Perlunya Pendampingan dan Pengawasan untuk Anak-Anak Remaja

Tawuran antarpelajar di Jembatan Tiga Jakarta 21 Agustus 2013. (FOTO: Merdeka.com/M. Luthfi Rahman)

COWASJP.COM – Belakangan ini marak terjadi aksi tawuran antar kelompok pemuda. Seperti yang terjadi di Surabaya pada Minggu (23/10/2022), sampai merenggut nyawa salah satu anggota kelompok tersebut. 

Yang mengagetkan saya ketika diperiksa polisi, kelompok pemuda ini mengaku melakukan tawuran hanya untuk mengisi waktu luang. Dan dijadikan sebuah konten sosial media.  

Pada Senin (31/10/2022) juga terjadi aksi konvoi kelompok pemuda dengan mengacung-acungkan senjata tajam. Kali ini terjadi di Kediri, Jawa Timur. Namun aksi para kelompok pemuda tersebut berhasil diamankan oleh polisi setempat, tidak kurang dari 1 kali 24 jam pada Selasa (1/11/2022).

Melihat banyaknya aksi tawuran seperti ini, saya jadi miris dengan mental dan perilaku anak muda zaman sekarang yang begitu mudahnya melakukan suatu hal tanpa pikir panjang.
Timbul pertanyaan dalam benak saya atas kejadian ini. Hal yang mendasar jadi pertanyaan saya: ada di mana mental health atau kesehatan mental anak-anak muda ini? Dan faktor apa yang mendorong mereka untuk melakukan aksi-aksi tawuran ini? 

Saya sempat berbincang dengan teman yang kebetulan lulusan S1 Psikologi dari Universitas Surabaya (UBAYA), Novensa namanya. Saya tertarik untuk menanyakan hal-hal tentang kesehatan mental dan faktor yang melibatkan dua kelompok anak muda tawuran. 

Saya : “Minggu tanggal 23 Oktober 2022 telah terjadi tawuran antar kelompok pemuda di jembatan Surabaya. Dilihat dari segi psikologis, hal apa yang mendasari kelompok pemuda ini melakukan tawuran ?” 

Novensa : “Dilihat dari usia mereka masih 17-18 tahun, ini merupakan usia rawan bagi anak-anak muda ini. Mereka mempunyai rasa ingin diakui apa lagi telah masuk dalam kelompok tersebut. Faktor lainnya adalah kurangnya arahan. Dan biasanya semakin kuat pengakuan yang diperoleh anak muda ini maka semakin besar pula rasa hormat yang diperoleh.”

Saya : “Kalau dari segi kesehatan mental remaja ini apakah sangat perlu pendampingan di usia yang sangat belia ini?”

Novensa : “Pendampingan bagi remaja dinilai sangat perlu, karena para remaja atau anak muda ini masih dalam proses mencari jati dirinya. Maka dari itu sangat perlu dilakukan pendampingan agar para remaja tidak melakukan hal semacam tawuran, bahkan saling membunuh demi sebuah pengakuan itu tadi.” 

tawuran1.jpgEri Cahyadi Wali Kota Surabaya saat diwawancara awak media soal tawuran geng remaja di Balai Kota Surabaya, Rabu (26/10/2022). (FOTO: Meilita - suarasurabaya.net)

Saya : “Selain faktor pendampingan, hal paling mendasar adalah faktor keluarga. Bagaimana pihak keluarga terutama orang tua bisa menjadi tameng pertama agar para anak muda ini tidak berbuat hal negatif ini?”

Novensa : “Faktor keluarga sangat berpengaruh. Bisa jadi dalam keluarga tersebut anak muda ini diabaikan. Perasaan terabaikan inilah yang membuat anak muda melampiaskannya dengan cara masuk kelompok. Kemudian melakukan hal-hal negatif. Faktor ekonomi juga bisa menjadi penyebab anak muda menjadi liar. Karena kesibukan orang tua dengan pekerjaan, anak-anak menjadi kurang perhatian dan pendampingan. Disarankan para orang tua untuk aktif dan harus bisa mengarahkan anak-anaknya ke lingkungan-lingkungan yang meyehatkan mental mereka. Diarahkan, dibimbing, dan diawasi. Walaupun sulit itu harus dilakukan. Orang tua bisa mengarahkan ke hal-hal seperti melakukan kegiatan kerohanian atau dalam acara sosial di tempat tinggal.”

Itulah perbincangan saya dengan Novensa saat membahas tawuran kelompok anak muda yang sampai ada korban jiwa. 

Jadi, faktor utama kenapa para anak muda ini dapat melakukan hal negatif adalah faktor keluarga. Jika orang tua bisa membagi waktu antara waktu untuk bekerja dan waktu untuk keluarga atau family time, maka hal-hal negatif bisa diminimalisir. Karena anak-anak muda ini merasa ada perhatian, pendampingan dan mendapat kasih sayang dari keluarga, terutama orang tua. 

Faktor kedua adalah lingkungan. Lingkungan sangat berpengaruh terhadap pertumbuhan psikologis anak, karena di lingkunganlah anak belajar banyak. Dan di lingkunganlah anak bisa tahu apakah aku bisa diterima atau tidak. 

Jika anak tumbuh menjadi pribadi positif, maka anak tersebut dapat diterima di lingkungan mana pun. Dan jika anak mempunyai pribadi yang negatif pastinya mereka akan mencari lingkungan di mana dia bisa diterima dengan pribadi yang negatif.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda