Apa Kabar, Bajay Listrik Wong Kelun, Madiun?

Tiga wong Madiun yang membuat Bajaj jadi bertenaga listrik dengan tiga sumber listrik: Arik Bondet, Zainudin Iskan (tengah), dan Rudy Kenton. (FOTO: Santoso)

COWASJP.COMTak lama lagi Indonesia bakal kebanjiran mobil listrik China seharga Rp 75 jeti. Sekarang sudah mulai dipromosikan. Saya jadi ingat wong Kelun, Kota Madiun yang berinovasi membuat prototipe mobil listri bebas ngecas. Yang dipakai percobaan bajay bekas. Berikut catatan Santoso, wartawan senior di Madiun.

***

SUDAH banyak karya anak negeri berupa mobil listrik. Dari siswa SMK sampai perguruan tinggi pun punya karya. Bahkan perusahan sekelas PT INKA Madiun sudah memroduksinya. Seperti E-Inobus yang belum lama ini sempat diujicoba di Kota Madiun.

Tapi karya wong  Kelurahan Kelun, Kecamatan Kartoharjo  Kota Madiun ini memang beda. Kalau karya mobil listrik yang sudah ada sangat begantung dengan charger. Karya pemuda Madiun ini tak perlu ngecas. Dipakai 24 jam nonstop pun OK. Tanpa perlu takut baterai tekor.

Mengandalkan sumber tenaga baterai (accu), sebagai tenaga penggerak, juga ditopang tiga pensuplai  energi listrik. 

Semula ada dua pemuda yang punya ide itu. Mereka Oktavian Ari Wibowo alias Bondet, dan Rudiawan alias Kenton. Dari dua pemuda ini lantas ditambah satu lagi, yakni Zainudin Iskan. 

Zainuddin ditarik lantaran dia adik Dahlan Iskan mantan menteri BUMN yang dulu getol dengan mobil listrik. Harapannya tentu saja, siapa tahu inovasinya itu bisa terangkat.

Mereka pun membicarakan maraknya gaung mobil listrik di Indonesia. Namun mereka melihat ada sisi kelemahannya. Yakni harus ngecas saat baterai habis.

"Ini merupakan terobosan ide baru untuk mengatasi kelemahan mobil listrik yang sudah ada. Sinergi energi. Yang hanya mengandalkan satu tenaga baterai (accu) dengan charger", ujar Ariek Bondet, panggilan dari Oktavian Ari Wibowo, sebagai tenaga ahli.

Ketiga tenaga penggerak energi itu adalah, tenaga Sel Surya, tenaga gerak roda, dan tenaga panas dinamo. 

"Ketiga tambahan tenaga penggerak energi listrik ini, akan dapat men-supply pengisian baterai dalam kondisi berjalan", jelasnya.

Alhasil, rangkaian prototipe ini akan lebih efisien penggunaan energi baterainya. Karena akan selalu terisi saat berjalan.

"Dan, terciptalah efisiensi masa charger-nya", tambahnya. 

bemo.jpgBajay listrik buatan Wong Madiun. (FOTO: Santoso)

Ketika mobil sedang berjalan, otomatis baterai listrik (accu) akan terus terisi. Ketiganya bisa men-supply antara 50 persen sampai 75 persen. "Apalagi kalau jalan di siang hari, dengan terik matahari yang kuat, akan bisa lebih maksimal pengisian accunya", ujar Rudy Kenton (tim teknisi).

Kalau perjalanan malam hari, supply pengisian energi listriknya bergantung dari tenaga gerak dan tenaga panas. "Tapi lumayan bisa menambah pengisian", kata Rudi lagi.

DARI OBROLAN WARUNG KOPI

Rancangan prototipe mobil listrik ini berawal dari obrolan ketiga teman yang sedang ngopi di warung. Ngobrol soal mobil listrik yang saat itu lagi jadi pembicaraan hangat (pada 2019). 

Dari obrolan tentang kelebihan dan kekurangan mobil listrik itu, lalu timbul gagasan untuk membikin prototipe sendiri. Dengan menambah rangkaian ketiga energi tadi.

Karena dana cupet, mereka pun memilih Bajay sebagai percobaan. 

"Dengan dana seadanya, pada akhir Januari 2021 lalu, dibelilah bajay bekas dari Jakarta. Harganya Rp 9 juta, ", kata Rudy jebolan Fakultas Teknik Elektro Unibraw Malang.

Sesampainya di Madiun, Bajay langsung dipermak. Mesin diturunkan, body yang bolong-bolong ditambal. Dan gearbox untuk penggerak roda juga dibersihkan.

bemo1.jpgArik Bondet mengoprek mesin bajay. (FOTO: Dok.  Santoso)

Perbaikan bodi selesai, pengecatan pun dilakukan. Sementara berbagai alat yang diperlukan disiapkan. Seperti 4 buah accu, lempengan solar sel, dan alat-alat elektronik untuk dirangkai.

"Untuk rangkaian alat-alat elektroniknya kita carikan yang bekas. Bisa lebih murah," ujarnya.

Proses perakitan ketiga tenaga listrik (solar sel, tenaga gerak dan tenaga panas ) itu sendiri cukup rumit. Sampai beberapa kali gagal. 

"Ternyata untuk menyatukan ketiga tenaga penggerak listrik itu, tidak bisa langsung mengisi ke accu. Harus dibuatkan rangkaian elektronik sendiri-sendiri", kata Arik bondet. 

Begitu selesai, Bajay listrik ini pun diujicoba  dengan  kecepatan rata-rata 20 km/jam. Tanpa kendala. Kalau ingin cepat tinggal  dinamonya ganti yang lebih besar, kata Arik, jebolan STIKI (Sekolah Tinggi Informatika dan Komputer Indonesia) di Malang.

Setelah ditotal, proyek percobaan ini  menghabiskan dana  sekitar Rp 30 jutaan. 

"Karena semua alat yang dipasang sebagian besar merupakan barang rongsokan", ujar Rudy 

Untuk lebih menyempurnakan prototipe ini, tim sudah menciptakan rancangan sebuah alat Converter, yang dapat memperbesar arus listrik. "Sehingga diharapkan ke depan, alat ini bisa meminimalisir pemakaian unit baterai (accu) pada mobil listrik", kata Arik lagi.

Sayangnya, sebagai pemuda kota kecil, kreativitas mereka ini agak tersendat, kalau tak ingin dikatakan mandeg. Semua itu selain tidak adanya perhatian dari pemerintah kota, juga tidak adanya sponsor yang bisa membantu mewujudkan impian mereka. Ambyar. Inovasi tinggalah inovasi. Biarkan yang melenggang di jalanan Indonesia mobil listrik bikinan China.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda