Cebong Kampret Bersatu pun Tak Mampu....

Azyumardi Azra (kiri) dan Gus Mus saat menjadi narasumber pada Dialog Kebangsaan di Universitas Alma Ata Yogya, Senin (18/7).

COWASJP.COM – Pilpres digelar tahun 2024. Anda semua sudah tahu. Bulannya Februari. Ada waktu dua tahun kurang. Bukan waktu yang lama lagi. Apalagi untuk menyiapkan calon presiden yang tangguh dan bersih. 

Begitu ujar Prof Azyumardi Azra. Yang diamini Gus Mus. "Waktu yang mepet," kata Gus Mus. 

Keduanya bertemu dalam satu forum. Dialog Kebangsaan. Digelar oleh Universitss Alma Ata Yogyakarta. Temanya: Memilih Pemimpin yang Bersih dan Tangguh di tahun 2024? Bisa! 

Bicara soal calon presiden. Gus Mus pun ingat doa yang populer dan biasa dilantunkan di pondok. "Penyair Balsem" ini pun lantas melafazkan doa itu. Yang Anda pasti juga sudah tahu. 

Gus Mus juga menyampaikan doa itu dalam bahasa Indonesia.  "Tuhan jangan kuasakan atas kami, penguasa yang tidak takut kepadaMU dan tidak punya belas kasihan kepada kami." 

Atau lengkapnya, Tuhan jangan kuasakan atas kami --karena dosa-dosa kami-- penguasa yang tidak takut kepadaMU dan tidak punya belas kasihan kepada kami. 

BACA JUGA: Menara Musthofa​

Gus Mus mengutip doa tersebut untuk menegaskan bahwa apapun usaha kita, presiden yang terpilih adalah kehendak Allah. Dan pemimpin yang terpilih juga karena "dosa-dosa yang kita perbuat." 

"Kayak apapun pemimpin kita hasil Pilpres itu pilihan Gusti Allah. Hak prerogatif Allah." 

Bahkan kata Gus Mus, sekalipun Cebong Kampret bersatu dan mengampanyekan satu orang, kalau Allah tidak menghendaki ya orang tersebut tidak akan jadi. 

Gus Mus lantas mengingatkan. Bahwa siapapun yang terpilih sebagai pemimpin, itu juga refleksi dari masyarakat. Kalau masyarakatnya masih suka mem-bully, mencela, mengkritik tanpa dasar, menghujat pemimpin korupsi tapi kita sendiri melakukan korupsi, pemimpin terpilih pun merefleksikan hal tersebut. 

"Sebab Allah itu akan memberi yang diminta kalau yang meminta atau pemilih, tidak ngawur. Lha kalau hanya dengan amplop 50 ribu (masyarakat tergoda), pemimpin apa yang bisa kita harapkan," papar paman Ketua Umum PBNU ini. 

Gus Mus pun lantas mengajak masyarakat sebagai pemilih untuk koreksi diri. Mengurangi perbuatan dosa. Agar pemimpin yang diinginkan bisa dikabulkan. 

Azyumardi-Azra1.jpgKetua Dewan Pers Prof Dr Azyumardi Azra

Menurut Gus Mus, kita semua pasti ingin pemimpin yang seperti Kanjeng Nabi.

"Pemimpin yang mencintai dan dicintai rakyatnya. Ideal. Ya kita cari. Kita ikhtiar. Entah ada atau tidak. (Jika pemilihnya masih banyak dosa)," tandas Gus Mus. 

Waktunya sudah mepet. Tapi ikhtiar tetap penting. Mudah-mudahan dialog kebangsaan ini juga menjadi salah satu ikhtiar. 

Azyumardi Azra yang bicara sebelum Gus Mus berharap akan muncul tiga pasang Capres. Apalagi kalau Mahkamah Konstitusi mengabulkan permohon judicial review ketentuan presidensial treshold. 

Disebutkan Azra, jika ambang batas pencalonan presiden lebih rendah dari 20 persen, akan lebih banyak pasangan capres yang maju. Jika ini yang terjadi, friksi sosial akan makin berkurang. Azra juga yakin friksi masyakarat di Pilpres 2024 tidak setajam tahun-tahun lalu. 

Gus-Mus..jpgGus Mus.

Selaku Ketua Dewan Pers 2022 -2025, Azra juga lebih banyak menyoroti peran media. Ia pun mengingatkan agar media atau pers terus memperkuat kohesi sosial, meneguhkan integrasi bangsa. 

"Jangan malah sebaliknya. Banyak merusak kohesi sosial. Seperti media abal-abal yang tidak jelas juntrungannya. Dan itu yang menjadi konsen Dewan Pers." 

Guru Besar di UIN Syarif Hidayatullah Jakarta ini juga mengingatkan pengelola media. "Jangan ada use n abuse media untuk kepentingan seseorang dalam politik. Media jangan menjadi partisan." 

Guna meningkatkan kualitas media dalam konteks politik khususnya pemilihan presiden, Dewan Pers terus melakukan pelatihan untuk jurnalis. Menurut Azra, Dewan Pers akan terus melakukan sertifikasi kompetensi jurnalis dan verifikasi kelayakan perusahaan media. 

Rektor Universitas Alma Ata Prof Dr Hamam Hadi menegaskan dialog kebangsaan ini sebagai ungkapan dan harapan yang tulus untuk bisa menghadirkan pemimpin yang bersih dan tangguh. Pemimpin yang  benar-benar bisa memenuhi tuntutan zaman. 

"Kita punya waktu dua tahun. Mudah-mudahan dialog ini bisa mengawali proses edukasi ke masyarakat menghadapi pemilu. Sehingga masyarakat memiliki

kecerdasan dan akhlak yang siap memilih pemimpin," tegas Hamam Hadi. 

Hamam juga menguraikan makin beratnya persoalan dalam negeri serta tantangan geopolitik internasional ke depan. Hal yang menjadi tantangan dan tugas berat bagi pemimpin yang nantinya terpilih di tahun 2024. 

Belum tahu siapa sosok yang pantas, bersih dan tangguh menghadapi tantangan di depan. Yang sudab muncul calon yang sebagian stok lama.

Yang diluncurkan oleh segelintir elite lama. 

gus-mus1.jpg

"Apakah yang sudah muncul itu sebenarnya pilihan masyarakat Indonesia?" kata Hamam. 

Ia lantas melanjutkan kalimatnya. Seperti menjawab pertanyaanya sendiri. 

Jangan-jangan rakyat sebagai pemilik kedaulatan sesungguhnya justru tidak tahu. Dan jangan-jangan yang sudah pasang baliho juga belum tahu tantangan berat sebagai pemimpin 

"Tantangqn geopolitik akan makin berat dihadapi Indonesia di masa datang. 

Jangan-jangan yang sudah pasang baliho itu, kalau tahu malah wedi (takut)... Maka pesen saya nek wedi aja wani-wani," tegas Hamam. (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda