Sang Begawan Media

Sagging Baru

Walikota baru New York: Eric Adams pidato. (FOTO: Dave Sanders/ The New York Times)

COWASJP.COM – HEMAT. Simple. 

Pelantikan wali kota baru New York ini hanya nebeng perayaan malam Tahun Baru. Di Time Square. Yang tiap tahun termasuk yang paling meriah di dunia. 

Sudah ada panggung. Sudah ada pengunjung —15.000 orang. Sudah ada musik —meski bintang utamanya tidak jadi datang karena kena Omicron.

Acara utama malam itu: menunggu jatuhnya "bola cahaya" di atas gedung Time Square: penanda detik itulah terjadi pergantian tahun. Dari 2021 yang berat ke 2022 yang penuh teka-teki.

Saking legendarisnya tradisi "menunggu jatuhnya bola kristal" itu sampai dikira kalau bola gagal jatuh tahun pun tidak berganti. 

Kemeriahan yang paling ditunggu, Anda sudah tahu:  satu menit menjelang pukul 00.00. Menjelang tanggal 1 Januari. Tahun berapa pun —kecuali 1942,1943, dan 2021. Tahun lalu absen karena dilarang ada kerumunan: Covid-19. Dua tahun pertama absen karena Perang Dunia —tidak boleh ada cahaya lampu di waktu malam: bisa jadi sasaran bom. 

Tontonan utama itu sebenarnya sama: pun di malam 1 Januari 2022. 

Satu menit menjelang 00.00, "bola cahaya" itu mulai bergerak turun. Pelan-pelan: dari puncak tiang di atas gedung.

Sebenarnya itu sama sekali tidak bisa disebut 'bola jatuh'. Lebih tepat disebut bola melorot. Seperti celana yang lagi melorot. 

Dan lagi bola cahaya itu bukan barang menggantung. Ada sejenis tiang bendera yang dipakainya plurutan. Sangat pelan pula. Sepelan penurunan bendera setiap senja 17 Agustus. 

Dalam satu menit bola cahaya itu turun sampai seolah menyentuh tulisan besar "2022" —di puncak gedung Time Square.

Yang paling seru: sepuluh detik terakhir. Semua orang yang berdesakan di plaza Time Square menghitung mundur: 10,9, 8....1... Horeeee. Kembang api berpesta diri. 

Mulut-mulut berteriak histeris. 

Laki-perempuan berangkulan. 

Badan-badan berpelukan. 

Banyak yang berciuman bibir, berlama-lama. 

Setelah pesta satu menit itulah, wali kota baru New York naik panggung: Eric Adams. Ia mengucapkan sumpah jabatan di situ. Selesai. Tanpa ada sambutan dan pidato. Tanpa pembukaan atau pun doa penutup. Resmilah Adams jadi wali kota ke 110 New York. Atau wali kota kedua yang dari kulit hitam.

Paginya, Adams ke kantor wali kota naik kendaraan umum paling terkenal di New  York: kereta bawah tanah. Acara pertamanya adalah sidang kabinet wali kota.

Adams memang bukan wali kota pertama mengucapkan sumpah nunut perayaan Tahun Baru di situ: Michael Bloomberg —konglomerat media— pernah. Dalam suasana keamanan yang ketat setelah peristiwa 11/9.

Ups.. Acara pertamanya ternyata bukan sidang kabinet. Saat menuju stasiun kereta, ia harus menelepon polisi di 911 —pertanda ada kejadian kriminal.

Adams melihat tiga pemuda lagi saling dorong, saling serang, di pinggir jalan. "Ini bukan sudah terjadi, tapi sedang terjadi," ujarnya. Adams tidak memperkenalkan siapa dirinya. Setelah penerima telepon terlihat ragu, barulah Adams mengatakan: "Adams. Mayor Adams," ujarnya seperti dilaporkan media di sana.

Mengapa itu ia lakukan? "Sekali polisi stasiun, tetap polisi stasiun," jawabnya.

Lima menit kemudian, dua mobil polisi datang. Yang saling serang sudah masuk ke mobil.

Adams begitu sederhana. Pagi itu. Dan penyumpahannya di malam sebelumnya.

Malam tahun baru di Time Square itu memang tidak seramai sebelum pandemi. Pasti kalah meriah dibanding saat saya ikut di sana, empat-lima tahun lalu. 

Belakangan acara rutin bola jatuh itu memang sudah kalah terkenal. Terutama setelah zaman digital. Yang jumlah pengunjung tidak lagi diukur dengan berapa yang hadir —diganti berapa yang menonton.

Acara malam tahun baru di Disneyland Florida jelas sudah mengalahkan Time Square. Kreasi kembang apinya lebih seru. Latar belakang Istana Disney juga lebih masa kini daripada  gedung Time Square.

Saya tetap pilih yang di New York. Saya sudah merasakan dua-duanya. Bahkan tiga: Disneyland Los Angeles.

Memang bola cahaya yang di New York itu itu-itu saja. Sejak tahun 1907 baru ganti tiga kali. Jenis yang sekarang adalah bola keempat —dipakai sejak tahun 2000, sebagai penanda pergantian milenium.

Mungkin karena saya tidak muda lagi. Atau karena saya wartawan purnabakti —terbiasa hanya meliput acara, bukan menikmatinya. Atau juga karena saya ditemani orang yang lebih tua —sesama wartawan purnabakti pula: John Mohn.

Tuh, John juga tidak terlihat menikmati acara malam tahun baru. Ia sibuk memotret —termasuk menyasar cewek-cewek tanpa busana yang mondar-mandir di situ. Ups, ternyata mereka berbusana: badan mereka dilumuri pewarna. Warna kulit ternyata lebih merangsang nafsu daripada warna cat.

John justru melakukan penelitian di tengah ingar-bingar. "Mereka, semua, berbicara satu dengan lainnya. Saya mencoba mencuri dengar. Saya tidak tahu bahasa apa yang mereka gunakan," ujar John.

Sebagai orang Amerika-pedalaman John baru sekali itu bermalam Tahun Baru di New York. Jumlah kunjungannya ke New York jauh kalah dari saya. Mereka bukan jenis orang yang mudah terkagum-kagum. Kalau memang tidak ada perlunya untuk apa ke mana.

Kesimpulan John: yang hadir malam itu adalah orang-orang dari berbagai bangsa —dengan bangga pakai bahasa ibu mereka sendiri. 

Ide bola jatuh itu sendiri tidak orisinal. Hanya meniru yang terjadi di London —jauh mundur ke tahun yang lebih kuno. Di dekat sungai Thames itu. Yang awalnya untuk memberi tahu para pemilik kapal: agar mereka men-setting pikiran bahwa tahun sudah berganti.

Tahun baru.

Wali kota baru.

Partainya yang lama: tetap dipegang Demokrat.

Mantan polisi —masuk kepolisian karena pernah disiksa polisi.

Pangkat terakhirnya hanya kapten —inspirasi yang baik bagi yang pensiun berpangkat mayor dan ingin terjun ke politik.

Dengan menjadi Wali Kota New York, Adams sama dengan menjadi wali kota dunia.

Umur: 61 tahun.

Karir di kepolisian: 22 tahun.

Ia tidak pernah menikah. Dalam dokumen riwayat hidupnya ia punya yang disebut 'domestic partner'. Yakni wanita yang satu rumah tanpa status menikah.

Tidak punya anak.

Ups... Punya. Satu. Dengan pacarnya yang dulu. Yang meninggalkannya.

Adams terlahir di Brooklyn, New York, dari keluarga sangat miskin. Ibunya bekerja sebagai tukang bersih-bersih rumah. Pagi dan sore. Di rumah yang berbeda. Dia hanya sekolah SD sampai kelas 3. Ayahnya tukang potong daging —tapi kesibukan utamanya mabuk-mabukan.

Adams kecil harus ikut cari uang. Jadi tukang belanja untuk seorang penari yang nyambi jadi pelacur. Kadang pakai uangnya dulu. Ketika sang pelacur tidak kunjung membayar, ia curi uangnyi. Dan satu unit TV miliknyi.

Polisi menangkapnya. Menghajarnya. Hanya karena datang polisi kulit hitam siksaan itu berhenti. Itu yang membuat Adams bercita-cita jadi polisi. 

Tapi ia punya penyakit dyslexia. Semacam kesulitan membaca dan mengeja huruf. Ia beruntung: penyakit itu tidak membuatnya bodoh.

Selanjutnya Adams menjadi squeegee boy. Yakni membersihkan mobil yang lagi berhenti di lampu merah. Lalu bekerja sebagai mekanik dan pengantar surat di kantor kejaksaan. Sambil sekolah persamaan di sebuah College di New York.

eric.jpgMr. Adams (kiri) mengatakan agendanya tak beda jauh dengan walikota sebelumnya Bill de Blasio. (FOTO; Jeenah Moon/ The New York Times)

Lalu masuk polisi.

Tugas pertamanya: sebagai polisi di stasiun kereta bawah tanah. 

Pernah pula mengawal Mike Tyson ketika petinju dunia itu keluar penjara akibat memerkosa wanita.

Ketika jadi polisi itulah Adams bertanya kepada seorang konsultan politik: bagaimana cara jadi politisi. Ia ingin jadi Wali Kota New York.

"Tekuni dulu pekerjaan polisi. Sampai punya pangkat tertentu. Jaga nama baik di kepolisian," ujar sang konsultan.

"Setelah itu, mulailah aktif di partai. Rebutlah kursi DPRD dulu. Dari bawah. Jagalah reputasi. Lalu naik, naik, kelak jadi wali kota," tambahnya.

Adams masuk Demokrat. Kecewa. Lalu pindah ke Republik. Tidak cocok. Balik ke Demokrat lagi. Ia pun jadi caleg DPRD. Gagal. Maju lagi. Gagal lagi.

Akhirnya terpilih. Terpilih lagi. Sampai empat kali. Lalu ikut pemilihan Presiden Borough —semacam 'wali kota Jakarta Timur'-nya New York. Adams berhenti dari DPRD untuk menjabat presiden distrik.

Selama menjadi 'wali kota administratif' itu, Adams meraih popularitas lewat kampanye aneh ini: anti-sagging.

Sagging adalah memakai celana yang begitu melorotnya sampai lebih separo celana dalam kelihatan. Pelakunya disebut sagger.

Mode ini populer di kalangan anak muda kulit hitam. Tapi menular juga ke kulit putih dan Jepang. Banyak tokoh penyanyi rap menjadi sagger di atas panggung. Panitia sky, pernah mencoret peserta dari Jepang karena sagging-nya berlebihan: semua pakaiannya dilorot. Termasuk dasinya. 

eric1.jpgFOTO: James Estrin/ The New York Times)

Sejarah sagging bermula dari penjara. Narapidana dilarang pakai ikat pinggang. Kadang pembagian celananya kurang pas: ada yang kebesaran —melorot. Kok justru terlihat seksi. Maka jadi kebiasaan —pun setelah keluar dari penjara.

Di Indonesia memberantas beginian gampang. Bilang saja pada mereka: anti NKRI!

Di Amerika sudah banyak institusi yang melarang sagging. Misalnya sekolah. Tapi setiap kali akan diformalkan sebagai UU selalu gagal.

"Sagging terlalu sepele untuk dijadikan isu politik negara," ujar yang menentang.

Presiden yang pernah menyisihkan waktu untuk membahas sagging adalah Barack Obama. "Tidak perlu ada peraturan untuk melarang sagging," kata Obama. "Itu cukup tugas seorang kakak untuk membetulkan celana melorot adiknya," ujar Obama setengah berkelakar.

Barangkali kita akan bisa melihat kelak. Seberapa banyak oposisi terhadap Adams. Setidaknya dari naik atau turunnya sagger di New York.

Di kemeriahan pesta tahun baru itu, di Time Square itu, Adams membawa sedikit renungan: pentingnya sang ibu. Ketika mengucapkan sumpah di kebisingan pesta itu, tangan kiri Adams diletakkan di atas Bible. Tangan kanannya mengacungkan pigura foto tinggi-tinggi: ada foto ibunya, Si Tukang Sapu, di pigura itu. (*)

Penulis: DAHLAN ISKAN, Sang Begawan Media. 

Anda bisa menanggapi tulisan Dahlan Iskan dengan berkomentar di http://disway.id/. Setiap hari Dahlan Iskan akan memilih langsung komentar terbaik untuk ditampilkan di Disway.

*Komentar Pilihan Dahlan Iskan di Tulisan Berjudul: Sawo Tegalsari. 

Aji Muhammad Yusuf

#Goreng Disway Edisi 02/1/22. Pak Dahlan Iskan melaporkan baru berjalan-jalan, dan memancing pembaca Disway dengan beberapa kata kunci : 1. Selamat Natal padahal di panggil Abah. 2. Kedekatan dengan pendeta yang tadi saya lupa nama nya. Karena sudah kebiasaan lupa nama orang baru. 3. Berkunjung di Rumah Pak Anis dengan konsep joglo. Plus disebutkan Management nya sampai saya pusing. 4. Habib Husain dari malang. Yang pidato Nya dal dul, nada nya tegas, dan berwibawa. Cukup mirip Dady Corbuzer yang teriak-teriak di Channel YT. Sama tegas nya. 5. Gus Miftah yang nama nya fenomenal. Karena jadi penyusup seperti Gus Miek. Membuat orang-orang tobat. Saya pernah sarkem Gus. Tanya saja ke penjaga di depan tugu itu. Mohon doa nya supaya tidak kesana lagi (haha). 6. Pangeran Diponegoro yang terkenal dengan hidzib suryani. Ini soal hidzib saya spekulasi. Belum tak tanyakan ke Pangeran Diponegoro nya langsung. 7. Sindiran Pak Anis soal Garuda di rumahku. Padahal lagu versi asli nya Garuda Di Dadaku. Mungkin Pak Anis setelah pensiun bisa membuat lagu versi sendiri.  #Sekian repot hari ini. Ijin undur diri di pagi hari.

eko darwiyanto

Tidak cukup joglo untuk bukti keluhuran dan keagungan budaya Jawa sudah mengalir dalam diri. Tubuhnya perlu aliran darah Ken Dedes + Fatimah binti Rosululloh Saw. Untuk menebar keadilan sosial bagi seluruh rakyat Indonesia. Wa lLoohu a'lam.

Mirza Mirwan

Saya pernah lewat di depan joglo istimewa itu saat masih berdiri, di pertengahan 1978. Kedatangan saya ke Desa Tegalsari (+/- 10 km di selatan Ponorogo) sebenarnya bukan untuk melihat joglo itu, melainkan berkunjung ke rumah teman. Tetapi yg saya ingat, memang banyak rumah joglo di desa itu, termasuk rumah orangtua teman saya. Hanya saja joglo yg diceritakan Pak DI di atas memang paling besar dan tinggi. Orang setempat, termasuk orangtua teman saya menyebutnya Dalem Ki Ageng Hasan Basari. Beberapa bulan setelahnya di museum Radya Pustaka saya menemukan buku "Babad Perdikan Tegalsari" yang ditulis dengan hurup Jawa. Dari buku itulah saya tahu sejarah kudeta terhadap Sunan Pakubuwana II dari Kartasura oleh Raden Mas Garendi (Sunan Kuning) yang berdarah Tionghoa, dibantu laskar Tionghoa pimpinan Kapiten Sepanjang. Sunan Pakubuwana II melarikan diri ke Magetan, terus ke Selatan dan akhirnya berlindung di Pesantren Gebang Tinatar asuhan Ki Ageng Kasan Besari (Hasan Basari) di Tegalsari, Ponorogo. Cerita selanjutnya kurang lebih seperti ditulis Pak DI. Tentang pohon sawo kecik. Konon itu hanya untuk melambangkan hal-ihwal dari sawo kecik : buahnya manis, dengan sering memakannya bisa menghilangkan bau keringat; kayunya bisa dijadikan bahan ukiran; saat masih berupa pohon bisa menjadi peneduh, dsb. Pendek kata, segala hal dari sawo kecik itu "sarwo becik", serba baik. Apakah itu hanya "othak-athik gathuk"? Hanya Allah yang lebih tahu. Selain Diponegoro, pujangga Keraton Surakarta Ranggawarsita juga alumni Pesantren Gebang Tinatar. Ada beberapa tokoh sejarah lainnnya, tetapi saya lupa. Maklum, saya membacanya sudah lewat 40 tahun yang lalu.

Darko

Saya telah membaca tulisan Pak DIS berkali kali, Alhamdullilah achirnya Pak Dis menulis juga dukuh Kebondalem Tegalarum Magetan, ... biasanya Pak Dis selalu menulis Takeran melulu....Salam sehat Pak Dis .

*rid 

Tulisan luar biasa. Sejarah joglo Tegalsari dan asal muasal munculnya istilah mondok. Ternyata itu diawali dari Pakubuwono II yang mengirimkan putra putrinya untuk belajar agama dan ilmu kanuragan ke kyai Kasan Besari. Menurut sejarah istilah pondok pesantren dan mondok ini berawal dari Sunan Ampel yang diberi tanah perdikan oleh Raja Brawijaya V  di Ampeldenta. Sunan Ampel akhirnya mendirikan surau/asrama untuk tempat tinggal para santri yang mengaji di situ. Dari sinilah muncul istilah pondok pesantren. Kalau merunut sejarahnya Sunan Ampel lebih tua daripada Kyai Kasan Besari. Sunan Ampel hidup ketika raja Brawijaya V masih hidup sekitar tahun 1200-an sementara Kyai Kasan Besari hidup semasa tahun 1700-an. Jadi istilah mondok dan pondok pesantren muncul sejak Sunan Ampel bukan sejak Pakubuwono II memondokkan anaknya ke Tegalsari. 

Mbah Mars

Di depan halaman masjid-masjid tua juga ditanam pohon sawo kecik. Contohnya masjid Keraton Yogyakarta yg berada di barat Alun-alun. Juga masjid yang ada di Kotagede Yogya. Konon, itu bermula dari kebiasaan imam masjid yang selalu menata, merapatkan dan meluruskan barisan jamaah sholat (shof) sebelum sholat berjamaah dimulai. Imam akan memberi komando, "Sawwu...sawwu... sawwu shufuufakum fis sholaat..." (Luruskan... luruskan... luruskan barisanmu di dalam sholat) Saking seringnya kata sawwu disebut, maka Takmir masjid kemudian berinisiatif menanam pohon sawo kecik. Jadi, pohon sawo kecik di sini digunakan sebagai penanda atau simbul ritual. Sekaligus simbol kekokohan barisan alias jamaah umat.

www.rahmahuda.com

Ini tulisan terbaik yang saya baca di tahun 2022. Narasinya mengalir. Kaya pengetahuan. Melahirkan kekaguman. Sedikit menambahkan, pak. Kata simbah saya di Bantul, Yogyakarta, Sawo merupakan istilah dari singkatan  Sami'na Wa Atho'na. Simbah saya juga punya Joglo turun temurun yang saat ini dijadikan "cagar budaya" sebagai cikal bakal Kabupaten Bantul. Disini juga ada pohon sawonya. Mungkin dulu maksudnya, "Sami'na Wa Atho'na, nderek Pangeran Diponegoro." Terima kasih.

Ahmad Zuhri

mmg kadang susah memahami bahasa tulisan, kadang perlu membacanya lebih dari sekali baru bisa paham maksudnya.. Kl yg saya tangkap, itu maksudnya karena padatnya jadwal Abah, jadi Abah blm bisa pastikan kira2 bisa ke sana ga.. setelah fix bisa baru wa, jadi tidak asal janji aja karena blm tentu bisa menepati, etika nya kl mau ketemu sama2 orang sibuk ya seperti itu.. Ternyata anda menangkap maksudnya lain, ya udah lah.. monggo, tidak ada yg melarang kok..

Sri Wasono Widodo

Gus Miftah adalah keturunan ke 9 Hasan Besari, senasab dengan isteri Habib Luthfi

*Kirarah Ladyesi

Salut jg dg mbah mars yg tekun merekap komen2 disway. Sempat heran jg sbnr nya.. bgm mbah mars bisa meluangkan waktu utk merekap komen2 tsb?

Aida Saja

Beberapa waktu lalu di Podcast DI (Nopember 21) terlihat jelas bahwa Anies menjanjikan peresmian lapangan bola pada pertengahan Desember 2021. Bahkan berjanji mendatangkan tim top Eropa. Tapi waktu sudah lewat. Tak ada apapun yang diresmikan. Piye jal?! Janjinya begitu ringan dan renyah.  Dahlan Iskan banyak salah dalam menjagokan orang dalam pilpres hingga pilkada, terakhir mendukung bahkan merekomendasikan mantan polisi untuk maju Pilkada Surabaya. Hasilnya? Ancur! Kalah sama "Penerus Bu Risma". Untuk urusan ini Dahlan kurang jeli. Termasuk memilih tamu pertama yang diundang di kantor Disway tempo hari. Orang yang dibanggakan itu ternyata bermasalah dengan hukum. 

Parikesit

" Saya tidak bikin janji, saya hanya memberi tahu". Leres, Bah.  Dan....., as you know, itu adalah kalimat dengan bumbu "ilmu mantiq" yang berkelas.

Mr. De

Kena prank beberapa kali. Kirain sdh mau selesai, eh ada lanjutannya. Mau selesai, eh ada lanjutan lagi. Tulisan berirama. Antara maksa sama komitmen, beda tipis hehe..salut sama abah.

Udin Salemo

Dalam novel Dasamuka ada juga Kyai Kasan. Dibahas khusus dalam Bab 4  novel itu. Tapi novel ini settingnya Yogyakarta. Di kampung saya ada juga Buya Hasan. Juga Hasan juragan huller padi. Rupanya nama Hasan sudah masyhur sejak jaman nabi. Barokahlah yang punya nama Hasan. Komentar #285

Robban Batang

Siapa bilang burung berkicau itu sedang bernyanyi. Bisakah kau bedakan senandung atau rintihannya. Yang di pohon boleh jadi bernyanyi. Yang di sangkar bisa saja sedang menangis.

Giras

Nguleg sambel sambil asyik baca disway hari ini dikomplen istri, 'lama kali ngulegnya mas, rak wis wis' .  ' Sik sebentar lagi, biar lembut & mudah dicerna' jawabku ngeles. 

SAPRI Bae

ditarik pake rel ongkak om. ada pelicin di kayunya, kini pake sabun ongkak, entah kalo dulu pakai dedaunan mungkin.

Aryo Mbediun

Kisah Tegalsari berlanjut. Al kisah ada rumah joglo ber-blandar 11 meter. Ayoo dikupas dari sisi metalurgi biar tambah cerdas Indonesia.  1. Pohonnya seberapa besar dan tinggi, pastilah besar dan tinggi. Tanya, nebangnya pake apa..? Kisah itu kira2 di sekitar tahun 1800, chainsaw blm ada. Gergaji mesin blm ditemukan wong internal combustion engine wae blm didesain.  2. Pohon jati tegak diameter 2m saat ditebang, kudu di-deres dulu. Dikapak melingkar 1m dari akar sedalam telapak kaki. Biar pohon mati kering. Kira2 butuh 2 tahun. Pohon jati itu mestinya tidak di tengah aloon2, pastilah di tengah hutan yg lebat. Mrono'ne sing nebangnya kuwi lho numpak opo...?  3. Setelah ditebang batang itu dipotong 15 m lurus utuh. Memotongnya okey dech pake kapak. Nggak mungkin pake pedang apalagi silet. Trus membawsnya pulang..?! Dibawa ke sungai, bro ini cuma sebatang 15m. Nggak mungkin tho doi jalan sendiri. Karena forklift nggak ada ya mereka pake linggis. Linggisnya pasti kiriman king Napoleon. Luwar biyasah yaa.  4. Batang 15m terkirim lewat sungai, it's Okey. Lha biar jadi batang blandar ukuran 8cm x 16 cm x 11m...?? Kudu di gergaji khan. Karena empu se Jawa hanya bisa buat keris dan mata tombak, maka gergaji kudu di buat secara khusus. Karena Krakatau Steel belum berdiri, maka pastilah orang2 mendatangkan dari India yg waktu itu diperintah Inggris.  Sampai sini kekaguman saya membuncah, wouw keren banget ya nenek moyang kita itu. Joglo itu produk luar biasa dari metalurgi Indonesia.  Dah githu aja. Garing sring ide di kepala saya, joglo dari sudut pandang metalurgi mestinya keren. Tapi panggah keren nehh sing menulis Joglo Tegalsari. Panjenengan jempol tenan Gus Dahlan. Bajinguk komen sak mit wae nyang uthek kramm. 

Sea Lead

Inyong pamit disit lah,,, kanca2ne wis padha ngajak RUPS LB (Rapat Umum Pemilik Sapi Lanang Bandhot),,,, sapine padha kurang sehat kayane,,,, Yo Aryo, Sapri, Aji,, titip lapake inyong kiye,,,

Johan

Jiwa nyinyir ini kembali bergelora. Joglo yang satu ini, bangunan yang kaya sejarah, sekaligus salah satu warisan budaya Jawa yang adiluhung. Sangat layak sebenarnya jadi bangunan cagar budaya di Tegalsari. Bangunan tersebut memang seharusnya di restorasi, tapi tentunya pada lokasi dimana bangunan tersebut berasal, bukan di restorasi jadi bangunan lantai dua Anies Baswedan di Jakarta. Danang itu budayawan? Lebih tepatnya kontraktor bangunan.

santacruz

Mas Danang memang berbakat seni, rumah kecil sy dibangun oleh Beliau

Harman Rahman

Ralat Abah, Anies Baswedan lulus Sarjana S1 dari Fakultas Ekonomi (FE) sekarang Fakultas Ekonomika dan Bisnis UGM, bukan Fakultas ISIPOL UGM. Kedua, bertanya usia topeng koleksi Reno 1000 tahun sebelum masehi? Berarti itu sebelum lama sekali ya? Lebih lama dari usia Firaun Mesir Kuno yang hadir sekitar 500 tahun sebelum masehi. Usia joglo rumah Anies Baswedan 500 tahun? 500 kebelakang berarti tahun 1500an? Tapi era saja disebutkan Pakubuwono 1700an, selisih 200 tahun. Salam dari lembah Bulaksumur UGM.

Cak Barbar

Kalau artikel ini rasanya saya baca artikel abah tiga topik dalam satu waktu...sangat menarik bah. Tapi mgkin pas menulis ini, ketika ibu ngajak ngobrol, abah jawabnya hanya hmmm...hmmm aja..hehe

Gus Med

Assemm!! Kopiku ampe dingin, selain panjang, juga menarik hingga lupa dengan sruputan kopi

Robban Batang

Kenthongan harusnya bunyinya thong thong thong. Thing thing thing itu kenthingan . Atau suara sendok yang dipukulkan ke mangkuk bakso. #komen seorang yang belum sarapan

Aryo Mbediun

Kisah masjid Tegalsari berlanjut. Jadi saat sinuwun jumeneng di Tegalsari u mengungsi, setiap adzan magrib di bulan Ramadhan ditandai dengan duarr suara meriam 2x, pertanda waktu u berbuka puasa. Tahun berikutnya juga begitu.  Saat panjenengane dah Jumeneng kembali di Mataram, meriam beserta amunisinya dibawa kembali ke ibukota. Lha blain khan u urusan dar der dor saat buka puasa.  Kyai Tegalsari akhirnya memutuskan membuat miniatur meriam tersebut. Dari sebatang kayu jati dilubangi, persis miriplah seperti meriam. Karena tidak ada amunisi, akhirnya penyulut meriam dipakai, sebagai pemukul. Agar suaranya keras, miniatur meriam itu digantung. Dan jadilah kentongan. Thing thing thing thing gleerr menjadi pertanda buka puasa di Tegalsari dan masjid2 di sekitarnya mengikutinya. Dan jadi tradisi.  Kisah tersebut tidak ada di buku babad Ponorogo. Kisah tersebut hanya karangan saya saja. Terima kasih. Peace, hug and love. 

Sawoo kecik mBah Mars, sawoo'ne manilo.  Rambut brinthik mBah Mars, anak'e morotuwo.  Sawoo kecik sawo'ne dursono Si rambut brinthik saiki wes dadi garwo

Mbah Mars

Garwo: sigaraning nyowo. Ini kalau manten baru. Kalau manten lawas ganti sebutan menjadi "Simah" (Isining omah). Lha kalau manten lawas banget menggunakan kata "Kanca wingking".

Sea Lead

Ummi,, berapa ukuran kutangmu?? boleh inyong pinjem buat masker???

Pewarta : -
Editor : Slamet Oerip Prihadi
Sumber : Disway.id

Komentar Anda