Ruang Kebahagiaan Dokter Terawan

Danang Roesdiatmoko dan isteri tercinta. Bahagia setelah sembuh dari stroke berkat jasa dr Terawan Agus Putranto. (FOTO: Facebook)

COWASJP.COM – .Indonesiaku: Melihatku menangis di ranjang rumah sakit karena kondisiku tak membaik setelah 12 hari dirawat, istriku berusaha membesarkan semangatku, "Tenang Mas, pokoknya Mas Danang aku carikan dokter yang paling hebat..." 

Dalam pikiran istriku, dokter terhebat yang bisa membantu proses pemulihanku adalah Dokter Terawan Agus Putranto di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta dengan menggunakan metode DSA. 

"Padahal  saat aku bicara itu, uang kita sudah habis," kata istriku mengenang saat-saat krusial pada Februari 2019 itu. "Pokoknya yang ada dalam keinginanku saat itu adalah Mas Danang harus sembuh. Entah gimana nanti solusinya..."

Istriku segera menyusun rencana. Pertama yang dihubungi adalah adiknya yang berada di Jakarta.  Kebetulan ia kenal Dokter Terawan. Adik istriku mengirim pesan ke Dokter Terawan. Alhamdulillah kabar baik diterima. Dokter Terawan yang dikenal murah senyum dan penolong itu menyanggupi untuk membantu percepatan penanganan medis terhadap diriku. 

"Kakaknya segera dibawa ke Jakarta," ujar dr Terawan kepada adik iparku. Tapi tanpa diduga, rencana itu batal karena Terawan mendadak mendapat tugas negara dari Presiden Jokowi khusus membantu perawatan mantan Ibu Negara Bu Ani Yudhoyono yang terbaring sakit di Singapura. 

Waduuuhh. Pikirku,"Ini alamat aku bakal menunggu lama untuk menjalani perawatan di RSPAD." Dari berbagai sumber, kami mendapat kabar antrian Dokter Terawan sangat panjang. Bisa menunggu hingga lebih dari setahun. 

Tapi istriku tidak menyerah. Berawal dari curhat ringan kepada sahabat kami, kabar baik datang kembali.  Melalui bantuan sobat kami yang asli Betawi, kami mendapat lampu hijau segera diobati. Akhirnya di penghujung Februari 2019 aku dirujuk ke RSPAD menggunakan jalan  darat. 

"Kita beruntung Mas. Alhamdulillah. Biasanya pasien harus antri sangat lama, hingga tahunan untuk bisa ditangani di RSPAD. Kita hanya nunggu 3 hari sudah diminta berangkat ke Jakarta," tutur istriku sumringah. "Insyaallah Mas Danang segera ditangani..." 

Setibanya di ruang rawat inap RSPAD, tiga pria berpakaian militer mendekati ranjangku. Mereka memperkenalkan diri, lengkap dengan pangkat, nama dan spesialisasi ilmu kedokteran yang dimiliki. Mereka semua ramah, berstatus perwira menengah di TNI AD. Seorang di antaranya kemudian bertanya, "Obatnya dari Semarang dibawa?"  

danang2.jpgLega, bahagia dan penglihatan lebih terang pasca operasi. (FOTO: Facebook)

Istriku segera membuka tas dan mengangsurkan sekantong plastik berisi 16 jenis obat dari rumah sakit di Semarang. 

Diamatinya sebentar semua jenis obat, dan seorang dokter tegas mengatakan, "Untuk apa 16 jenis obat ini? Cukup pakai 3 jenis saja, yg lainnya buang." 

Kami terperangah, dan bertanya dalam hati, "Semua obat diresepkan dokter senior. Lha kok ternyata tidak diperlukan? Lalu obat sebanyak itu untuk apa ya.."

Setelah itu, proses pengobatan pra operasi kujalani. Operasi tidak bisa dilakukan jika kondisi sakitku belum memungkinkan. 

Di saat menjalani pemeriksaan sambil menunggu jadwal operasi, di beberapa bagian RSPAD aku melihat sejumlah tokoh teras partai politik, anggota DPR, pengusaha, dan artis beken berobat. Sebagian kuingat sebagai Sekjen Parpol, adik artis yang pernah diterpa gosip bersama seorang menteri era orde baru, dan Kepala Daerah. 

"Kamar yang ditempati Bapak ini kemarin diisi oleh Walikota. Sebagai warga Jawa Tengah, Bapak pasti tahu namanya," kata perawat.

BANYAK PASIEN LUAR NEGERI

 Pasien Dokter Terawan juga banyak yang berasal dari luar negeri. Di beberapa lokasi dinding rumah sakit yang kulewati saat menuju ruang kontrol, kulihat foto-foto pria berbaju tentara yang berbeda dengan militer Indonesia. "Itu rombongan tentara Vietnam yang berobat ke sini. Mereka banyak jumlahnya dan datang secara bergiliran," kata seorang petugas medis menjelaskan. 

Masuk hari H operasi, kami antri di ruang tunggu seperti pasien beserta keluarga  lainnya. Berdasar info dari tim medis, dalam sehari kerja, sedikitnya 50 pasien masuk ruang khusus operasi. 

Pada satu kesempatan, istriku mengobrol dengan pria asal Papua yang berdomisili di Jakarta. Dia berkisah, sudah berulangkali mengantar pejabat Papua berobat ke RSPAD layaknya guide. Dia mengaku, awalnya tahu tentang Dokter Terawan saat membawa keluarganya berobat ke manca negara. Dia berpikir, pengobatan di luar negeri lebih baik kualitas dokter maupun alatnya dibanding pengobatan di dalam negeri. Tapi bukannya segera ditangani,  sesampai di sana (luar negeri) tim medis malah mengatakan, "Kenapa kok dibawa ke sini? Dokter terbaik untuk pengobatan sakit ini ada di negara Anda, Dokter Terawan..." 

RUANG KEBAHAGIAAN

Dia pun membawa kembali keluarganya ke Jakarta menuju RSPAD. Sambil sesekali menengok ke arah ruang operasi, pria itu berkata lagi, "Banyak orang menyebut Ruang Tunggu ini sebagai Ruang Kebahagiaan. Semua yang di sini memiliki harapan besar untuk sembuh. Harapan untuk pulih dan hidup normal kembali. Mereka gembira menyambut keluarga mereka yang keluar ruang operasi.."

Tiba giliranku, tidak lebih dari 15 menit operasi yang kujalani rampung. Cukup singkat dan tidak terasa sakit sama sekali. Tim medis hanya membuka sedikit bagian di sekitar selangkanganku, sekitar 5 milimeter, untuk memasukkan selang kecil yang berfungsi menyemprotkan cairan ke pembuluh darah di otak yang mengalami penyumbatan. 

Selama operasi, kondisiku sadar sepenuhnya. Aku ditangani dokter muda lulusan Jerman. Saat aku dioperasi; istri, adik, kakak, dan sahabat kami bisa menyimak keseluruhan prosesnya dari layar komputer di ruang tunggu. 

danang1.jpgSaat operasi dilakukan akhir Februari 2019.(FOTO: Facebook)

Alhamdulillah operasiku lancar. Saat aku didorong keluar operasi, suasana gembira segera memenuhi hati kami semua. Aku apalagi. Aku melihat sekelilingku lebih terang. Seterang harapanku. 

"Salah satu efek dari operasi ini adalah membuat pandangan pasien lebih terang," tutur dokter. 

Menurutku, sungguh tepat ruang tunggu operasi pasien stroke di RSPAD Gatot Soebroto Jakarta itu dijuluki Ruang Kebahagiaan. Ruang Kegembiraan. Ruang penuh harapan dan syukur berkat kinerja  Dokter Terawan dan tim medis RSPAD.  

Hanya 2 hari pasca operasi, pada awal Maret 2019 kami diijinkan pulang ke Semarang dengan jalan darat tanpa sempat bertemu sedetik pun dengan Dokter Terawan yang sibuk merawat Bu Ani. Padahal aku ingin sekali menyapa, bersalaman, dan mengucap terimakasih. Tiga tahun kemudian, di akhir Maret 2022 saat kisah ini kutulis; aku sedang   bersimpati kepada Dokter Terawan. Sang Penolong banyak orang yang hampir kehilangan harapan hidup itu malah direkomendasikan dipecat dari IDI...(*

PENULIS: DANANG CAHYO ROESDIATMOKO, Mantan Wartawan KOMPETISI, Jawa Pos Group dan Wartawan TRANS TV.

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda