Fenomena Farel vs Klipklapklub

Farel Prayoga. (FOTO: ©2022 Merdeka.com/youtube.com)

COWASJP.COMFarel Prayogo jadi bintang. Pengamen cilik melejit saat videonya  ditonton puluhan juta orang. Bocah yang mengamen sejak kelas 2 SD ini pun jadi idola. Adakah ini eksploitasi anak. Berikut catatan Santoso alias Akung Bondet, wartawan senior di Madiun.

***

INI lagu anak karya Bu Kasur, yang berjudul ‘’Mandi Sendiri’’.

Ayo Dik ayo, ayo pergi mandi 

Mandi sendiri tak usah ditolong lagi 

Gosoklah badanmu juga tangan dan kaki 

Dengan sabun mandi hingga bersih tak berdaki 

Bum sik sik bum sik sik .. Bum sik sik bum 

Bum sik sik bum sik sik .. Bum sik sik bum

**

Sebuah lagu anak-anak yang dulu menjadi lagu favorit saya. Saat duduk di bangku Taman Kanak-Kanak Nasional Madiun, saya sering menyanyikan lagu itu. Apalagi TK Nasional merupakan satu-satunya TK elite di awal enam puluhan. Setiap menyanyi, pasti diiringi piano oleh Bu Tien, kepala TK itu.

Tapi, lagu-lagu Bu Kasur semakin tenggelam. Tak banyak anak-anak menyanyikan di luar lingkungan PAUD atau TK. Anak-anak lebih suka menyanyikan ‘’Aja  Dibandingke’’ seperti yang dinyanyikan Farel Prayoga, pengamen cilik asal Desa Kepundungan, Kecamatan Srono, Banyuwangi. 

Spektakuler. Video Farel di Youtube ditonton tak kurang dari 20 juta orang. Presiden Jokowi pun kesengsem dan mengundang Farel pada  Peringatan HUT RI  ke 77 tahun 2022 lalu. Maka lagu yang dipopulerkan Denny Caknan itu makin melejit. Tak pelak juga Farel sendiri bagai mendapat durian runtuh. Banyak undangan. Termasuk diundang oleh Gubernur Jawa Tengah Ganjar Pranowo.

Dan pengamen cilik yang sejak kelas 2 SD ini menyelusuri jalanan bersama sang ayah untuk mengais rejeki, menjadi bintang yang dipuji dan dipuja.

sukardi.jpgLaksamana Sukardi (kanan) gandeng Harry Tjahjono cegah dampak negatif konten Youtube pada anak. (FOTO:  istimewa - galamedia.pikiran-rakyat.com)

Saya jadi teringat tahun 2000 awal ketika menggawangi Tabloid Tanjung Perak Pos Surabaya. Waktu itu saya tinggal di Malang, hingga hampir tiap hari bolak-balik Malang – Surabaya dengan naik kereta api kelas ekonomi. Di kereta api itu setiap hari ada  dua pengamen cilik, kakak beradik. Yang satu laki-laki, sekira masih duduk di bangku TK. Dan kakaknya, perempuan sekira kelas 3 SD. Dengan membawa ecrek-ecrek yang terbuat dari tutup botol, mereka berdua selalu menyanyikan lagu dewasa ‘’Bojo Loro’’.

Suatu hari saya melihat di stasiun Porong, dua pengamen cilik itu diantar oleh bapaknya mengendarai Honda GL Max yang terlihat masih baru. Sang ayah berpakaian parlente, sedang dua anak itu memakai costum pakaian kumal.  Duh,...membuat miris.

Yang jelas ada persamaan dan perbedaan antara Farel dan dua pengamen cilik itu.

PERBEDAANNYA; Farel melejit jadi bintang gara-gara videonya jadi viral. Sedang dua pengamen cilik itu tidak berkesempatan tersentuh madunya viral. Apalagi Farel sempat menggoyang istana dan dijadikan  duta kekayaan intelektual pelajar bidang seni dan budata tahun 2022, oleh Kemenkunham.

PERSAMAANNYA; keduanya sama-sama kehilangan masa kecilnya, untuk mengais rupiah di jalanan. Entah untuk apa dan buat siapa? Padahal urusan mencari nafkah adalah tugasnya orangtua.

Adakah ini merupakan eksploitasi anak?? Terserah bagaimana Anda menilainya.

ANGIN SEGAR

Di antara hiruk pikuknya fenomena Farel, ada angin segar ditiupkan oleh Laksamana Sukardi.  Mantan Menteri BUMN era Kabinet Gotong Royong ini menggandeng Harry Tjahjono untuk membuat 100 lagu anak-anak.  ‘’Saat ini baru jadi 20,’’ kata penulis skenario Si Doel Anak Sekolahan ini.

Salah satu lagunya yang berjudul ‘’Jamu Leluhur’’ sampai tulisan ini dibuat sudah dilihat lebih dari 130 ribu orang. Namun tetap tersirat kegundahan di hatinya, dengan maraknya lagu dewasa yang dinyanyikan anak-anak. ‘’Di antara puluhan ribu program, acara atau lagu anak yang tampil di YouTube, Tik Tok dan medsos, sebagian besar adalah lagu barat atau lagu lama, juga lagu yang semestinya dinyanyikan orang dewasa,’’ kata wartawan dan seniman  asli Madiun yang merumput di Jakarta ini.

Berangkat dari gagasan tersebut, Laksmana Sukardi kemudian membuat akun Klipklapklub di YouTube. Berdua  ingin membuat, atau sekurangnya menawarkan, lagu-lagu baru untuk anak Indonesia. ‘’Kami bersepakat akan mengekspose 100 lagu anak Indonesia, dan sampai saat ini baru selesai 20 lagu,’’ ungkapnya. 

klip.jpgFOTO: Twitter @harrytjahjono

Diakui Klipklapklub tentu saja harus melawan kondisi dan situasi medsos yang demikian "keras" dan sangat longgar dalam banyak hal. Juga menghadapi "selera" masyarakat yang terlanjur dianggap "trend", Yakni popularitas lagu apa saja yang dinyanyikan anak-anak Indonesia, termasuk lagu "Aja Dibandingke" yang viral.’’ Ini tentu kondisi dan situasi yang tidak gampang dihadapi.’’

Lagu dewasa, menurut Harry Tjahjono,  dinyanyikan anak, sebetulnya tidak apa-apa. Boleh-boleh saja, karena anak biasanya hanya meniru apa saja, termasuk meniru perbuatan orang dewasa.

Tapi, ketika semua anak hanya suka menyanyikan lagu dewasa, jadi muncul banyak pertanyaan. Antara lain, apakah tidak ada lagi orang yang bisa mengarang lagu anak yang disukai anak-anak? Kenapa orang tua hanya diam saja? ‘’Kenapa presiden, misalnya, tidak mendorong terciptanya lagu anak yang cocok, bagus dan disukai anak-anak Indonesia? Tentu banyak lagi pertanyaan lainnya,’’ pungkasnya.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda