Gusdurian Desak Pemerintah dan DPR Perluas Ruang Demokrasi

Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Ahad (16/10/22). (FOTO: istimewa)

COWASJP.COM – Jaringan Gusdurian mendesak pemerintah dan parlemen atau DPR RI untuk memperluas ruang demokrasi bagi masyarakat Indonesia. Soal ruang demokrasi ini, Gusdurian menyoroti berbagai aturan atau produk perundang-undangan yang dinilai bermasalah. 

Di antara aturan yang disoroti itu adalah UU Nomor 3 Tahun 2020 tentang Perubahan atas UU Nomor 4 Tahun 2009. Tentang Pertambangan Mineral dan Batubara (Minerba), UU Nomor 11 Tahun 2020 tentang Cipta Kerja, dan UU Nomor 19 Tahun 2019, Tentang Perubahan atas UU Nomor 11 Tahun 2008 tentang Informasi dan Transaksi Elektronik (UU ITE). 

"Kami mendesak pemerintah dan parlemen untuk memperluas ruang demokrasi dengan melakukan revisi berbagai regulasi yang kontraproduktif terhadap keadilan ekonomi dan jaminan ruang hidup yang setara (seperti: UU Minerba, UU Cipta Kerja), kebebasan berpendapat dan berekspresi (seperti: UU ITE)," demikian rekomendasi yang dibacakan Koordinator Jaringan Gusdurian Alissa Wahid di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Ahad (16/10/2022).

Selain itu, Gusdurian meminta pemerintah dan DPR untuk memastikan pelibatan masyarakat dalam perumusan kebijakan strategis. Kemudian, Alissa mengatakan bahwa Gusdurian mendorong pemerintah untuk meningkatkan akuntabilitas publik.

"Mendorong akuntabilitas publik atas penyelenggaraan pemerintahan dari pusat, daerah hingga desa," tegas Alissa. 

Di dalam draf Tunas Gusdurian 2022 yang diterima media, terdapat berbagai masalah demokrasi yang disorot oleh Jaringan Gusdurian. Hal ini yang menjadi dasar Gusdurian membuat rekomendasi kepada pemerintah dan DPR. 

Gusdurian menyoroti bahwa saat ini telah terjadi penyempitan ruang demokratis di Indonesia yang makin menguat gejalanya di masa pandemi. Penyempitan ruang demokrasi itu ditandai oleh terbatasnya ruang bagi rakyat untuk menyuarakan kritisisme terhadap penguasa. 

Penyempitan itu memang tidak lagi dilakukan dengan operasi oleh aparat seperti di masa orde baru. Tapi yang terjadi sekarang, rakyat ditakutkan oleh penggunaan aturan perundangan untuk kepentingan pribadi penguasa.

Salah satu aspek yang paling terdampak oleh kecenderungan itu adalah dunia digital. Kebebasan untuk mengeluarkan pendapat politik di dunia online cenderung dibatasi. Serangan-serangan langsung kepada pemerintah biasanya direspons dengan tindakan hukum lewat alasan pencemaran nama baik atau pelanggaran UU ITE.

Jaringan Gusdurian Gerakan Berbasis Nilai Bukan Isu

Terkait dengan gerakan yang fokus di isu toleransi. Melalui Koordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Gusdurian Jay Akhmad menjawab, Jaringan Gusdurian merupakan gerakan berbasis sembilan nilai utama Gus Dur, bukan berbasis isu.

Nilai-nilai tersebut meliputi: 

ketauhidan, 

kemanusiaan, 

keadilan, 

kesetaraan, 

pembebasan, 

kesederhanaan, 

persaudaraan, 

kekesatriaan, 

kearifan lokal. 

"Banyak publik yang mengganggap Gusdurian gerakan yang mengangkat isu toleransi saja. Sebenarnya nggak. Tapi memang itu salah satu isu terbanyak yang  dikerjakan teman-teman Gusdurian," ujar Jay Akhmad di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya.

gusdurian.jpgKoordinator Sekretariat Nasional (Seknas) Jaringan Gusdurian Jay  Akhmad. (FOTO: istimewa)

Selama ini sosok Gus Dur dan Gusdurian di masyarakat identik dengan isu toleransi, sehingga kerja Gusdurian terkait dengan demokrasi, penegakan HAM, pendidikan, bahkan sampai ekologi tidak mendapatkan porsi.

"Padahal isu lain banyak dikerjakan oleh teman-teman Gusdurian di berbagai daerah. Tidak hanya soal toleransi," katanya.

Karenanya dalam temu nasional (Tunas), Jaringan Gusdurian selalu membahas isu-isu strategis, istilah lainnya yakni isu prioritas. 

"Kenapa? Karena isu ini menjadi prioritas di tengah banyaknya isu lain," terangnya.

"Isunya bisa apa pun, tetapi kalau memilih prioritas ada 8 prioritas terkait dengan kerja-kerja isu itu, yang tak tertinggal adalah kerja-kerja kemanusiaan lewat Gusdurian Peduli," terangnya.

Gusdurian peduli, terang Jay, menjadi wadah atau sayap jaringan Gusdurian di ranah kemanusiaan. Misalnya ketika ada bencana alam atau bencana sosial mengumpulkan donasi dari masyarakat untuk membantu  sesama.

"Hal ini menjadi penting dari gerakan Gusdurian dalam mendiseminasikan upaya nilai dan keteladanan Gus Dur," pungkasnya.

Sebagai informasi, Tunas Gusdurian merupakan ruang pertemuan bagi individu, komunitas, maupun lembaga jaringan Gusdurian untuk bersama-sama menguatkan intensitas gerakan dan meneguhkan spirit kebangsaan seperti tema yang diambil pada tahun ini.

Acara tahun ini dihadiri sekitar 1.300 peserta dan 155 komunitas jaringan Gusdurian dari berbagai daerah di Indonesia.(*)

Pewarta : Imam Kusnin Ahmad
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda