Ada Pasukan Semut Menyemut di SDN Banjarejo

Siswa menunjukan hasil olahannya.(FOTO: Santoso)

COWASJP.COMDi Kota Madiun, sebenarnya SDN Banjarejo tidak termasuk sekolah unggulan. Bahkan kalau dilihat lokasinya termasuk pinggiran. Tapi sekolah ini tak mau kalah dengan yang lainnya. SDN Banjarejo sekarang berpredikat sebagai Sekolah Adiwiyata Nasional. Berikut laporan Santoso, wartawan senior di Madiun.

***

Pagi-pagi sekali, ketika siswa mulai berdatangan, ada yang  merunduk-runduk di halaman sekolah. Mereka mengambil dedaunan yang jatuh bertebaran tertiup angin.  Satu demi satu diambil dan dimasukkan kantong plastik.  

Itulah pasukan semut, yang dibentuk oleh Pak Agung Priyono, Kepala Sekolah SDN Banjarejo. 

Pasukan semut dibentuk memang untuk menjaga kebersihan lingkungan sekolah. Bukan hanya daun, namun juga sampah lainnya. Kebiasaan itu ternyata berimbas. Teman-teman mereka yang lain, yang tidak termasuk pasukan semut pun ikutan. Sehingga halaman sekolah itu tampak bersih, kapan saja.

Tak heran kalau akhirnya SDN Banjarejo berhasil meraih predikat SEKOLAH ADIWIYATA tingkat nasional.

Meski termasuk sekolah  pinggiran, namun  berkat tangan dingin pak Agung Priyono S.Pd keberhasilan pun diraih.  Padahal dia baru ditugasi menjadi Plt Kepsek di situ bulan Agustus 2021 lalu. Tapi, Pak Agung langsung melakukan gebrakan. Ia dibantu para guru di SD itu pun cancut taliwanda (turun tangan langsung) untuk meningkatkan predikat dari sekolah Adiwiyata tingkat provinsi untuk naik tingkat nasional. Tak sia-sia, Pak Agung yang dikenal sebagai spesialis Adiwiyata itu pun mampu membawa SDN 01 Banjarejo mencapai prestasi spektakuler. 

SDN-Banjarejo.jpg1.jpgAgung Priyono S,Pd. Plt Kepsek Banjarejo. (FOTO: Santoso)

Kini tinggal 1 jenjang lagi yang masih harus diperjuangkan. Yakni sekolah Adiwiyata Mandiri.

Bersama para guru disiapkan siswa pembelajaran lapangan, menyintai dan mengenal lingkungan hidup. Siswa dikenalkan cara melestarikan lingkungan dengan  menggunakan media yang ada di lingkungan sekolah. 

Siswa tak hanya mendapatkan teori. Tapi juga praktek langsung. 

Tak hanya pasukan semut, pun dibentuk beberapa kelompok kerja (pokja). Di antaranya yang menonjol adalah  pokja sayuran dan  buah-buahan. Dari mulai proses penanaman, perawatan hingga panen. Juga hasil produksinya  nanti mau diapakan. 

Termasuk  mengemas dan menjual hasil kebun mereka. 

Uang hasil penjualan dibelikan sapu, kemoceng (pembersih debu) atau apapun untuk menunjang kegiatan pembelajaran, khususnya tentang kebersihan lingkungan. 

Selain itu ada juga Pokja rempah dan obat herbal. Misalnya serai dijadikan minuman. Siswa dikenalkan mulai penanaman hingga dijadikan minuman sehat. Tak hanya sekadar membuat, namun sampai siswa mampu menjelaskan sejak menanam sampai produksinya.

SDN-Banjarejo.jpg4.jpg

Sedini mungkin anak-anak dibiasakan  mandiri, gotong royong dan menyintai lingkungan serta berjiwa sosial tinggi. Untuk mendukung semua kegiatan siswa agar lebih berkembang dan berkualitas serta berkarakter, Pak Agung tidak segan -segan mengundang paguyuban wali murid untuk berdiskusi. Luar biasa antusias wali murid dalam  mendukung kegiatan anak -anak. 

Seperti saat Maulid Nabi Muhammad. Sekolah mengajak anak berbagi bersama anak yatim  piatu. Dengan senang hati para wali murid banyak yang menyumbangkan rejeki mereka. Baik berupa uang atau sembako. Dan hasilnya dikumpulkan kemudian disumbangkan ke 6 panti asuhan yang ada di Kota dan Kabupaten  Madiun.

BONUS MASA JABATAN

Agung Priyono S.Pd termasuk  kepala sekolah yang berprestasi. Awalnya dari SDN Sogaten, sekolah pinggiran yang dulu masuk wilayah kabupaten. Instinknya bicara bahwa sekolah itu bisa dikembangkan. Padahal SD Sogaten waktu itu belum seperti sekarang ini. Masih merintis. Kemudian tahun 2012 satu-satunya yang ikut program Adiwiyata di Kota Madiun hanya 1, yaitu SMPN 7. ‘’Wah ini bagus untuk mengembangkan potensi pembelajaran di lapangan dan juga potensi-potensi anak untuk berprestasi,’’ katanya.

SDN-Banjarejo.jpg1.jpg3.jpgSDN Banjarejo yang asri. (FOTO: Santoso)

Pak Agung pun  berdiskusi dengan guru-guru. Tercapai kesepakatan dan memutuskan untuk ikut program Adiwiyata. Ini tidak mudah. Dengan sarana dan prasarana yang terbatas, perlu banyak perjuangan. 

Awalnya gagal untuk lolos di tingkat nasional.  Namun Pak Agung tidak patah semangat. Tahun 2014 akhirnya mencapai prestasi di tingkat provinsi dan kemudian lolos tingkat nasional. 

Selama 4 tahun memimpin SD Sogaten ia  mutasi pindah di SD Erlangga – Jenggala (Galang) atau SDN 04 Madiun Lor. SDN 04 Madiun Lor ini juga sedang merintis menuju sekolah Adiwiyata tingkat provinsi dan akhirnya berhasil juga sebagai sekolah Adiwiyata Nasional.  

SDN-Banjarejo.jpg2.jpgSudut halaman sekolah yang ditanami sayuran. (FOTO: Santoso)

Hebatnya, sekolah ini lolos tingkat nasional tanpa diverifikasi. Hanya  melihat data -data yang dikirim baik dari youtube. ‘’Termasuk surat kabar yang kami siarkan dan ternyata dilihat oleh Kementerian Lingkungan Hidup,’’ katanya. Dan dari situ sudah layak menjadi sekolah Adiwiyata. 

Ini merupakan puncak keberhasilan Pak Agung dalam membawa sekolah Adiwiyata. Dari dua periode menjadi kepala sekolah dan sukses menjadikan sekolah Adiwiyata, Pak Agung mendapat penghargaan dari pemerintah kota. 

Wali Kota Madiun H.  Maidi memberi penghargaan satu periode lagi menjadi kepala sekolah. Biasanya  kepala sekolah  berprestasi hanya dua periode. Kini ia  memimpin SDN 01 Demangan dan merangkap sebagai Plt SDN Banjarejo.(*)

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber :

Komentar Anda