Wapres Paparkan Sosok Pemimpin Setelah Jokowi

Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin

COWASJP.COMBagaimana sosok presiden setelah Jokowi? Bagaimana pula prinsip yang mesti dipegang saat kita berbeda partai, berbeda calon presiden? Bagaimana jawaban Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin jika ditanya soal itu?

***

GERRRRR. Ruangan Auditorium Hasyim Asyari di Lantai 9 Menara Al Musthofa, Universitas Alma Ata Yogyakarta yang awalnya hening, berubah bergemuruh oleh gelak tawa. Para tamu yang menyimak acara Pidato Kebangsaan oleh Wakil Presiden KH Ma’ruf Amin pun tertawa bareng. Saat itu Maruf Amin menyampaikan guyonan soal beda partai atau beda calon presiden dalam Pilpres 2024 nanti.

Perbedaan pilihan saat memilih presiden, tidak boleh menjadi sumber perpecahan bangsa ini. Begitu disampaikan Wapres Ma’ruf Amin. "Menghadapi perbedaan seperti itu gunakan saja prinsip : lakum capresukum walana capresuna. Bagi kamu capresmu, bagiku capresku…. Begitu pula kalau kita berbeda partai," ujar Wapres disambut gerrrr.

Guyonan tersebut cukup membuat situasi yang awalnya begitu formal, menjadi lebih cair. Paparan seputar "Kepemimpinan Transformatif untuk Mengawal Terwujudnya Indonesia Emas 2045" pun terasa lebih segar. Peristiwa tersebut seperti mengembalikan kekhasan acara yang biasa digelar kalangan nahdliyin yakni penuh ger-geran.

Seperti diketahui, Universitas Alma Ata adalah perguruan tinggi berbasis pesantren. Nama Alma Ata merupakan kependekan dari Ali Maksum Atabik Ali. Wapres Ma’ruf Amin memang dihadirkan berpidato dalam peringaan HUT ke-7 Universitas Alma Ata sekaligus menyambut Hari Santri. Kegiatan digelar Senin (24 Oktober 2022). 

Para tamu yang hadir pada acara perayaan HUT ini, Wakil Gubernur DIY Paku Alam X bersama istri, Kapolda DIY Irjen Suwondo Nainggolan, Kepala Staf Daerah Militer (Kasdam) IV/Diponegoro Brigjen TNI Parwito. Juga para rektor perguruan tinggi di DIY. Di antaranya Rektor UIN Sunan Kalijaga Prof Dr Al Makin dan Rektor Universitas Islam Indonesia (UII) Prof Dr Fatchul Wahid.

BACA JUGA:  Alma Ata, PT Pesantren yang Melejit

Hadir pula Bupati Bantul H Abdul Halim Muslih, mantan Rektor UNY Prof Dr Rochmat Wahab dan salah satu putra Sri Sultan Hamengku Buwono IX, GBPH Prabukusuma. Terlihat pula para Kiai dan Nyai dari sejumlah pondok pesantren di DIY. Terutama para dzuriyah KH Ali Maksum dan KH Attabik Ali. 

Mengenakan baju putih dan celana hitam, Wapres hadir bersama istri. Saat bicara sosok presiden setelah Joko Widodo, Ma’ruf Amin mengatakan diperlukan pemimpin transformatif yang terus melakukan perbaikan berkelanjutan untuk bisa mewujudkan Indonesia Emas 2045.

uny.jpg

“Pemimpin transformatif yang bisa menggerakkan dan mengubah, bukan hanya pemimpin yang baik, tetapi mampu melakukan perbaikan, bukan (hanya) pemimpin yang saleh tetapi juga muslih, melakukan perbaikan,” tegasnya.

Ma'ruf Amin menjelaskan pemimpin yang transformatif bukan hanya dapat mempertahankan hal-hal lama yang baik, tetapi dapat menciptakan inovasi baru yang lebih baik. “Bahkan saya tambah paradigmanya, pemimpin yang dapat melakukan perbaikan ke arah yang lebih baik secara berkelanjutan secara sustainable,” tandasnya.

Ma’ruf Amin menambahkan, menuju 2045, Indonesia saat ini masih memiliki waktu kurang lebih 23 tahun. Untuk itu, ia mengharapkan kesempatan 23 tahun tersebut agar benar-benar dimanfaatkan untuk menyemai dan melahirkan para pemimpin transformatif yang bisa membawa percepatan tercapainya visi Indonesia Emas.

“Contoh paling konkret dari pemimpin transformatif adalah Rasulullah SAW. Beliau adalah pemimpin yang berhasil mengubah masyarakat Arab dari zaman kegelapan, jahiliyah, menjadi masyarakat yang 'khaira ummah' (sebaik-baik umat),” paparnya.

Dalam hal ini, menurut Wapres, Rasulullah berhasil menginspirasi masyarakat Arab yang awalnya biasa saja menjadi masyarakat luar biasa, bahkan mampu menaklukkan Imperium Romawi. “Rasulullah bisa mengubah Madinah yang dulu kampung kecil bernama Yatsrib, tidak dikenal orang, sekarang menjadi kota besar yang mendunia, pusat peradaban dunia,” ungkapnya.

Rasulullah juga mampu mencetak orang biasa menjadi luar biasa. Mengubah Abubakar, Umar bin Khattab, Ustman bin Affan dan Sayidina Ali. “Setelah melalui tarbiyah, pengajaran yang Beliau lakukan, orang biasa itu menjadi luar biasa. Menjadi hebat.“

uny2.jpgDari kanan, Gusti Prabu (GBPH Prabukusuma), Prof Dr Rochmat Wahab (mantan Rektor UNY) dan Prof Dr Al Makin (Rektor UIN Sunan Kalijaga) tampak hadir di Universitas ALma Ata.

Wapres pun berharap perguruan tinggi, termasuk Universitas Alma Ata menjadi kawah candradimuka atau tempat menggembleng dan mencetak para pemimpin reformatif, inovatif, dan transformatif sebagaimana dicontohkan Rasulullah SAW.

Dia memaparkan tiga poin penting yang harus dimiliki pemimpin transformatif, yakni pertama, semangat cinta Tanah Air. Kedua, mampu menjaga komitmen kebangsaan yang diamanatkan para pendiri bangsa, yakni NKRI, Pancasila, UUD 1945, dan Bhinneka Tunggal Ika. 

“Ketiga, mampu menjadi pemakmur bumi dengan menguasai ilmu pengetahuan dan teknologi. Dan juga menjadi orang yang beriman dan bertakwa. Yang sekarang dikenal dengan Iptek dan Imtak,“ tandas Wapres. (*)

Pewarta : Erwan Widyarto
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda