Gus Yahya Ajak Khofifah dan Alissa karena Memang Dibutuhkan

Alissa Wahid (kiri) jago lobi, Khofifah Indar Parawansa jago teknokrasi. (FOTO: jateng.tribunnews.com)

COWASJP.COM – SURABAYA. Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) KH Yahya Cholil Staquf menjelaskan dengan tegas, mengapa dua wanita tokoh NU didaulat mengemban jabatan Ketua PBNU. 

Dua wanita tokoh NU tersebut adalah Gubernur Jatim  Khofifah Indar Parawansa dan Puteri Gus Dur: Alissa Wahid. 

"Kedua tokoh wanita ini didaulat mengemban amanah sebagai Ketua PBNU adalah karena faktor kebutuhan. Bukan karena keduanya perempuan," tegas KH Yahya Cholil Staquf. 

"Beliau-beliau ini kita ajak bergabung di PBNU karena kita butuh. Bukan karena kedua beliau perempuan. Kalau sekadar perempuan mungkin saya bisa ajak istri saya masuk PBNU," ujar Gus Yahya saat Silaturahim PBNU, Pengurus Wilayah Nahdlatul Ulama (PWNU) se-Indonesia, dan Gubernur Jawa Timur Hj Khofifah Indar Parawansa di Gedung Negara Grahadi, Jalan Gubernur Suryo, Surabaya, Jawa Timur, Rabu (16/2/2022) malam.

Kebutuhannya pada sosok Khofifah tidak lain karena cita-cita kebangkitan NU di bidang teknokrasi. Gus Yahya mempercayai Gubernur Jawa Timur Khofifah Indar Parawansa sebagai sosok yang paling memahami, mengerti, sekaligus berpengalaman di bidangnya.

Jatuhnya pilihan kepada Khofifah untuk menjadi perempuan pertama sebagai Ketua PBNU bukan karena terdorong oleh kesetaraan gender. Sebagaimana digembar-gemborkan banyak orang. Lebih dari itu, Gus Yahya melihat potensi perempuan kelahiran Surabaya, 19 Mei 1965 itu tidak ada yang melampauinya. Dalam bidang teknokrasi. 

"Tidak ada yang berpengalaman lebih baik dalam bidang ini selain Khofifah," kata mantan Jubir Presiden ke 4  Gus Dur itu.

Sebagaimana diketahui, Khofifah sudah menjadi Menteri Negara Pemberdayaan Perempuan pada usianya yang baru menginjak 34 tahun di era Kabinet Persatuan yang dipimpin oleh Presiden KH Abdurrahman Wahid. Gus Yahya menceritakan, Gus Dur mengatakan bahwa jika orang NU hendak masuk di wilayah eksekutif, setidaknya harus memiliki pengalaman tiga periode di legislatif. Namun, hal tersebut tidak berlaku bagi seorang Khofifah.

Oleh karena itu, Gus Yahya meminta Khofifah secara khusus untuk berkeliling Indonesia dalam rangka melatih PWNU se-Indonesia mengenai teknokrasi. 

"Bu Khofifah akan kita minta berkeliling Indonesia mengajar PWNU se-Indonesia tentang bagaimana mengelola membangun teknokrasi di dalam Nahdlatul Ulama," ujarnya.

Hal ini sangat penting mengingat perlunya membangun NU dengan sistem ala pemerintahan (governing NU). Gagasan ini ia tulis dalam bukunya yang berjudul: Perjuangan Besar Nahdlatul Ulama (PBNU). "Mengelola NU laksana pemerintahan," kata Pengasuh Pondok Pesantren Raudlatut Thalibin, Leteh, Rembang, Jawa Tengah itu.

Beda NU dengan pemerintahan adalah anggotanya yang hanya terikat sebagai kewargaan atau rekanan (fellowship), bukan kewarganegaraan (citizenship). Perbedaan lainnya, NU tidak memiliki wilayah teritori sebagaimana negara.

NU.jpgAlissa Wahid (kiri) jago lobi, Khofifah Indar Parawansa jago teknokrasi. (FOTO: jateng.tribunnews.com)

Apalagi di masa kepemimpinannya yang baru berjalan ini, Gus Yahya sudah membuat berbagai kerja sama yang bisa diturunkan ke tingkat wilayah, cabang, hingga majelis wakil cabang (MWC). Ia menyebut kerja sama dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) terkait berbagai hal. Seperti peremajaan kebun sawit rakyat dan kehutanan sosial sekurangnya bisa diturunkan ke 130 cabang. 

Dengan Kementerian Kelautan dan Perikanan, PBNU telah menandatangani kerja sama membangun 90 titik kampung nelayan.

10.000 WIRASANTRI DAN 250 BUMNU

Di Bangkalan, Kamis (17/2/2022), PBNU akad kerja sama dengan Kementerian Koperasi dan Usaha Kecil Menengah (UKM). Kerja sama dengan kementerian tersebut ditargetkan minimal dapat mencetak 10.000 orang wirasantri dalam satu tahun. 

Di tempat dan waktu yang sama, PBNU juga akan membangun kerja sama dengan Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) untuk menciptakan 250 Badan Usaha Milik Nahdlatul Ulama (BUMNU). Diharapkan setiap cabang dan wilayah masing-masing memiliki BUMNU.

Agar kerja sama itu tidak berhenti di tanda tangan, Gus Yahya menegaskan pentingnya membangun teknokrasi di tubuh NU. Di sinilah pentingnya kehadiran Khofifah yang sangat dibutuhkan untuk mewujudkan cita-cita itu.

Sementara itu, Alissa Wahid dipilih karena kompetensinya dalam membangun kerja sama. Gus Yahya menyebut bahwa akad kerja sama yang telah disebutkan di atas merupakan kerja keras dari sosok putri sulung Gus Dur itu.

"Penggalangan kerja sama dengan berbagai pihak sampai sejauh ini sebagian besar ini adalah kerja keras dari Bu Alissa Wahid," pungkasnya.(*)

Pewarta : Imam Kusnin Ahmad
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda