Mengenang Almarhum Margiono (1)

Bos MG Mendirikan IQRA Sambitan

Gedung IQRA Sambitan. (FOTO: Abu Muslich)

COWASJP.COM – Tahun 2011 itu, saya sudah pensiun sebagai wartawan Jawa Pos. Saya diajak bertemu Bos di Surabaya. Sewaktu di Jawa Pos dulu, teman-teman wartawan kalau menyebut Bos, berarti yang dimaksud adalah Haji Margiono. Mantan Plt Pemimpin Redaksi Jawa Pos, Kabiro Jakarta Jawa Pos, dan CEO Grup  Rakyat Merdeka

Ada juga yang memanggil Bos MG. Kalau Pak Bos, berarti yang dimaksud adalah Pak Dahlan Iskan, mantan CEO Jawa Pos Group

Bos MG bercerita akan mendirikan lembaga keagamaan, di kampung kelahirannya, di Desa Sambitan, Kecamatan Pakel, Tulungagung.

Saya disuruh membantu menangani lembaga keagamaan ini. Waktu itu saya menjawab, bahwa sebenarnya saya mau fokus mencari uang, kok malah disuruh mengurusi orang ngaji. 

“Urusan rejeki nanti yang ngatur Gusti Allah, “ ujar Bos Margiono.

BACA JUGA: Gus Margiono​

Alhamdulillah, akhirnya saya bersedia dan ikut  menangani lembaga kegamaan yang didirikan Bos MG tersebut. Lembaga keagamaan ini diberi nama IQRA, kepanjangan dari Institute Quran Reading Application. Harapannya, lembaga ini akan menjadi tempat belajar Alquran, belajar arti dan kandungan Alquran, menggali ilmu yang ada dalam Alquran, sekaligus mengamalkannya. 

Dalam mengelola Lembaga IQRA ini, saya bersama Pak Haji Sholeh, Mas Agus Sucipto, Pak Gito dan lainnya. Semua masih ada ikatan keluarga dengan Bos MG.

“Munculnya ide mendirikan IQRA itu spontan. Sesaat saja. Kalau ada ide baik itu, langsung diwujudkan saja. Tak perlu dipikir panjang.  Bagaimana jadinya, Gusti Allah pasti memberi pertolongan”, kata Bos MG kala itu.

Idenya sederhana. “Saya ingin ada tempat berkumpul yang mengomongkan tentang agama. Tidak hanya ngumpul omong-omong biasa. Tidak sekadar ngumpul omong-omong kehidupan sehari-hari. Tidak ngumpul ngomongne  adu pitik (membicarakan adu ayam), main remi, main kartu. Tidak hanya seperti itu. Wong lek ngumpul yo ngaji, paling ndak ngrungokne wong ngaji. (Orang kalau kumpul ya mengaji, setidaknya mendengarkan orang ngaji). Memulai itu dari yang sederhana saja. Itu cita-cita IQRA, “ tambah Bos MG.

BACA JUGA: Margiono Yang Saya Kenal​

Betapa terkejutnya saya, ketika tiba di Sambitan, ternyata sudah berdiri gedung megah dan indah. Pembangunan gedung IQRA dikerjakan dalam waktu hanya sekitar 3 bulan, menghabiskan dana sekitar Rp 1 miliyar. Dibangun dua lantai, terdiri dari aula yang menampung 250 jamaah, 4 ruang kelas, 1  ruang direksi, 1 kamar tamu dan perpustakaan, serta 5 kamar mandi.

IQRA1.jpgTahlilan mendoakan Bos MG di Mushalla IQRA Sambitan, tadi malam. (FOTO: Abu Muslich)

Tanggal 5 Desember 2011, IQRA dibuka kegiatannya dengan menggelar Semaan Alquran Jantiko Mantab. Dihadiri para Masyayikh Pondok Pesantren Al-Falah Ploso, Kediri dan ribuan jamaah. 

Waktu itu, saya termasuk orang yang khawatir, bagaimana kalau gedung megah yang sudah terlanjur dibangun itu ternyata tidak banyak orang yang mau datang mengaji? Kekhawatiran ini tidak berlebihan. Ada beberapa kasus, lembaga pendidikan sarananya lengkap dan bagus, dibangun terlebih dulu. Giliran operasional, jamaah yang belajar di tempat tersebut tidak banyak. 

Di samping itu, lingkungan Desa Sambitan, masyarakatnya kebanyakan tergolong kalangan Islam abangan.

Ternyata, kekhawatiran saya tidak terbukti. Minggu pertama ketika dibuka pendaftaran pembelajaran baca Alquran, yang daftar sekitar 25 orang. Namun, minggu-minggu selanjutnya, jamaah yang daftar terus mengalir, banyu mili (bak air mengalir). 

Ketika dimulai, telah terdaftar sebanyak 325 orang jamaah. Usianya, mulai 27 tahun sampai yang paling sepuh 75 tahun. Dengan beragam latar belakang pendidikan dan profesi. Ada yang petani, pedagang, guru, pegawai swasta, seniman, perangkat desa, tokoh masyarakat, bahkan pejabat. 

Mereka juga berlatar beragam ormas keagamaan. Ada NU, ada Muhammadiyah, ada jamaah shalawat Wahidiyah, ada pengamal Thariqah Qadiriyah Naqsabandian dan ada jamaah Thariqah Sadziliyah.

Mereka tak hanya berasal dari Desa Sambitan, tapi dari berbagai desa di Kecamatan Pakel, Kecamatan Bandung, Kecamatan Besuki, Kecamatan Campurdarat, Kecamatan Durenan, sampai Kecamatan Watulimo yang jaraknya sekitar 20 Km dari IQRA Sambitan. Sungguh tak disangka sambutan masyarakat sangat baik. 

Dua kecamatan terakhir masuk wilayah Kabupaten Trenggalek. 

Bagi yang sudah bisa baca Alquran, mereka dites bacaannya. Kemudian dibagi per kelas, sesuai dengan tingkat kemampuan baca Qurannya. Yang bacaannya bagus, ditarik menjadi ustadz dan ustadzah yang di IQRA disebut mudabbir dan mudabbirah. Tentu saja, setelah diberi pembekalan, terutama metode pembelajaran dasar baca Alquran.

IQRA2.jpg

IQRA Sambitan mengkhususkan untuk melayani jamaah dewasa. “Kalau TPQ dan TPA kan sudah banyak, tempat belajar Al-Qur’an anak-anak. Tapi tempat belajar untuk orang dewasa belum ada. Maka kita pun menyiapkan untuk belajar Alquran bagi jamaah dewasa,“ kata Bos MG yang lahir pada tanggal 31 Desember tahun 1960 ini.

Jadi tepatnya beliau meninggal dunia di usia 61 tahun di Jakarta, 1 Februari 2022.

Belajar membaca Quran di IQRA Sambitan memiliki metode tersendiri. Tidak menggunakan metode IQRA yang selama ini dikenal, seperti metode IQRA’ yang berpusat di Jogjakarta, metode Umi, atau metode Usmani. Methode khusus yang diterapkan di IQRA mengunakan yang dalam istilah psikologinya, banyak menggunakan otak kanan. Sehingga mudah.

Jika belajar dengan metode lain, seperti Metode Umi atau Metode Usmani harus menamatkan 6 jilid buku dulu baru belajar Alquran. Kalau di IQRA Sambitan, mulai dari nol, hanya dibutuhkan 12 kali pertemuan sudah langsung diajari Alquran. 

“Banyak jamaah sudah sepuh belajar ke IQRA Sambitan, karena kalau belajar Quran dari nol di kampungnya, mereka malu, “ kata Ustadzah Istinganah, salah seorang pengajar di IQRA Sambitan.

Istimewanya, banyak kyai mushalla dan masjid datang ke IQRA, ngaji memperbaiki bacaan Qurannya. “Saya salut, banyak bapak-bapak kyai memiliki hati tawadlu’, rendah hati. Beliau-beliau itu mau datang ke IQRA belajar memperbaiki bacaan Qurannya. Maaf, biasanya kalau di lingkungannya sudah dipanggil kyai gengsi untuk belajar Quran, “ kata Ustadz Asnawi, salah seorang ustadz pengajar di IQRA yang lain.

IQRA3.jpgPara pengurus, ustadz dan ustadzah IQRA Sambitan. (FOTO: istimewa)

Pembelajaran Alquran dilaksanakan setelah shalat asar dan isak. Agar efektif, Pembelajaran Quran dibagi per kelas dengan jumlah jamaah 10 sampai 15 orang.

Untuk pembinaan para ustadz dan ustadzah di IQRA, dibimbing dari Jamiatul Qura’ wak Khufadz Kabupaten Tulungagung, yang dipimpin KH. Turmudzi. 

Melengkapi kegiatan keagamaan di IQRA, juga ada program one day one Juz Alquran, menghafal Alquran, setiap hari hataman Alquran, maca Quran angen-angen sakmaknane (membaca Quran dan maknanya), dan pengajian umum setiap Ahad pagi.

Program one day one juz adalah semaah Alquran setiap hari 1 juz.  Dibaca setelah subuh setengah juz, bakda magrib setengah juz secara tartil. 

Para pembacanya dipilih para ustdaz dan ustdzah yang selain bacaannya sudah bagus, suaranya merdu dan lagunya indah.

Untuk memperluas wawasan keagamaan jamaah IQRA, setiap Ahad pagi diselenggarakan pengajian. Kegiatan dimulai jamaah subuh, diteruskan semaan Alquran setengah juz di Mushalla IQRA. 

Jamaah kemudian pindah ke aula, untuk talilan berjamaah mendoakan para orang tua jamaah IQRA yang sudah wafad. Yang menjadi imam adalah para ustadz secara bergantian. Disambung dengan jamaah shalat dua 4 rakaat. 

Untuk menyegarkan suasana, sebelum pengajian dimulai Group Rebana Al-IQRA mendendangkan beberapa lagu shalawat. Tepat jam 06.00, pengajian dimulai. Para mubaligh yang diundang pengajian di Majelis Taklim IQRA, mulai tingkat kabupaten sampai nasional.

Di antaranya, Prof. DR. Yusril Ihza Mahendra dari Jakarta, Prof. DR. Imam Suprayugo, dari Malang, Prof. DR. Muhammad Sholih (praktisi terapi shalat tahajut) dari Kediri, DR. KH. Saat Ibrahim (Ketua Muhammadiyah Jawa Timur), KH. Anwar Iskandar dari Kediri, KH. Lukman Syafii dari Blitar, KH. Muhsin Ghazali (pengasuh PP. Bolu, Tulungagung), KH. Saerozi (Lamongan), KH. Sukanan Assidiq (praktisi shalat khusuk dari Surabaya), dan Prof. DR. KH. Hasyim Nawawi.

IQRA4.jpgDESAIN GRAFIS: Rakyat Merdeka.

Program terbaru di IQRA adalah Sekolah Tilawatil Quran untuk anak-anak dan remaja. Mereka berasal dari desa-desa di Kecamatan Pakel, Campurdarat, Bandung, Besuki, Durenan dan Watulimo, Trenggalek.

Tilawah Alquran ini dibimbing KH. Turmudi, Ustadz Ali Sodikin, Ustadz Damanhuri, Ustadz Mashuri, Ustadzah Siti Munawarah, Ustadz Asnawi, Ustadz Ahmad Budiono dan Ustadzah Nihayatus Sholihah. Beberapa kali juga mendatangkan Juara MTQ Internasional, Ustadzah Nur Khoiriyah dari Gresik, untuk memberikan pelatihan dan motivasi para santri program tilawatil Quran IQRA. 

Banyak orang tua yang semangat menggebu agar putra putrinya belajar tilawah. Ada juga anak bacaan Qurannya belum baik sudah belajar tilawah. “Anak-anak yang bacaan Quran-nya belum baik, kita kelompokkan mereka di kelas tersendiri. Kita perbaiki dulu bacaannya. Setelah nanti bacaan baik, tajwid dan makharijul huruf-nya baik, baru kita bimbing tilawahnya, “ kata Kyai Turmudzi.

PRINSIP BOS MG

Ada satu prinsip yang ditanamkan Bos MG kepada kami para pengurus, ustadz dan ustadzah. Yaitu, berapa pun jumlah jamaah yang ngaji, tetep harus dibimbing. “Kalau jamaah yang datang 10, diulang (diajari) . Kalau yang datang 7, diulang. Kalau yang datang satu, tetap diulang. Kalau jamaah tidak ada yang datang, ustadznya ngaji sendiri”, tegas Bos MG. 

Prinsip tersebut kami pegang teguh, sehingga bisa terus istiqomah. Termasuk ketika ada pendemi Corona beberapa waktu lalu. Majelis Taklim IQRA Sambitan harus diliburkan dua tahun lalu. Sebenarnya tidak pernah libur. Karena setiap Ahad pagi, saya bersama dua atau tiga ustadz, datang ke IQRA. Kami tahlil, shalat duha, dan ngaji sendiri.

Untuk menunjang kelancaran semua kegiatan IQRA, setiap bulan membutuhkan dana yang tidak sedikit. Pada awal-awal berdirinya IQRA Sambitan, kebutuhan operasional IQRA mencapai puluhan juta, di-back up penuh oleh Bos Margiono.

“Semua rejeki dari Allah. Rezeki itu ada yang sumbernya jelas, ada yang kadang-kadang datang tiba-tiba, dan kadang tidak disangka-sangka. Saya merasakan, rejeki yang tidak disangka-sangka itu sering kali datang pada saya. Dan itu rezeki dari Allah, sumbernya dari Allah. Dari orang yang baik, yang sama-sama berjuang dengan saya, mungkin suatu saat dari orang-orang yang pernah kita bantu atau kita tolong. Dalam kehidupan saya mungkin lebih banyak dari rezeki yang tidak disangka-sangka,” jelas Bos MG.

IQRA5.jpgSaat pemakaman Almarhum Bos MG. (FOTO: liranews.com)

Berapapun besarnya penghasilan usaha Bos MG, ditambah bantuan-bantuan para teman dan koleganya, tetap saja kadang juga mengalami keterlambatan. Terhadap hal ini, dia mengajak para ustadz, ustadzah, pengurus IQRA dan jamaah, agar terus bersemangat.

“Uang itu kadang ada, kadang tidak tepat waktu, kadang datang terlambat, kadang ada tapi tidak cukup, kadang-kadang kurang. Itu biasa saja. Tapi dalam kehidupan kalau kurang ndak apa-apa. Agama itu ndak boleh lemah karena itu. Kalau lebih juga ndak usah terlalu bergembira. Maksud saya gini, memberi pandangan bahwa perjuangan agama itu tidak harus uang. Yang diutamakan tekad, karena banyak orang yang mampu tapi tidak mau melakukan. Belum tentu saya lebih kaya dari mereka yang banyak rezeki dari Allah, tapi saya ya berani. Wong demi kebaikan kok ndak berani. Teman-teman juga saya ajak begitu, karena uang bukan satu-satunya ukuran, “ jelas mantan ketua umum PWI Pusat ini.

Pasang surut kegiatan IQRA adalah kewajaran dalam dinamika sebuah perjalanan perjuangan. Sebagai ujian, sebagai proses pendewasaan. Beberapa tahun terakhir, kami para pengurus IQRA Sambitan mulai dilepas. Kami mulai belajar mandiri. Dengan dana infaq para jamaah, alhamdulillah seluruh kegiatan IQRA  tetap berjalan secara istiqomah.

Kini, meski Hari Selasa Pon, tanggal 1 Februari 2022, Bos H. Margiono dipanggil menghadap Ilahi Rabbi, insya Allah IQRA Sambitan akan terus istiqomah pada kegiatan keagamaannya. Semoga semua ini akan menjadi amal jariah yang pahalanya terus mengalir sampai kepada beliau. Amin. Alfatihah ..... ! 

Alfatihah .....! (*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda