Siapa Membunuh Putri (1)

Hasan Aspahani yang menulis buku tentang biografi penyair pujaan Anda: Chairil Anwar. (FOTO: borobudurwriters.id)

COWASJP.COM – ANDA sudah kenal nama ini: Hasan Aspahani. Saya pernah menulis tentang ia di Disway ini. Saya puji habis di tulisan itu. Hasan-lah yang menulis buku tentang biografi penyair pujaan Anda: Chairil Anwar. Dengan sangat bagusnya. Penuh kejutan. Penuh roman. Penuh perjuangan. Penuh penderitaan.

Sampai sekarang setiap kali saya lewat Paron (Ngawi), saya selalu bercerita pada teman seperjalanan: Chairil Anwar pernah jatuh cinta berat dengan gadis Paron. Seminggu Chairil Anwar meninggalkan Jakarta. Tinggal di Paron. Agar bisa mengawini gadis itu.

Cintanya patah.

Ayah sang gadis menolak. Chairil tidak bisa apa-apa. Tidak punya pekerjaan pula. Seorang penyair, di mata orang Paron, bukanlah pekerjaan.

Hasan mampu menceritakan semua aspek hidup Chairil Anwar dengan penuh warna. Itulah buku terbaik dan terlengkap tentang Chairil ''Aku Binatang Jalang'' Anwar. Yang juga Anda kenal sebagai Chairil ''Antara Karawang Bekasi'' Anwar.

Hasan juga penyair.

Ia sastrawan terkemuka sekarang.

Ia sastrawan yang wartawan. Atau wartawan yang sastrawan. Ia selalu saya jadikan contoh sebagai wartawan yang tulisannya bergaya sastra.

Lihatlah tulisannya yang saya turunkan di Disway edisi sekarang ini. Sebagai wartawan Hasan menemukan fakta: ada polisi membunuh istrinya. Ia juga menemukan fakta bagaimana polisi itu menutupi perbuatannya.

Waktu itu Hasan baru belajar menjadi wartawan. Ia diberi tugas meliput peristiwa-peristiwa kriminal di kota itu. 

Ia melihat langsung praktik wartawan senior di bidang kriminalitas: betapa sudah seperti polisi bayangan.

Bacalah tulisannya ini. Relevan dengan zaman Duren Tiga sekarang ini. Peristiwa itu juga besar di masanya. Kini ia tulis lagi dalam bentuk cerita bersambung. Hasan menyebut dirinya sebagai Dur di cerita ini. Bacalah mulai hari ini, sampai selesai entah kapan nanti. Saya pun belajar dari cara Hasan bertutur:

*

KOTA ini berkembang cepat sekali. Ekonominya selalu tumbuh di atas rata-rata nasional. Begitu juga angka kriminalitasnya. Ini kota yang tak siap berkembang secepat ini.  

Kota ini memikat pendatang, menawarkan harapan hidup, menjanjikan masa depan, tapi sebenarnya juga mengancam dan menakutkan.

Mereka yang datang tanpa bekal cukup, yang tak kebagian kue pertumbuhan di sektor formal, bertahan dengan cara apa saja. Juga masuk ke dunia remang-remang. Terpikat dengan janji-janji seperti itu jugalah yang bikin saya sampai ke kota ini.  

Saya pernah menulis berita hasil liputan seminar tentang kriminalitas di kota ini. Seorangnya ahli sosiologi dan ahli perkotaan mengatakan bahwa kota ini, kota pulau ini, hanya cukup untuk ditinggali satu juta penduduk. Nyamannya segitu.  Berdasarkan hitungan daya dukung wilayahnya, sumber air, tata kota, jejaring transportasi, dan lain-lainnya. Saat aku mulai tinggal di kota itu, angka penduduk yang tercatat resmi sudah 750 ribu. Yang tak resmi, menurut perkiraan Bang Jon sudah lebih dari satu juta. 

Saya kira Bang Jon benar.

Kehidupan di kota ini selalu terasa tegang. Mudah sekali terjadi bentrok antarkelompok. 

Bang Jon adalah wartawan senior di "Metro Kriminal". Seusia Bang Eel.  Ia wartawan yang bagiku aneh. Ke mana-mana pakai sepatu sandal, banyak pacarnya, saya tak tahu pasti di mana tempat tinggalnya. 

Kayaknya ia bisa tidur di mana saja yang ia mau, di tempat-tempat hiburan, yang ia datang malamnya, dan ia tertidur di situ sampai pagi.  

Sejak semula ia hanya mau jadi reporter. Lebih khusus lagi: wartawan kriminal. Berkali-kali diberi kesempatan jadi redpel, bahkan wapemred ia menolak. Ia ke mana-mana bermobil. Ganti-ganti mobilnya. Paling sering Toyota Storm. Pikap dengan ban besar yang kalau jalan kayak ngangkangi mobil-mobil lain. Gagah dan angkuh sekali. 

Di hari-hari pertama saya bekerja di "Metro Kriminal" oleh Bang Eel saya ditandemkan dengan Bang Jon. Saya mula-mula senang saja.  Pertama-tama, saya sama sekali buta tentang kota ini. Pada hari pertama Bang Jon ajak saya keliling kota, singgah di Polsek-Polsek dan Polresta. Ia perkenalkan aku sebagai "orangnya".

"Bantu ya, ini orang kita," kata Bang Jon memperkenalkan saya pada polisi-polisi patroli dan yang berjaga di pos.

"Siap, Ndan!" kata mereka. Heran saya dan lucu juga rasanya, kok polisi panggil wartawan komandan. Tapi, itulah Bang Jon.

Semua wartawan yang kami temui pada hari itu juga memanggilnya komandan. 

Hari itu, saya juga diajak singgah ke kantor imigrasi. Dari situ saya tahu ia juga jual jasa urus paspor, jadi calolah pokoknya.

"Kamu sudah punya paspor, Dur?"

"Jangankan paspor, KTP aja belum punya, Bang," kataku.

."Gampang itu...," kata Bang Jon, dengan logat Jawa-Manadonya.

Dengar-dengar ia pernah lama tinggal di Surabaya, setelah meninggalkan Manado, kota asalnya. Ia agak tertutup soal kehidupan pribadinya. Kata orang, selentingan kabar yang saya dengar, Bang Jon dulu preman yang diburu polisi karena terlibat kasus pembunuhan, lalu lari ke Batam. Tak terlalu jelas juga. 

DAHLAN-HASAN.jpg1.jpgHasan Aspahani, sosok di balik Biografi Chairil Anwar. (FOTO: Fatih Muftih/ Pribadi - hot.detik.com)

Di kantor imigrasi itu, Bang Jon juga disapa dengan komandan.

Pada saat saya dites oleh Bang Eel, ia beri saya disket berisi satu teks berita. Dia suruh saya baca. Saya buka teks berita itu di program Wordstar 7 di komputer yang ada di ruangan itu. 

Menurutku penulisannya agak kacau. Beritanya menarik, tentang dua waria yang berkelahi.

Seorang di antara mereka menyerang yang lain dengan membalurkan sambal cabai ke wajahnya. Bang Eel bertanya apa pendapat saya tentang berita itu.

“Lucu, menarik. Berita ringan. Tapi ditulis dengan kering. Harusnya gayanya seperti feature,” jawabku. 

Mungkin pendapatku bisa dianggap sok tahu. Belum juga jadi wartawan sudah menilai teks berita orang lain. Tapi saya menjawab dengan jujur saja. Penilaian tentang berita itu saya dapat dari kegemaranku membaca rubrik Indonesiana di Majalah Tempo. Kisah-kisah ringan ditulis dengan segar. 

“Bisa kamu edit jadi menarik seperti yang kamu bilang,” Bang Eel menantangku. 

Aduh! Mampus saya! Ini rupanya jebakannya. 

Saya mengelak. ”Wah, mosok saya yang ngedit, Bang….”

“Tak apa-apa, coba aja!” 

Mengingat bahwa saya sedang diwawancarai untuk diterima atau tidak, saya berpikir positif saja. Saya anggap ini bagian dari tes yang menentukan nasib saya.

Ini pekerjaan redaktur sebenarnya, sedang saya melamar sebagai reporter. Mungkin saya sudah dianggap lulus dan diterima. Ini, tes menyunting berita ini, sebagai tes tambahan yang tak menentukan.  

Saya pun menyunting berita itu. Ada juga gunanya saya ikut pelatihan jurnalistik di kampus dulu. Saya sunting saja berita itu sebisanya. Saya beri judul yang saya pikir menarik: Sambal Cabai di Muka Elsye untuk Menebus Harga Diri Mimi.    

Bang Eel ambil alih posisi di depan komputer, membaca hasil editan saya. 

“Kok jadi bagus gini? Kau kuterima. Kerja mulai besok bisa ya?” katanya. 

“Siap, Bang!” kataku. 

“Nah, sudah kayak polisi kau! Cocoklah di liputan kriminal. Kau nanti tandem dulu ya dengan Jon, nanti kukenalkan. Nanti kau pelajari betul ia itu ya, kau harus bisa masuk ke jaringannya, kau harus bisa jadi lebih hebat dari ia. Masak bertahun-tahun kita hanya mengandalkan ia,” kata Bang Eel. 

Sejak hari tes wawancara itu saya sudah mencium bau rivalitas antar Bang Eel dan Bang Jon. Tapi tak terlalu saya pikirkan, yang penting saya diterima dulu bekerja di “Metro Kriminal”.  

Belakangan saya tahu berita yang saya edit itu beritanya Bang Jon. Tulisannya memang kacau.

Hari pertamaku meliput ngikut Bang Jon tak akan pernah kulupakan. Hari itu juga, dalam kepalaku, terbentuk sosok ia yang bagiku kayak monster yang sulit saya terima. Malam itu ia tidur di Karaoke Abigail di kawasan kota ini yang terkenal sebagai kawasan hiburan malam. Ada pencurian di sana.  Motor pengunjung hilang, mobil pengunjung lain dibongkar. Toke pemilik karaoke itu marah-marah ke Jon. Apalagi kejadian itu terjadi saat Jon berada di situ sampai pagi. 

DAHLAN-HASAN.jpg2.jpgCover buku tulisan Hasan Aspahani tentang penyair legendaris Chairil Anwar. (FOTO: goodreads.com)

Tak sulit bagi Jon untuk mencari siapa pelakunya. Jaringan Jon, dari tukang parkir, tukang sapu, anak-anak penjaga toko, juga penadahnya, dengan mudah mengarahkan ke pelakunya. Pemain baru dari geng Palembang, kata Bang Jon. Si pelaku ditangkap dan dibawa ke Polsek Kota. Saya diajak Jon ke sana. 

“Mana itu pelaku curanmor di Abigail semalam?” tanya Jon kepada prajurit jaga.

“Siap, Ndan. Di sel, Ndan…” kata petugas jaga itu. 

Bang Jon mengecek buku pemeriksaan. Ia suruh saya catat nama, dan identitas pelaku di buku itu. Jon minta dibukakan pintu sel. Ia masuk dan kudengar dia bilang, “o kamu ya?” kemudian suara orang mengaduh. Bang Jon menjotos si pelaku, sampai terampun-ampun.  Saya terkejut dan memandang si petugas dengan pandangan penuh tanya. 

Ia nyengir saja. Katanya,  “Yah, tahulah Bang Jon itu Kapolres bayangan di kota ini…”  

Bang Jon keluar dari sel sambil meringis dan mengusap-usap tangannya.

”Kekencengan, Rek…” katanya.  

”Sudah kamu catat semua, Dur?” tanyanya padaku. Saya mengiyakan. “Nanti kamu tulis beritanya ya, pakai kode kita berdua. Bagian yang aku mukuli maling itu jangan kamu tulis…” katanya.  

Di buku laporan itu saya sempat baca banyak catatan laporan kejadian lain yang buat saya sebagai wartawan sangat menarik. Ada pencurian di kompleks polisi, ada cewek karaoke yang lapor disiksa sama oknum polisi, ada perempuan yang laporkan penipuan oleh orang Singapura. Saya mencatat semuanya.

Saya bertanya pada Bang Jon, “kalau berita-berita yang lain itu mau saya tulis, kita konfirmasi dulu ke siapa ya, Bang?”. 

Bang Jon malah melarang saya menulis berita itu. Dia bilang tulis yang maling motor di karaoke Abigail itu saja. 

Tanda tanya di belakang kalimat siapa Jon ini makin besar di kepala saya.

Hari pertama yang tak pernah kulupakan. Tapi sejak itu, sosok Bang Jon di mataku mulai menjadi monster yang menakutkan. Dia lebih polisi ketimbang wartawan. Bahkan lebih polisi dari polisi.  (bersambung)

Komentar Pilihan Dahlan Iskan

Edisi 3 September 2022: Rani Jaringan

dabaik kuy

... gak byk anak muda rajin spt rani... kenapa? krn cukup jd relawan mas jo maka sdh bs jadi komisaris bumn yg gajinya 100 jt .... lalu kenapa hrs repot2 kerja keras + belajar keras spt rani?

Condro Mowo

Asyik memang "meneliti" .Seperti juga Rani. Dulu saya berkeinginan juga (saat SLTA/SMA). Di laboratorium sekolah itu, pelajaran kimia, saya begitu heran dan tertarik kok bisa : "... blukuthukk.. blukuthukk..." saat terjadi reaksi kimia, basa dengan asam , atau asam dengan oksida dsb. Apa menyebabkan itu terjadi...? Sekarang, saya 'meneliti' ( ditulisan p.Dahlan ini) ada lebih dari sepuluh/sebelas akhiran baru di blantika grammar Indonesia: nyi... betulkah ada yang baru seperti yang diteliti Rani...

Kelender Indonesia Lengkap

Yang pada stenbay komen sejak jam 4 tadi sudah pada ga di tempat, makanya kolom komentar terlihat sepi. Gegaranya, artikel yang ditunggu-tunggu tak kunjung nongol. Catatan buat Abah, jam tayang di bawah judul artikel tertulis 04.00 WIB, ini tidak menunjukkan fakta sebenarnya. Ini semacam pembohongan publik skala nano.

Mbah Mars

Bah. Mbok nulis Gorbachev. Pasti menarik. Apalagi jika dikaitkan gosreh antar negara pecahan Uni Soviet. Yang sedang hot ya perang Rusia VS Ukraina. Tentang tulisan pagi ini, kultur jaringan itu apa to Bah ? Tidak dong dech saya.

Abi Kusno

Sebetulnya Rani itu jumlahnya tak terhitung di Indonesia. Setakat kini, tidak atau belum mendapatkan tempat di Negeri sendiri. Dulu tahun 1996 atau 1997 Jawa Pos menulis berita utama tentang Nelson Tansu. Lulus program doktor termuda se Asia di Universitas ternama Amerika. Jurusan teknik. Di kemudian hari saya baca berita sudah jadi guru besar, profesor. Menjadi bintang tamu di acara Kick Andy. "Maukah kerja di Indonesia? Membangun Negeri sendiri?" Jawabannya Anda semua sudah tahu. "Saya mau jika 'dihargai' sebagaimana mestinya." Semoga Rani, murid Pak Pranowo, mau mengabdi di Negeri sendiri.

alasroban

Seperti menemukan air jernih di padang sahara sambo. Pagi ini manufacturing hope terbit lagi. Dengan penutupan quote nan keren tiada terkira. "Ilmuwan yang pengusaha, pengusaha yg ilmuwan". Monggo ☕

Leonardus Nana

Bangsa kita tidak berkembang karena anak muda belum dipahamkan tentang makna dari pendidikan itu. Makna pendidikan "memanusiakan Manusia" sungguh masih sangat abstract dan anda sudah tahu jika untuk mengerjakan proyek memanusiakan Manusia itu maka akan sudah terjadi seperti ini: 1. Siswa dipaksa belajar banyak sekali mata pelajaran tapi satupun tidak dapat menjadi mata pembelajaran. 2. Karena itu siswa pergi Sekolah sekedar untuk memenuhi hak belajar tanpa mengetahui apalagi memahami pelajaran apa yang akan menjadi pembelajaran bagi hidupnya. 3. Siswa tidak dipahamkan bahwa belajar adalah sebuah trial and error yang terus mendorongnya untuk terus belajar hingga dia mendapatkan retention. 4. Pemerintah terus membuat dan menganti Kurikulum tanpa sebuah evaluasi yang menemukan kegagalan atau keberhasilan dari sebuah Kurikulum pun. Oleh karena itu, jangalah sibuk untuk menguji coba cara bagaimana memanusiakan Manusia tetapi sibuklah mendampingi atau membimbingi manusia guna belajar membuat sesuatu bagi kemanuaianya.

Agus Suryono

RANI - hebat. PAK PRANOWO - lebih hebat.. @lowongan untuk seribu Pranowo.. Per hari.. Sampai jumlahnya tercukupi..

 

Muin TV

Saya punya teman orang Bugis Makasar. Dia datang ke Pekanbaru karena ada proyek yang sedang dia kerjakan. Waktu itu dia masih bujang. Setahun kemudian, dia datang ke Pekanbaru lagi. Kali ini, dia sudah menikah. Sama orang Bugis juga. Sering saya mendengar selentingan, cewek Bugis itu mahal harganya. Terus, saya tanya dia, "Habis berapa kemarin nikah?" "Banyak Bang." "Ada 100 juta?" "Lebih." "Mak! Mahalnya....." "Tapi, itulah Bang.... Ada positifnya juga... Orang Bugis itu jarang yang jadi janda. Karena nikahnya mahal. Beda dengan... Maaf, orang Jawa misalnya. Karena nikahnya murah, 1 juta atau 2 juta bisa nikah. Akhirnya satu atau dua tahun kemudian, jadi janda." "Hmmmm.... Iya ya...." Kata saya sambil garuk-garuk kepala yang tidak gatal.

Er Gham

Semoga semakin banyak Rani Rani yang lain. Yang akan terus memajukan bangsa ini. Tapi mereka harus terus dijaga. Supaya tetap murni. Agar jangan belajar menjadi 'Pembohong'. Jika mereka mengenal kata ini, rusak sudah masa depan. Untuk menjadi koruptor, harus terbiasa berbohong. Untuk menjadi politisi busuk, harus terbiasa berbohong. Rani akan melihat kebohongan dimana mana di negeri ini. Begitu banyak. Sampai kita tidak tahu, siapa siapa yang masih jujur di negeri ini. Dan siapa siapa yang terus berbohong. 

Er Gham

Keduanya nabi sekaligus raja. Raja bagi kaum bani israil. Apa salahnya raja sekaligus nabi. Di sini saja ada mentri sekaligus ketua umum partai. Padahal dulu diharamkan.

h rian

Saya baru baca komentar Pak Priyadi Satriana kemarin yang menyatakan Sulaiman itu raja saja, bukan nabi, dan mempersilakan kita untuk mengecek pendapat Gus Baha dan Prof. Quraish Shihab. Karena penasaran, saya mencari dan menemukan pendapat Gus Baha bahwa beliau menyatakan Sulaiman, selain sebagai raja, adalah nabi juga. Mohon maaf, Barangkali Pak Priyadi cuma melihat judulnya saja di Youtube (memang provokatif judulnya). Dalam isi ceramahnya beliau mengatakan Sulaiman adalah nabi dengan sangat jelas, entah beliau melihatnya dari sisi sejarah, teologi, atau kalam.

h rian

Sedikit menambahkan. Tegur-menegur di antara nabi pun ada. Musa menegur harun. Musa juga menegur Khidir (kalau dianggap nabi), yang pada lahirnya menjelaskan teguran Musa itu keliru. Jadi bukan hal aneh kalau ada nabi ditegur nabi lainnya. Perihal kenapa seorang nabi ditegur nabi lainnya, ceritanya bisa jadi berbeda diantara kitab-kitab suci pemeluk agama satu dengan yang lainnya.

Mbah Mars

Resminya UGM: Universitas Gajahmada Tidak resminya: Usaha Gedung Manten. Lihat saja Sabtu Minggu banyak yang kondangan manten di UGM. Tidak resmi tapi terbukti wkwkwk

Wahyudi Kando

Dato' DI saya sebagai Gen Early Millenial berterima kasih tulisan pagi ini, perbanyaklah tulisan tulisan hope & imun boosters hebat dan pekerja keras dan gigihnya anak anak bangsa ini.... Lupakan lahh 3 Duren, 3 priode itu....sudah banyak kanal membahas dan mengupas...saya sebagai follower tulisan dan buku2 Dato' DI, Perbanyaklahh tulisan2 begini....yg sdh terjadi itu masa lalu sm seperti spion dalam berkendara lihat sekali sekali aja, masa depan kaca depan mata & panca indra harus focus ke kaca depan....

Komentator Spesialis

Nggak usah kuatir. Pak Pry nggak bakal muncul. Karena pasti nggak paham apa itu kultur jaringan. Pengen botak apa dia, wkwkwk...

Alon Masz Eh

Tes kemampuan dasar : Matematika, Bahasa Indonesia, Bahasa Inggris (yang pinter borong nilai tinggi) Tes kemampuan akademik : Biologi, fisika, kimia (susah dan tipe Rani yang menguasai) Strategi yg umum : habisi matematika, bhs indonesia, bhs inggris, ga perlu kerjain banyak2 biologi, fisika, kimia. Lulus tes pasti, kuliah pertanian seadanya, lulus jadi bankir Strategi Rani : ahli di biologi, kemungkinan ancur2an di matematika, lulus tes susah. Tapi begitu lulus, krn kuat dasar biologinya... Sukses kuliah, Sukses jd peneliti. Jadi sebenarnya kita mempersulit bakat-bakat hebat untuk lulus tes sesuai keahlian... 

Rihlatul Ulfa

Kamu tahu salah satu paling berbahaya menjadi manusia itu seperti apa? Manusia yg masih punya rasa takut, bahkan takut yg tidak beralaskan. Menjadi kuat karena sama-sama di emban. Walaupun itu kesalahan yg fatal. Maka orang-orang di negeri kita harus menghilangkan sedikit demi sedikit rasa 'tidak enakkan' awalnya tidak enakkan terhadap kolega dan berakhir keluarga yg menjadi korbannya.

Johannes Kitono

Bravo Rani, mahasiswi yang ulet biarpun beberapa kali gagal di ujian masuk. Dan kualitas mahasiswi begini lebih bermanfaat daripada yang IP nya tinggi tinggi tapi tidak konsisten. Dulu TIR udang di Lampung memerlukan 300 tenaga S1 atau D3 untuk membina puluhan ribu Petambak Plasma. Banyak calon khususnya dari alumni Univ Entah Beratah melamar dengan IP yang tinggi. Setelah diterima dan uji coba 1 crop di tambak sekitar 4 bulan. Banyak yang gagal dan mengundurkan diri. Yang lolos adalah yang sudah teruji. Bisa membina Petambak dengan kinerja tinggi. Setelah pensiunpun masih tetap produktif menjadi konsultan tambak mandiri. Kultur jaringan Porang punya masa depan di Indonesia yang populasinya tinggi ( 270 juta ). Pemerintah perlu promosi makanan olahan porang seperti Konyaku. Pangan rakyat jangan hanya tergantung beras dan gandum saja. Khusus untuk kultur jaringan bawang putih yang Agroklimatnya 600 - 1200 DPL memang perlu lebih keras lagi. Biarpun tetap bisa tumbuh didataran rendah tapi hasil panennya pasti beda. Kecuali bisa silangkan DNA nya dengan Wasabi/ horse radish. Apakah itu masuk kategori GMO, Anda pasti lebih tahu.

yea aina

Ada dua Pranowo yang konsen kepada generasi milenial seperti Rani. Pak Pranowo S, dosen yang mengembangkan bakat Rani, peneliti kultur jaringan, anda sudah tahu. Selanjutnya ada G Pranowo, yang sedang dikatrol habis-habisan, agar menarik bagi pemilih milenial di pilpres 2024. Di masa depan, generasi milenial adalah penentu. Bagi kecukupan pangan dunia, butuh Rani-Rani lainnya agar riset pengembangan pertanian makin maju. Bukan generasi milenial yang "dipukau" pencitraan politikus, demi hasrat jabatan yang lebih tinggi. Semoga 

Komentator Spesialis

Saya yakin 100% bahwa tulisan hari ini membuat mabuk para komentator Disway. Apalagi buat mereka yang sudah sepuh seperti Pak Mirza, Mas Pry, mbah mars dll. Pun tak ketinggalan saya. Mungkin membaca 99 kali belum jaminan memahami isinya. Yang saya tahu : KULTUR itu budaya. JARINGAN anda lebih tahu maksudnya. Jadi Kultur Jaringan bisa dimaknai budaya jaringan. Jaringan para buzzer dan relawan menjelang pilpres khususnya. Karena untuk pileg lebih ditentukan oleh kemampuan logistik tiap caleg. Termasuk bantuan sultan sultan kecil di wilayah pemilihan mereka. Soal pencitraan tidak terlalu penting. Kembali ke pembicaraan tadi, teknik Kultur Jaringan sangat penting. Karena memang jaringan relawan dan buzzer ini sudah membudaya menjelang gelaran pilpres. Karena itu, pemakaian istilah KULTUR JARINGAN tidak berlebihan menurut saya. Ada jaringan relawan yang sangat ngotot 3 periode. Buat mereka yang ingin melanggengkan jabatan seperti komisaris dan menikmati derasnya aliran duit oligarki. Padahal anda lebih tahu, ini termasuk upaya makar kudeta konstitusi. Ada juga jaringan relawan yang deklarasi sana sini, pasang baliho sana sini. Walaupun perserta minim, itupun peserta bayaran. Yang penting minta media meliput, dipotret seolah orangnya buanyak. Dan masih untung baliho mereka tidak diturunkan jendral spesialis penurun baliho. Dan paling gelak, ada jaringan relawan capres abadi. Yang anda pasti tahu tujuannya ikut ajang gelaran ini untuk memecahkan rekor nasional capres abadi.

Johannes Kitono

Dulu ada Slogan Ledekan di kalangan mahasiswa Kampus UI. DO Fakultas Tehnik buka bengkel ; DO Fakultas Hukum jadi Markus atau pokrol bambu ; DO dari FK jadi dukun atau Detailman dan DO dari Fakultas Ekonomi jadi Pengusaha atau Banker; DO dari Fisipol jadi Politikus Senayan; DO dari Sastra jadi seniman di TIM. Bagaimana yang DO atau lulus dari MPIA. Tuh ada yang sempat juga jadi Seskab di NKRI.

Pryadi Satriana

Yg dikisahkan dalam 2 Samuel 11: 1-26 tertulis dlm Tanakh sdh lebih dari 1500 tahun sebelum era Islam. Naskah-naskah asli Tanakh pun masih ada sampai sekarang. Yg berminat melihat dokumentasi naskah2 Tanakh bisa menghubungi Dr. Bambang Noorsena. Beliau menguasai bhs Arab krn berlatar belakang pesantren dan cukup lama tinggal di Mesir. Beliau mengunjungi situs2 tempat diketemukannya naskah2 asli Kitab Suci dan mendokumentasikan naskah2 tsb. Beliau sendiri menyebut dirinya "pemulung naskah-naskah asli Kitab Suci." Beliau sering merujuk Tanakh, yg isinya sama dg Perjanjian Lama, dalam bahasa aslinya, bahasa Ibrani (Hebrew) dan Injil dalam bhs aslinya, Yunani (Greek). Dr. Bambang Noorsena cukup sering diundang utk ceramah di pesantren-pesantren. Beliau juga secara teratur membuat video pengkajian agama melalui Youtube. Sekian info dari saya. Sehat selalu semuanya. Salam. Rahayu.

Pryadi Satriana

Kutipan dr video Gus Baha yg berjudul: "Drama: Nabi Daud & Seorang Perempuan": 1. Agar kalian mengerti bahwa nabi juga manusia, kadang kepincut perempuan; 2. Beliau (Daud) melihat istri pengawalnya, lalu suka; 3. Dan Allah itu selalu menuruti kemauan kekasihNya (yaitu Daud); 4. Walhasil, singkat cerita, Uriya (suami perempuan itu) kebetulan mati; 5. Jadi, kalau kamu wali dan menyukai istri orang, tiba2 suaminya mati. Komen saya: Kutipan2 itu standar etikanya sangat rendah & bertentangan dg FIRMAN ALLAH berikut ini: 1. Perintah ke-9 dr 10 Hukum Taurat: "Jangan mengingini rumah sesamamu; jangan mengingini isterinya ... atau apapun yg dipunyai sesamamu" (Keluaran 20: 17). 2. Perkataan Yesus/ Isa dalam Injil: "Barang siapa memandang seorang perempuan dg nafsu berahi, orang itu sudah berzinah dg wanita itu dalam hatinya" (Matius 5: 28). Ttg kutipan ke-5: "Jadi kalau kamu wali dan menyukai istri orang, tiba2 suaminya meninggal." Komen saya: Pernyataan ini bertentangan dg sifat-sifat Allah (the nature of God). Selain Mahakuasa, Allah itu Mahaadil. Kemahaadilan Allah TIDAK MEMUNGKINKAN Allah membiarkan seseorang mati krn ada orang yg menyukai isteri orang itu. Gus Baha tidak menyebutkan sumber kisah di atas. Kisah itu TIDAK ADA dalam Al-Qur'an, tetapi terdapat dlm Tanakh, yg isinya sama dg Perjanjian Lama Alkitab. Jadi ada kesinambungan antara Tanakh & Alkitab. Kisahnya bisa dibaca dlm 2 Samuel 11: 1-26. Samuel adalah nabi yg menasbihkan Daud menjadi raja. Salam. Rahayu.

Wawan Wibowo

Saya bahagia akhirnya pak pry muncul lagi dikomen,mungkin kmrn lagi bertapa,hehe Berbicara mengenai ilmu kultur jaringan tanaman lagi-lagi saya cuma bisa ngelus dada (dadanya sendiri tentunya,karena kalau dadanya orang lain bisa jadi duren tiga jilid 2 ), kok bisa negara sebesar indonesia, dengan keaneka ragaman floranya tapi minat menelitinya & membacanya rendah sekali, tentu kalau cuma mau jawaban klise tinggal jawab : karena kita dari kecil dibiasakan pengantar tidurnya mendengar dongeng dr lisan orang tua kita, bukan orang tua kita membaca buku dihadapan kita, jadi di alam bawah sadar kita masuknya dongengnya,bukan membacanya,hehe

Wawan Wibowo

Oya out off topic dr ilmu kultur jaringan,ramainya kenaikan BBM juga menarik tapi saya lebih tertarik membahas tentang harga saham GOTO, diam-diam tapi menghanyutkan sekarang harganya sudah sama dengan saham BUKA, remoook pakne.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda