Sang Begawan Media

Jembatan Merah

Jembatan Keroncong (anak Sungai Mahakam) dicat kuning kembali. Sesuai kearifan lokal. (FOTO: Disway)

COWASJP.COM – Seingat saya, jembatan itu berwarna kuning. Sejak dulu. Kemarin saya melintasinya lagi. Kok sudah berubah. Menjadi warna merah. ”Pak bupatinya baru saja pindah partai. Masuk PDI Perjuangan,” ujar adik istri saya yang hari itu terpaksa  jadi ”sopir” saya.

Itulah jembatan ”Golden Gate” di Kaltim. Tepatnya di dekat Kota Tenggarong, ibu kota Kabupaten Kutai Kartanegara. Kampung kelahiran istri saya hanya 8 km dari situ.

Selama ini jembatan itu disebut ”Golden Gate”. Bukan hanya karena bentuknya yang mirip dengan Golden Gate yang di San Francisco. Juga karena warnanya selalu warna emas –gold, kuning. Sejak zaman dibangun pertama dulu –oleh bupati dari Golkar, Syaukani Hasan Rais. Sampai roboh total. Ambruk ke Sungai Mahakam yang luas dan dalam. Lalu, dibangun lagi oleh bupati Golkar berikutnya: Rita Widyasari. Putri Syaukani.

Warna jembatan yang baru tetap kuning. Pun ketika Rita ditangkap KPK dan masuk penjara. Bupati berikutnya tidak melakukan perubahan warna.

Pengganti Rita itu adalah wakilnyi: Edi Damansyah. Statusnya penjabat bupati. Selama dua tahun. Lalu, Edi maju sebagai calon bupati. Ia diusung sembilan partai. Terutama Golkar (13 kursi) dan PDI Perjuangan (7 kursi). Edi terpilih.

Akhir tahun 2021 Edi bikin kejutan: masuk PDI Perjuangan. Tidak lama setelah itu jembatan ”Golden Gate” diubah catnya: jadi merah.

Protes berdatangan. Tentu dari para lawan politiknya. Tapi, Edi bergeming. Pernah, malam-malam, ada yang mengubah cat jembatan itu. Diganti warna kuning lagi. Baru sebagian kecil yang bisa diganti. Malam keburu berganti pagi. Siang itu juga warna kuning tersebut diganti lagi dengan warna merah.

Jembatan itu menghubungkan Kota Samarinda dengan Tenggarong. Agar jarak tempuh lebih dekat. Dari dua jam menjadi sejam. Di zaman Syaukani dan Rita, perubahan Kota Tenggarong sangat nyata. Tapi, dua-duanya berujung di penjara. Syaukani sampai terkena stroke di penjara. Bertahun pula menderita. Tidak ingat siapa-siapa. Tidak pula bisa bicara. Lalu, meninggal dunia.

Rita kini menjalani hukuman di penjara Tangerang. Sudah lima tahun –dari 10 tahun vonis hakim. Di situ dia kumpul dengan mantan Gubernur Banten Ratu Atut Chosiyah. Juga, mantan Ketua DPRD Kutai Timur Encek Unguria Riarinda Firgasi. 

Encek ini adalah istri bupati Kutai Timur saat itu: Ismunandar. Hebat. Suami jadi bupati, istri jadi ketua DPRD. Hebat.

Keduanya ditangkap KPK. Soal suap anggaran infrastruktur daerah. Sang istri dihukum 7 tahun. Sang suami 5 tahun.

Sang istri memang sangat fenomenal. Encek nyaleg dari PPP. Terpilih. Partai Islam itu hanya mendapat dua kursi. Namun, ketika pemilihan ketua DPRD, Encek terpilih sebagai ketua. Dia membantah itu karena suaminyi menjabat bupati.

Rupanya Encek ”murka”. Saat menjabat ketua itu, dia terpilih pula sebagai ketua PPP Kutai Timur. Lalu, dia buktikan. Dalam pemilu berikutnya, PPP mendapat 12 kursi. Itulah kursi terbanyak PPP di suatu kabupaten.

Setelah melewati jembatan berubah warna itu, perjalanan saya sampai ke kampung kumuh. Yakni, di dekat gedung pertemuan modern yang dibangun Syaukani. Tidak jauh dari stadion megah yang juga karya Syaukani.

Di situ saya tertegun: kok masih ada jembatan yang warnanya tetap kuning. Yakni, jembatan anak Sungai Mahakam. Namanya Jembatan Keroncong. Di Desa Teluk Dalam. Di sebelah pompa bensin yang khas: antrean truknya selalu panjaaaaaaang. Setiap hari. Sejak lebih setahun lalu. Antre solar subsidi. 

golden-gate.jpg1.jpg1.jpgJembatan Keroncong pun kembali berwarna kuning. Tidak merah lagi. (FOTO: Disway)

Ternyata jembatan anak sungai itu juga pernah diubah menjadi merah. Hampir bersamaan dengan perubahan warna ”Golden Gate”. Tapi, malam-malam, warna jembatan anak sungai tersebut dicat lagi. Entah oleh siapa. Ups... Yang mengubah jelas: Remaong Koetai Berjaya (RKB). Yakni, organisasi pemuda lokal yang sebenarnya tidak berafiliasi ke Golkar.

Orang Tenggarong mengenal RKB sebagai organisasi yang bernaung di bawah Kesultanan Kutai. Ketuanya Hebby Nurlan Arafat. Ia mengaku warna kuning adalah kearifan lokal. Tidak ada hubungan dengan Golkar. Warna identitas Kesultanan Kutai adalah kuning. Masuklah ke keraton Kutai --yang kini jadi museum. Warna kesultanan itu dominan kuning. 

Remaong itu salah satu hewan gaib yang sakti, yang tunduk dengan Sultan Sulaiman. Dan nama remaong pun di jadikan gelar oleh beliau untuk panglima-panglima Kutai dan yang lain dari Kutai tapi berabdi suaka kepada Kerajaan Kutai (Tanah Kutai).

Oleh RKB, jembatan itu dicat kembali ke warna kuning. Seluruhnya. Mungkin karena mengecetnya tidak sulit. Jembatannya pendek. Tidak perlu tangga, apalagi scaffolding.

Ternyata sebenarnya pernah juga diubah menjadi warna merah lagi. Tapi, malam-malam diubah lagi dengan warna lama. 

Warna ternyata begitu pentingnya. Mengalahkan antrean yang tidak berkesudahan. Di dekat jembatan itu. Dan di semua pom bensin di sekitarnya. (*)

Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media.

Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul Senjata Yubo

Er Gham

Melihat aspek sejarah dan luasnya wilayah, rakyat Amerika tetap boleh memiliki senjata sebagai bentuk perlindungan. Namun, ada beberapa hal yang mungkin bisa menjadi pertimbangan: 

1. Hanya boleh memiliki senjata jenis pistol jika warga tinggal di perkotaan yang jarak rumahnya berdekatan. Tidak boleh memiliki senjata laras panjang. 

2. Senjata laras panjang hanya boleh dimiliki warga yang tinggal di kawasan pertanian atau peternakan yang luas. Atau di daerah terpencil. 

3. Melarang kepemilikan senjata jenis senapan serbu, seperti AR15, M16, M4, dan lain sebagainya. Para pembunuh masal selalu menggunakan senapan serbu dalam menjalankan aksinya. Karena peluru selalu siap terisi banyak dalam magazin. Tidak perlu diisi ulang setiap selesai menembak. 

4. Amunisi yang boleh diperjualbelikan adalah peluru karet. Peluru karet cukup efektif dalam menjatuhkan target sementara. Hanya memang senjata laras panjang boleh menggunakan amunisi peluru tajam. 

5. Membatasi usia pengguna dengan minimal usia tertentu, misal minimal 25 tahun. 

Hery Purnama

Ada kesamaan antara Amerika dan Indonesia. Sama-sama punya masalah yang sangat pelik. Hanya saja di sana soal senjata, di sini tentang minyak goreng. ????

Macca Madinah

NRA seharusnya bisa mencontoh IDI atau organisasi dg "pengakuan" kuat lainnya. Jadi siapa saja yg mau beli senjata harus ada surat rekomendasi atau harus anggota NRA. NRA uji setiap anggota, apa kompeten secara teknis maupun psikis untuk memiliki dan mengoperasikan senjata api. Btw, karena di sana siapa saja bisa punya senjata api, mereka jadi "tidak silau" dengan profesi "angkatan bersenjata", tidak seperti di sini hehehe, itu kali sedikit nilai plusnya.

Suharyanto

Ya Alloh.... Matur nuwun, Abah... Kejadian nun jauh di sono Dari 'ntah lah mengapa itu terjadi berulang' menjadi 'sesuatu yg penuh arti' Kisah haru pilu yg kek auto terjadi berulang - jginget kelakuan KKB Papua - hiks... Tulisan Abah bisa membedah spt kisah di depan mata Jadi begitu empati perasaan saya, pada smua pihak yg terlibat, smoga tidak terulang kembali Suwun, Abah... 

Mirza Mirwan

Sekadar meluruskan. Di alinea ke-dua Pak DI menyebut Ted Cruz sebagai anggota DPR -- House of Representative -- Partai Republik dari Texas. Itu keliru. Yang benar, Ted Cruz adalah Senator Partai Republik dari Texas. Senator lainnya adalah John Cornyn, juga dari Partai Republik. Saya yakin, Pak DI hanya salah tulis, karena keterbatasan waktu di tengah kesibukan beliau. Maksudnya, mungkin, "anggota Kongres Partai Republik dari Texas," ditulis "anggota DPR Partai Republik dari Texas." Kongres AS terdiri dari dua kamar: Majelis Rendah (House of Representative/DPR -- yang jumlah kursinya 435, dan Majelis Tinggi (Senate/DPD) yang jumlah kursinya 100 -- dua senator dari tiap Negara Bagian (State). Texas boleh dibilang kandang GOP -- Grand Old Party, sebutan sohor Partai Republik. Gubernurnya, Greg Abbott, dari GOP. Dua senatornya juga. Sebanyak 35 anggota DPR dari Texas, 23 di antaranya juga dari Republik. Oh iya, dalam Pilpres 2016 Ted Cruz ini pernah mengikuti pemilihan pendahuluan di GOP. Meski memenangi beberapa negara bagian, hasilnya ia kalah dari Trump. Itu saja. Tabik.

Akagami Shanks

Kalau di luar jam itu di buka semua hehe. Misal transaksi (LG) yang 2,250T per tanggal 18 Desember 2020 itu. Sampai kemudian (ARTO) di oseng-oseng ke Rp20.000 hanya dalam waktu kurang dari satu tahun saja. Pindah saku dari kantong siapa (LG) iya. Yang saya heran ini, dulu @DahlanIskan sepertinya melarang kalau perusahaan swasta ngutang sama BUMN. Yang @MTN itu. Ini kalau Telkomsel itu utang di konversi, atau bagaimana. Kok bisa ngutangin swasta, terus di konversi?. Saya nggak paham bagian ini.

Akagami Shanks

Dengan memiliki senjata maka orang yang jadi sasaran rampok bisa membela diri. Mereka juga tidak mudah merampok karena tahu kita pasti punya senjata untuk melawan. Kami tidak ada senjata pak. Mata kami saja di tutup satu kalau jam 9 - jam 15 

Ibnu Shonnan

Jika kita mampu memahami jalan pemikiran orang yang tidak setuju dengan kita. Maka, kita juga berpotensi menjadi juru bicaranya....hehe

Fauzan Samsuri

Bangsa dan yang lebih sempit lagi orang memiliki sejarah dan riwayatnya sendiri-sendiri, bagi orang seperti Ted Truz dan Trump; jalan untuk mencapai keamanan harus ditegakkan dengan senjata, sekan-akan tidak ada jalan lainnya, karena pengalaman hidup yang tersimpan dimemorinya memang demikian, padahal banyak negara yang aman tanpa senjata, mungkin Ted Truz juga lupa perampok bisa dengan mudah membeli senjata karena ada kebebasan kepemilikan senjata 

Yea A-ina

Om Aji @AS, menyisipkan tgl 12 Januari 2020 Mantri "sesuatu" yunior Abah Dis, mengkritik Telkom sbb "Enak jadi Telkom. Telkomsel (kasih) dividen, revenue Telkomsel digabung ke Telkom hampir 70%. Mendingan enggak ada Telkom. Langsung aja Telkomsel dimiliki oleh Kementrian BUMN. Devidennya jelas." : : Laba bersih Telkom 5ahun 2019 sebesar Rp 18,66 triliun. Sebagian besar memang di topang Telkomsel. dah cuma itu saja wkwkwk

musa st

Sudahlah... Abah nggak akan bahas Goto meski komentatornya non stop bahas itu. Soalnya kapan hari Pak ET kan mampir rumah Abah. Sungkanlah kalo bikin tulisan orang yang sudah pernah ke rumah beliau.. Hehehe *peaceABAH

Dracula Bns

Langkah pertama dan ketiga sangatlah tidak bijak, bisa jadi mereka adalah anak muda yang sedang belajar, baru lulus dan pengalaman di Disway adalah pengalaman pertama mereka bekerja di dunia nyata beserta belajar menghadapi problematikanya (termasuk saat membaca komentar seperti anda, karena sebagai IT enthusiast, saya tahu IT itu tidak gampang, kebanyakan learning by doing, tidak semua problem hanya tinggal searching, belum lagi perbedaan topografi dari sisi networking). Langkah kedua lebih bijak menurut saya, bagaimanapun mumpuni dan seprofesional apapun IT outsourcing , mereka pasti perlu bertanya kepada anak2 muda yg memegang disway saat ini agar bisa menganalisa lebih tepat problematika yg ada meskipun belum tentu juga mereka bersedia berbagi knowledgenya. Bayangkan kalau langkah ketiga diambil tanpa adanya support dari Tim IT yg saat ini menghandle Disway, bisa jadi website harus didown dulu untuk mencermati problem yg ada sebelum bisa dilakukan perbaikan cmiiw... 

Agus Suryono

ALTERNATIV PENGELOLAAN IT DISWAY YANG BISA DITEMPUH ABAH.. 1. Membiarkan dan mempertahankan tim IT yang sekarang bekerja, dengan tambal sulam dan tertatih-tatih memperbaiki kinerja sesuai tuntutan Abah dan para perusuh.. 2. Menyewa jasa outsourcing yang profesional untuk membereskan kekurangan selama setahun, sambil tim IT yang sekarang ada mendampingi tim outsourcing agar bisa belajar.. 3. Mengganti full tim IT yang sekarang dengan jasa perusahaan IT yang profesional.. @terserah Abah lah..

thamrindahlan

Kata pembuka disway hari ini sejatinya bukan nasehat Abah, namun lebih kepada penyadaran diri agar awak dan juga mungkin sobat komentator sesekali (lebih juga tidak apa) mencoba memahami jalan pikiran orang lain. Peringatan ini seiring dengan pepatah nenek moyang melayu bahwa perbandingan antara berbicara dengan mendengar 1 : 2. Artinya seperti jumlah telinga 2 maka patut disesuaikan dengan jumlah mulut yang satu itu. Banyak banyaklah mendengar setelah itu boleh berbicara atau kalau tidak lebih baik diam. Selain itu pesan tersebut mengisyaratkan jangan pula egois ingin memeng sendiri dengan jalan pikiran yang belum tentu benar seluruhnya. Soal senjata bebas di Amerika setelah membaca ulasan Abah , wajar saja mereka mempersenjatai diri dan keluarga agar ada rasa aman dari tindak kekerasan perampokan di kediaman. Paling tidak para begal dinegeri Paman Sam itu berpikir 3 kali sebelum melaksanakan niat mencuri. Paling tidak Donalt Trump agar longgar sedikit soal pemilikan senjata bebas tersebut hanya untuk orang dewasa saja. Soal batasan umur disesuaikan dengan kedewasaan psikologis seperti di Indonesia ketika seseorang warga sipil boleh saja memiliki senjata api asalkan lulus test segala macam dengan dilihat dari kepentingan. Usia tua tak membuat kemelut / Tetap bersinar miliki jiwa perwira / Makna dua telinga satu mulut / Banyak mendengar dari berbicara / Salamsalaman

Akagami Shanks

Mau mendengar pak, capek ngomel terus. Belum ada berita dari @wishnutama. Ayolah sampai ke publik. Terangkan kenapa bisa memiliki posisi seperti itu. Melanggar peraturan atau tidak, gitu. 

Budi Utomo

Suami istri punya pistol dan senjata api laras panjang. Demikan Abah bercerita. Tapi itu adalah masa lalu ketika imigran kulit putih mendarat di benua Amerika dan mendirikan koloni. Itu adalah era Wild Wild West ketika sipil berhak punya senjata konon untuk melindungi diri dari binatang buas. Dan suku-suku asli Amerika termasuk dalam kategori binatang buas. Intinya kulit putih menganggap diri mereka lebih superior. Mereka berhak merampok tanah suku-suku asli Amerika. America is land of free. Lebih tepatnya America land is free to rob. Itulah pola pikir White Supremacy yang masih bertahan hingga kini. Walau suku-suku asli Amerika sudah tinggal sedikit. Walau kulit hitam sudah tidak jadi budak. Namun mentalitas White Supremacy tetap survive. Dan bersatu di bawah Partai Republik. Bersatu di bawah Protestant. Untuk bersatu harus punya common enemy/musuh bersama. Kini migran Amerika Latin membanjiri USA. Mereka takut migran Katolik Roma ini bisa menjadi mayoritas sehingga Republik ingin membangun semacam tembok China. Musuh kedua adalah Tiongkok yang menggerogoti ekonomi USA. Kulit coklat dan kulit kuning adalah common enemy dari White Supremacy. Tak aneh bila kulit coklat dan kulit kuning umumnya menjadi kader Partai Demokrat. Itulah polarisasi sipil USA zaman now. White Protestant umunya Republik. Non White Non Protestant umumnya Demokrat. Is that American Dream?

agus budiyanto

Di desaku rakyatnya dilarang punya sejatai api, nanti gara gara ayam atau kucing berak di halaman tetangga, bisa saling tembak menembak.

Jimmy Marta

Medsos yg mentranformasi pola komunikasi masarakat bumi. Di us aplikasi yubo 79 jt anggota. Twitter 77 jt. Angka2 yg menggiurkan bagi dunia pariwara. Data sekarang begitu berharga. 150 jt us dollar atau Rp 2,1T itulah nilai denda kepada twitter. dituduh secara ilegal menggunakan data untuk urusan pariwara.

Nicko Kurniawan

Titip pesan buat admin disway. Saya buka pakai mozilla firefox banyak iklan bertebaran dan mengganggu membaca berita. Bukannya mementingkan agar berita enak dibaca tetapi seperti melihat iklan dibaliknya ada berita, atau seperti kue lapis 2 baris berita, kemudian iklan, kemudian 2 baris berita, iklan lagi dst nya

DeniK

Ini Amerika,Bung ! Disebut juga wild west land. Penjahatnya bukan kelas clurit ,mereka bergerombol dan berpistol seperti di film coboy. Jadi wajar kalau harus punya senjata. Budaya rakyat Amerika tidak suka Yang namanya kumpul kumpul.tanah mereka ratusan hektar hanya sendirian.

Lukman bin Saleh

Tdk usah jauh2. Suku Komering dan Madura kan juga gitu. Bawa sajam ke mana2. Pun suku2 d Papua yg membawa panah. Tp jangan d samakan dg senpi doong. D mana2 d dunia ini aturan kepemilikan senpi beda dg sajam. Pun d Amerika. Tetp ada aturan khusus. Krn semua sadar dampak dr senpi jauh lebih bahaya dr sajam...

donwori

mirip seperti kearifan lokal warga pulau Madagaskar yang suka bawa celurit kemana-mana. apakah pemerintah berhak melarang? padahal kejadian carok mencarok sudah sering terjadi. di Madagaskar.

Yoga The Iceman

narasi republikan seperti Trump biasanya "good guy harus dipersenjatai untuk melawan bad guy dng senjata". yg jadi pertanyaan apakah si good guy siap mengorbankan segalanya? si bad guy besar kemungkinan sudah mempersiapkan sebaik mungkin termasuk memakai vest anti-peluru. si good guy agak mustahil mau memakai vest anti-peluru setiap hari. belum kalau si good guy tertembak mati oleh si bad guy tanpa memberi dampak apapun thd situasi, dia sudah meninggalkan keluarga yg dicinta dan hasil usahanya selama dia hidup. resikonya terlalu tinggi, kalau saya jadi good guy di kasus itu, saya ga akan pernah siap, karena kemampuan dan resiko yg dihadapi.

doni wj

Akhirnya masuk, setelah percobaan ke 17.. wkwkwkw.. Untuk urusan demokrasi, teknologi, pendidikan, dan ekonomi, Indonesia harus belajar dari Amerika. Bagaimana jumlah penduduk itu menjadikan Amerika sebagai produsen sekaligus konsumen terbesar (walau disalip Cina) di dunia. Namun (setidaknya) untuk urusan pengurangan dan budaya setiap individu memegang senjata sebagai alat perlindungan diri, Amerika harus belajar dari Indonesia. Ada masa ketika setiap individu dewasa keluar rumah dengan menggunakan senjata. Umumnya keris, badik, belati, atau jenis senjata pendek lainnya. (Kakak ipar Abah Dahlan bahkan sampai kuliah di Jawa masih melakukannya. Karena kebiasaan di daerahnya). Tapi kalau ditanya formulanya, saya tidak tahu. Apakah ada unsur larangan dari pemerintah di era tertentu? Baik era kolonial maupun era pemerintahan paska kemerdekaan?

Yea A-ina

Jika kita mencoba pahami jalan pikiran orang lain yang tidak setuju dengan kita. Sewajarnya pula kita MAKLUMI atas hasil pemikiran ala US tersebut. Sebuah konsekuensi logis jika di negri paman Sam, berulang terjadi penembakan massal. Kita sebagai pembaca kabar tersebut cukup memaklumi saja. Pikiran kita memang seperti pilihan, apapun resiko dari buah pikiran hanya bisa dimaklumi saja.

Kang Sabarikhlas

Pete..pete.. angel temen tuturanmu.. tapi..anu...saya bukan golongan "yang setuju dengan kita"...saya ndak bisa bayangkan kalau suporter bola bebas bawa clurit...duh. Orang dah 'mampu' memang mikir jaga keamanan yang utama.. lha. saya nembak tikus aja gak tega. duh..kapan ya punya senapan..eh anu celengan...

DeniK

Om Donald. Akan lebih greget kalau mengeluarkan data korban perampokan senpi di Amerika pasti waw jumlah nya. Anak yang di urus nenek berharap seperti Spiderman besarnya. Mungkin Ramos belum sempat menonton nya. Negara tetangga Philipina senjata bebas ,jangan heran pejabat sekelas walikota punya bodyguard bersenpi lengkap.mereka ada di depan halaman kita.kriminalitasnya jangan di tanya bukan senggol bacok lagi .tapi senggol Dor !

Jimmy Marta

Hari selasa tanggal 31. Penghujung bulan. Diseputaran pns dulu ada istilah tanggung bulan. Mengacu pd kondisi dompet di minggu terakhir bulan. Saatnya dimana harus mampu menahan diri. Kalau sekarang komentator menyusut mungkin juga lagi menahan diri. Atau mencoba memahami pikiran orang yg tidak setuju. Demokrasi mengajarkan kita bebas berpendapat. Yang penting kita saling mennghargai. 

*) Diambil dari komentar pembaca http://disway.id

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda