pemerintahan lokal. Nga adalah ketua partai Tionghoa, DAP, di negara bagian Perak. Tuduhan pun dilancarkan ke Anwar: DAP akan menguasai pemerintahan lokal.

Nga, 50 tahun, memang suka ceplas-ceplos. Termasuk ketika mengecam wali kota Perak sebagai "Metalic Black" karena warna kulit Indianya.

Isu lain yang menimpa Anwar adalah: Anwar akan menghancurkan konglomerat pribumi. Khususnya Tan Sri Syed Mokhtar Al-Bukhar.

Al-Bukhar adalah pengusaha beras. Ia praktis memonopoli perdagangan beras nasional Malaysia. 

Setelah dilantik jadi perdana menteri, Anwar memang mengatakan kepada Al-Bukhar: enough is enough. Maksudnya, sudah waktunya nasib petani padi yang harus diperbaiki. Jangan diterus-teruskan lagi praktik monopoli seperti sekian puluh tahun terakhir. 

Sebenarnya Al-Bukhar sudah sepakat dengan Anwar. Al-Bukhar akan menyisihkan dana besar untuk dialirkan ke petani kecil. Tapi tetap saja isu menghancurkan pengusaha pribumi ini didengung-dengungkan. 

"Saya tidak pernah berniat seperti itu. Saya kenal pribadi beliau. Saya tidak akan ambil putusan sepihak. Saya tidak memutuskan tanpa negosiasi," ujar Anwar.

Al-Bukhar adalah konglomerat terbesar ke-15 di Malaysia. Nama perusahaannya: Padiberas Nasional Berhad (Bernas). Ia menguasai 30 persen distribusi beras nasional.

Awalnya, tahun 1970-an, Malaysia punya National Padi and Rice Board. Semacam Bulog. Lalu beralih menjadi milik Al-Bukhar.

Kini Al-Bukhar berumur 70 tahun. Kekayaannya sekitar Rp 70 triliun.

Begitu banyak isu negatif ditujukan kepada Anwar. Tapi Anwar tidak pernah berpikir menghindari suara rakyat. Meski raja sudah mengatakan jabatan Anwar sah secara hukum, tetap saja Anwar akan minta persetujuan DPR.

Maka minggu depan ini udara politik di Malaysia masuk ke pancaroba. Panas dan dingin bisa tiba-tiba berganti.

"Kalau memang saya kalah di DPR nanti, apa boleh buat. Saya ikut kehendak rakyat," kata Anwar.

Rambut Anwar pun sudah mulai putih. Dahinya juga sudah mulai mengerut. (*)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 12 Desember 2022: Protein Yuda

Muh Nursalim

Ada lima tujuan syari'ah, hifdzu dien (menjaga agama), hifdzu nafs (menjaga jiwa), hifdzul mal (menjaga harta benda), hifdzu aql (menjaga akal) dan hifdzu nasl (menjaga keturunan). drh Yudha ini telah melakukan yang kedua, yaitu menjaga jiwa manusia agar sehat. Maka negara mestinya memberikan landasan hukum agar ilmunya bermanfaat bagi manusia lain, bukan malah memenjarakannya. Soal melanggar hukum, justru itulah tugas pemerintah membuatkan pasal agar prakteknya legal. 

Johannes Kitono

Protein Yuda atau protein sel kedepannya bisa jadi obat dewa. Hati tergerak juga untuk mencobanya. Lima tahun lalu pernah coba PRP di Klinik NMW Jakarta. Ternyata memang ampuh. Hobby tenis yang selalu bermasalah di lutut setelah main 2 set ternyata sembuh.Kini sudah tahun kelima masih rutin tenis dan pingpong, ternyata lutut masih oke oke saja. Drh Yuda adalah genius yang harus dikloning dan dilestarikan. Kalau ada kendala masalah hukum karena tidak ada SIP seperti dokter umum bisa di carikan solusinya. Misalnya, izin praktek tradisional atau sinshe kan diperbolehkan. Toh pasiennya tidak keberatan kalau mau sembuh harus disuntik oleh Drh. Dibandingkan dengan dokter manusia seharusnya dokter hewan yang rumit ilmunya. Manusia sudah jelas anatomi tubuh dan isi perutnya. Itupun sudah ada dokter specialis Jantung, Obgyn, Kulit, stroke dsb.nya. Dokter hewan atau binatang harus menguasai anatomi : Anjing, kucing,monyet, macan, gajah dsb nya. Penyakit manusia kaya biaya pengobatannya tentu tinggi. Biaya pengobatan binatang seperti kucing dan anjing tergantung siapa pemiliknya. Menjadi dokter hewan apalagi yang berprestasi adalah tugas mulia. Selamat untuk Drh Yuda dan semoga Protein Sel nya bermanfaat bagi pasien CA stadium awal sampai tiga.

Liam Then

Iseng tentang teknologi kloning, manusia jika di kloning, secara teoritis bisa, tapi di larang karena alasan etika. Sempat mikir jika tidak di larang, bagaimanakah konswekensinya. Kualitas fisik mungkin bisa bakal 100 persen sama. Tetapi kualitas psikis ,terutama terkait pola penggunaan kualitas intelegensi turunan atau genetik, tentu tak bakal sama. Karena saya percaya pengalaman hidup per individu yang membentuk karakter dan pola pikir, tak mungkin sama di setiap orang. Karena itu jiwa yang menghuni raga baru hasil kloning tentu 100 persen tak bakal sama. Jika saja ada seorang umur 20 tahun di kloning, hasil kloning tampilan fisik luar mungkin bisa sama persis 100 persen jika rahim yang menampung embrio dibuat sama, jika rahim /surrogate mothernya beda, apakah masih bisa sama 100% kualitas fisiknya ? Kalo jiwa sudah pasti tidak sama. Tetapi di masa depan, teknologi kloning , mungkin bisa di salah gunakan untuk membuat laskar manusia super, dengan bakat genetik terbaik.

Johan

Lima tahun berlalu begitu saja tanpa menghasilkan apa-apa. Saya dan istri sudah pasrah. Bila itu memang kehendak Tuhan kami tidak memiliki keturunan, kami pun akan ikhlas menerima apa adanya. Sampai suatu hari seorang rekan saya bergurau, "Kamu sih gak minta tolong ke Dewi Kwan Im." Saya paham itu cuma bercanda, tapi kenapa hati ini rasanya tersentak? Ini ide gila. Mana mungkin saya memohon kepada dewa dewi agama lain. Meskipun saya tidak terlalu asing dengan kelenteng, tapi tetap betapa canggungnya harus memohon doa di tempat itu. Namun, sebagai orang yang sudah putus asa. Saya berpikir, apa salahnya mencoba? Tidak dikabulkan pun tidak rugi apa-apa. Maka itu saya nekat mengajak istri ke sebuah kelenteng Dewi Kwan Im. Sebuah kelenteng kecil yang jauh dari kota, sekalian rekreasi di alam pedesaan. Sesampainya di sana, saya menemui penjaga kelentengnya. Penjaganya seorang kakek yang sudah tua. Saya ceritakan masalah saya. Orang tua itu berkata, "Silahkan memohon doa. Tidak perlu bakar dupa. Jika hatimu lurus dan yakin, Dewi Kwan Im akan mengabulkan permintaanmu. Ini cawan, istrimu minumlah 3 teguk air dari kolam teratai dibawah patung Dewi Kwan Im itu." (bersambung)

Johan

Kami pun menjalani prosesi sesuai petunjuk. Setelah selesai, saya memberikan orang tua itu amplop yang sudah saya siapkan sebelumnya. Tapi ditolak. "Simpan kembali amplopnya, kita disini tidak menerima imbalan dan sumbangan. Segala sesuatu yang ada disini sudah ada donaturnya. Prinsip kita cuma tolong menolong untuk yang membutuhkan." Begitu orang tua itu memberi penjelasan. Tidak lama bincang bincang kami pun pamit. Tanpa terasa 3 bulan sudah lewat setelah kami mengunjungi kelenteng Dewi Kwan Im. Istri sudah telat 3 minggu. Hasil testpack menunjukkan 2 garis. Alhamdulillah! Puji Tuhan! Saya dan istri berteriak bahagia! Banyak orang mengatakan itu semua cuma kebetulan, "Ah memang sudah waktunya kok. Gak ada hubungannya dengan ini itu." Tapi saya percaya, segala sesuatu yang terjadi di dunia ini tidak ada yang terjadi secara kebetulan. Kehidupan itu sebuah jaring besar. Saya membuka sebuah simpul jaring, mengikuti petunjuk yang diberikan oleh Yang Maha Kuasa. (Selesai)

Liam Then

Ini kejadian nyata juga, waktu kecil bakar dupa dan berlutut di depan Altar Dewi Kwan Im. Karena sudah di wanti-wanti minta. Lazimnya orang keturunan Cina yang sehat-sehat saja, yang di minta tentu tak jauh dari masalah duit. Maka , waktu itu saya minta supaya bapak saya di rumah kena SDSB. Beberapa kemudian benar kena. Beberapa ratus ribu. Bang Johan membuat saya cukup menyesal hari ini, kenapa saya dulu terlalu sederhana , dan tidak terlalu spesifik waktu meminta sesuatu. Juga menyesali, kenapa saya kecil dulu tidak mengenal yang namanya Ferarri dan lapangan golf.

Johan

Koh Liam waktu kecil doanya manjur. Karena masih polos dan jujur. Kalau sudah besar gitu berdoa, kecil kemungkinannya dikabulkan. Bandar bisa bangkrut kalau permohonan Koh Liam dituruti. Wkwkwk 

Johan

Hari ini Abah sedikit "menyenggol" Dewi Kwan Im. Saya merasa terdorong untuk menceritakan sedikit pengalaman hidup saya yang berkaitan dengan Dewi Kwan Im ini Secara pribadi saya bukan umat Buddha atau umat kelenteng mana pun. Tapi saya menaruh hormat yang tinggi terhadap salah satu Bodhisattva ini. Dewi Kwan Im dikenal sebagai sosok dewi welas asih, Dewi yang dipercaya bisa mengabulkan permohonan umatnya yang mengalami berbagai problem hidup, terutama masalah jodoh dan keturunan. Saya pernah mengalami masalah kesulitan memiliki keturunan. Istri saya tidak kunjung hamil. Segala konsultasi dan pengobatan sudah kami jalani. Dari dokter spesialis, orang pandai, sampai pengobatan alternatif. Hingga terakhir kalinya dokter kandungan menyimpulkan, organ reproduksi istri saya tidak normal. (bersambung)

Kalender Indonesia Lengkap

Akan diapakan? Gampang, telp Mantan Owner Inter yang jadi penerus tahta Abah, untuk minta Biofarma menindaklanjuti. Oh ya, jangan lupa juga konsul ke IDI Tandingannya mantan menkes ahli cuci otak. insyaAllah jamin beres ...

ary hana

Saya sudah 2x suntik di drh yudha, tempurung lutut kanan yg sakit parah jadi normal kembali. Ibu saya yg mau pasang ring, 2x suntik ga jadi pasang ring. Selama ilmunya bisa buat kemashalatan, why not? Lagian dia praktek ala dukun, bukan sbg dokter. Mana butuh sip? Saya juga sekali2 praktek jadi dukun pijat, ga perlu sip juga. Karena orang yg datang minta tolong, bukan kita yg menawarkan jasa ke mana2 cari pasien. Intinya orang butuh pertolongan, datang minta tolong, masak ditolak

Mamak Edi

Yang menarik perhatian saya adalah bahan bakunya dari bagian tubuh manusia. Bagi yang ikut mengamalkan proses ini harus dapat dalil tentang kehalalan metodenya, yaitu disetarakan dengan kehalalan donor darah. Pada prinsipnya potongan tubuh manusia tidak najis, apa pun akidahnya, karena bahan ciptaan manusia tidak najis.

Ahmad Zuhri

Mungkin ini ya yg membuat kita kurang cepat maju dan selalu ketinggalan... terlalu prosedural dan birokratis. Ada penemuan baru lambat direspon, malah terbelenggu dengan aturan yg ada.. Contoh nyata,.. Inisiasi mobil listrik sudah sejak 2012, semua negara maju masih riset dan pengembangan. Inovator nya malah diperkarakan dan masuk penjara.. Disaat negara maju sudah meluncurkan produk moblis nya dan terbukti bisa, kita baru punya Perpres nya 2019.. Bertahun2 yg kurang dimanfaatkan dengan baik, karena terbelenggu aturan yg kita buat sendiri.. Sekarang ya impor lagi.. mmg ada yg dibuat di dalam negeri, tapi teknologi nya blm kita kuasai..

Jhelang Annovasho

Kalimat terakhir dalam tulisan Abah DI hari ini menguak bagaimana alam pikir Abah. Seperti yang sering diungkap Pak Pry, Abah itu orangnya... Anda semua sudah tahu. He he.... Begini. Saya rasa semua orang akan menemukan keseimbangannya. Menemukan zona nyamannya. Di situ dia akan berkembang baik secara pribadi, keilmuan, dan kontribusi ke masyarakat. Orang pintar biarkan mengorbit secara alami. Dari situ dia mengorbit secara wajar, secara stabil, tidak mudah goyah, tidak mudah menyatakan pembenaran, serta tidak mudah melakukan sesuatu yang mencelakai dan merusak nama baiknya. Satu lagi, tidak mudah tiba2 tenggelam entah kemana. Tenggelam jauh ke dalam tanpa lagi diketahui kemana perginya, oleh para pengikutnya. Pengikut yang dimaksud adalah pengikut instagramnya, bukan pengikut ideologinya. Setelah mengorbit secara wajar dan seimbang, jika ilmunya itu benar, ilmuwan itu akan diakui secara kokoh di masyarakat. Apalagi pak Yuda pernah mengalami goncangan kecil. Dia sudah sangat kokoh di posisinya, di orbitnya. Mohon maaf, tidak ada niat mengajari. Saya cuma berpendapat, juga bertanya meski tanpa tanda tanya. Selamat mengawali pekan yang baik untuk semuanya.

ALI FAUZI

Kadang kita, tepatnya NKRI, membuat peraturan bisa menjerat kita sendiri. Setidaknya membatasi inovasi. Bukan saja di bidang kedoketran, tapi juga di bidang-bidang lainnya. Misal di bidang kedokteran, terbukti drh Yuda dan dr Terawan jadi korban, di bidang perusahaan Pak DIS jadi korbannya --meski tak terbukti di pengadilan. Kapan kita bisa bikin peraturan yang minimal tidak mengekang inovasi....? Karena inovasi tiada henti. 

EVMF

Pak Mirza kalau dirunut kebelakang "laser" pun (berdasarkan ilmu fisika) awalnya untuk kepentingan militer ; kemudian di-aplikasikan di bidang kedokteran, seperti untuk menghancurkan batu ginjal sehingga tidak perlu melalui tindakan operasi pengangkatan batu ginjal. Apakah lantas fisikawan (ahli laser) - layak menangani pasien sakit ginjal ?????

Mirza Mirwan

Drh. Yuda Heru Fibrianto, Ph.D. ditangkap polisi dan diadili gegara praktek penyuntikan protein sel. Penerima suntikan protein sel dihadirkan sebagai saksi. Tonny Kurniawan, salah satunya, bersaksi bahwa ia merasa lebih sehat setelah menerima suntikan protein sel. Padahal sebelumnya ia sudah divonis dokter bahwa hidupnya tinggal tiga tahun lagi. Saksi lain juga merasa lebih sehat. Pun tak ada efek samping. Suka tak suka, malu tak malu, kita harus mengakui bahwa kualitas UU tentang kesehatan -- juga tentang bidang lainnya -- sangat tidak komprehensif. Banyak kekurangannya. Polisi yang membuat BAP tak sepenuhnya memahami UU. Jaksa yang membuat dakwaan dan tuntutan hanya melihat pasal-pasal dalam UU yang tidak komprehensif tadi. Sampai di titik ini, kecerdasan dan hati nurani hakim yang akan menentukan.nasib si terdakwa. Dalam kasus drh. Yuda, majelis hakim relatif bijak. Tetapi tetap menjatuhkan vonis,: denda Rp25juta. UU yang tidak komprehensif tadi masih diperparah dengan ego sektoral dari organisasi profesi. Bukan hanya dalam kasus drh. Yuda, tetapi juga Dr. Terawan dulu itu. Mungkin mereka merasa kalah pamor. Dan ego sektoral itulah yang membuat dunia kedokteran di Indonesia tertinggal dari negara tetangga. Inilah Indonesia. Praktek pengobatan tradisional diizinkan. Legal. Tetapi pengobatan berdasarkan sains malah dihambat, Kalau begini caranya, kapan orang berduit memilih berobat ke RSUP Cipto Mangunkusumo ketimbang Singapura atau Penang?

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda