COWASJP.COM – Surabaya sebagai kota metropolis penduduknya makin padat. Hal ini terjadi akibat urbanisasi dari berbagai kota. Ini merupakan salah satu problem serius yang ditangani oleh Pemerintah Kota Surabaya.
Walikota Surabaya Tri Rismaharini yang sudah dua kali menjabat sebagai orang nomor satu di kota ini tak tinggal diam. Faktor keamanan saat ini menjadi tantangan bagi Pemkot Surabaya.
Bagaimana Ibu Walikota yang enerjik ini menyikapi faktor keamanan di wilayahnya? Salah satunya adalah menerapkan kerjasama yang erat antara unsur pemerintah kota, Polrestabes, dan Koramil se Surabaya. Kalau di tingkat kecamatan ada kegiatan rutin. Namanya cukup sederhana, yaitu Cangkru'an Kamtibmas.
Mereka yang terlibat dalam kegiatan ini adalah TIGA PILAR. Yaitu CKP (Camat, Koramil dan Polsek).
Bila kita simak Cangkru’an memang sebuah aktivitas yang sederhana. Namun hasilnya akan menelorkan solusi yang bermanfaat bagi warga kota Surabaya. Melalui kegiatan Cangkru’an ini menyerap berbagai informasi yang diperoleh dari kedua belah pihak, warga dan CKP. Selain itu, keluhan masyarakat bisa ditampung yang nantinya akan diakomodasikan masing-masing pihak terkait.
Model Cangkru’an ini dilaksanakan di tiap kecamatan di Surabaya. Tempat acara berganti dari kelurahan satu ke kelurahan yang lain. Kegiatan acara bisa di wilayah rukun warga (RW) yang telah ditunjuk oleh kelurahan atau pihak RW yang bersedia ditempati kegiatan Cangkru’an
Di Kecamatan Tendes, misalnya, Cangkru’an bulan ini dilaksanakan di balai RW 3 Manukan Kulon.
Acara tersebut diselenggarakan secara sederhana. Mereka yang hadir cukup duduk lesehan.
Cangkru'an malam itu dipandu Mas Boy, Ketua LKMK Kelurahan Manukan Kulon berlangsung gayeng. Hadir Danramil 0830/05 Mayor Inf Suwadi, Kapolsek Tandes Kompol Sofwan,
Bhabinkamtibmas kel Manukan Kulon, Bripka Johan Permana, Ketua RW 3 Bani Pranoton Spd, beserta staf dan warganya. Komunikasi dua arah berjalan lancar. Berbagai keluhan mengenai kamtibmas di Kecamatan disampaikan secara transparan, begitu juga masalah kos-kosan yang sering memusingkan perangkat RT/RW. Semuanya diceritakan secara terbuka.
Mayor Inf Suwadi mengatakan, bahwa menjelang pemilihan caleg nanti kita harus memilih calon sesuai dengan hati nurani. Kita sebagai warga dan calon pemilih dibaratkan sebagai wayang. “Kita jangan sampai dipermainkan oleh dalangnya. Jangan sampai kita dikeplek-keplek-kan oleh dalang. Nanti kita yang rugi”, katanya.
Di bagian lain, Suwadi yang lahir di Mojokerto ini mengajak pihak terkait untuk mendukung program walikota, yaitu operasi semi yustisi. “Kalau mau operasi ibaratnya akan perang. Dalam menjalankan operasi waktu dan sasaran harus tepat, agar target tercapai," tambahnya.
Baik Suwadi maupun Sofwan mengajak masyarakat di wilayahnya melaksanakan apa yang menjadi jargon yang telah disampaikan oleh Walikota Tri Rismaharini: “Ayo Jogo Suroboyo”. (*)