Kembang Kertas Lereng Wilis Itu Mekar Kembali

Herutomo di tengah tanaman kakao yang mulai berbuah.(FOTO: istimewa)

COWASJP.COMDungus Forest Park, sejak pandemi bagaikan mati suri. Apalagi setelah Mbah Heru, sebagai perintisnya, meninggal dunia karena terkena Covid-19. Berikut catatan Santoso alias Akung Bondet, wartawan senior di Madiun.

***

DUNGUS  Forest Park, destinasi wisata hutan di lereng Gunung Wilis sudah beberapa waktu lamanya mati suri. Selain dihabisi masa pandemi, sang perintis, Herutomo, atau biasa disebut Mbah Heru, juga harus menyerah dihempaskan Covid-19. Mbah Heru wafat di tengah tekadnya membenahi kawasan hutan itu agar  bisa membuat ‘’wong cilik lereng Wilis melu gumuyu’’.

Dalam keterbatasan biaya, tak ada rotan ranting pun jadi. Itulah yang dilakukan Almarhum Mbah Heru ketika mulai mengelola Dungus Forest Park. 

Dengan memanen ranting belukar di hutan itu, Mbah Heru membuat sejumlah spot menarik untuk bermain anak-anak. Juga untuk selfie. 

‘’Ketika generasi kita kembali bersemangat dolan neng alas (bermain ke hutan) dan bercandaria di antara karya seni ranting belukar, itulah harapan dan kebahagiaan kita bersama,’’ begitulah Mbah Heru menyemangati tekadnya.

Mbah Heru saat itu sudah termasuk uzur, lebih 70 tahun, tapi ia begitu menyintai anak-anak. Dan mereka selalu menyebut dengan nama ‘’Mbah Heru’’. 

dungus3.jpgDungus Forest Park mulai disentuh kembali, tanaman bunga pun mulai disirami.

Dengan biaya sendiri, anak-anak sekolah pun diajak ke Dungus Forest Park.  Mereka dijemput. Seperti juga anak asuh saya di SDN 01 Mangunharjo. Siswa ekskul jurnalistik yang sekaligus sebagai pemain Kentrung Edukasi Esmasa, tentu saja senang bukan main. 

Siswa yang rata-rata termasuk keluarga pinggiran kota dengan ekonomi pas-pasan, pasti jarang rekreasi semacam itu. Pun anak-anak penyandang disabilitas di sebuah panti diajaknya serta.
Memotivasi anak-anak menyintai hutan, adalah salah satu tujuan Almarhum. Dengan  menjalin kerja sama dengan sekolah TK dan SD sekitar Kabupaten Madiun. 

"Manusia gembira dan  bahagia itu sederhana, ketika melihat generasinya telah kembali seneng dolan neng alas untuk bermain, bercandaria dan belajar dengan alam. Bersyukurlah kita berani memulai kawan,’’  kata Harry Tjahjono, sang adik, menyuplik ungkapan Mbah Heru.

Harry Tjahjono cancut taliwandha. Maka belukar dan ranting kering itu pun tampak semakin indah. Apalagi ditambah bunga-bunga kertas yang ditanam mbah Heru, juga bermekaran berwarna-warni.

Mbah Heru memang termasuk penggemar bunga kertas semacam itu. Setiap hari ia pun berangkat dari rumahnya di kawasan Klegen, Kota Madiun, menuju Fungus Forest Park, hanya sekadar menengok dan menyirami bunga-bunga kertas itu.

Bahkan ketika baru pulang dari rumah sakit setelah operasi prostat, mbah Heru sudah melangkah ke hutan kecilnya sekadar menyirami bunga-bunga kertas yang bertaburan di hutan sosial kecintaannya

dungus2.jpgPresiden Jokowi saat meresmikan Dungus Forest Park. (FOTO: istimewa)

Di masa pandemi Covid-19, mbah Heru  ternyata juga mengalami tekanan ekonomi yang lumayan berat. Tapi, ia menjalaninya dengan tetap berkarya, demi Dungus Forest Park. Dan ia tetap bersyukur. walau tempat wisata Dungus Forest Park masih mati suri karena Covid-19, tapi hasil panen coklat masih bisa membantu untuk renovasi gazebo dan musala menjelang bulan Ramadhan. 

Dungus Forest Park, diresmikan tanggal 6-11-2017 bersamaan kunjungan kerja Presiden Joko Widodo di Kabupaten Madiun. 

BUNGA KERTAS ITU MEKAR KEMBALI

Kini bunga kertas di lereng Wilis itu mulai mekar kembali. Harry Tjahjono, wartawan, seniman, dan budayawan yang tinggal di Jakarta itu menangis dalam hati, melihat ranting-ranting kering itu mulai rapuh dan kembang-kembang kertas itu semakin layu. ‘’Melihat kondisi itu saya tersentuh,’’ kata Harry Tjahjono kepada cowasjp.com.

dungus1.jpgHerutomo di tengah tanaman kakao yang mulai berbuah.(FOTO: istimewa)

‘’Idenya, saya mau bikin Omah Budaya Mbah Heru. Untuk museum/galeri dan diskusi seni budaya. Saya akan undang teman-teman seniman dari Madiun dan luar kota untuk mengisi diskusi dan pameran. Saya sudah sounding ke teman-teman dan responnya bagus. Nyuwun dukungan dan doa restunya. Dungus itu legacy Mas Heru. Saya hanya merawatnya saja,’’ ungkap Harry Tjahjono. 

Dan tekadnya itu di-support oleh teman-teman seniman di Madiun. Termasuk anggota Petarung Kehidupan Nusantara, besutannya itu.

Dilakukanlah kerja gotong royong anak, ponakan dan adik-adik mbah Heru. Semua  berdonasi untuk Dungus Forest Park. ‘’Kami hanya ingin merawat apa yang dulu Mas Heru bangun dan mimpikan," tuturnya.

Kini, sedikit demi sedikit bunga kertas di lereng Weilis itu mulai mekar kembali. Dungus Forest Park mulai dibenahi.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda