Antara Kyai Hasyim dan Rhoma Irama

COWASJP.COMKEPERGIAN KH Hasyim Muzadi pada Kamis 16 Maret 2017, sangat memilukan jutaan umat khususnya warga nahdliyin. Umat kehilangan tokoh bangsa, yang ikut membesarkan dakwah Islam, peran Islam dalam perpolitikan di tanah air, sampai perlidungana Islam pada agama lainnya. Kyai Hasyim mendudukkan proporsi sesuai Alquran dan sunnah. Tak heran, banyak tokoh partai politik, DPR, DPRD yang menimba ilmu dari beliau.

Selain memimpin PP Pesantren Al Hikam di Malang dan Depok Jawa Barat, Kyai Hasyim Muzadi sangat familiar di kalangan nadliyin, bukan saja karena menjabat struktural NU dari GP Ansor,  PCNU Malang, PWNU Jatim, sampai menjabat  Ketua Umum PBNU dua periode (1999 – 2010). Bahkan namanya cukup mendunia. Sering menjadi narasumber dalam konferensi Islam OKI, pernah menjadi Cawapres berpasangan dengan Capres Megawati.

rhomaCBrdy.jpg

Satu catatan menarik, ketika KH Hasyim bertemu Rhoma Irama, mendirikan Fahmitamami, melawan paham wahabi, dan meluruskan pemahaman yang keliru mengenai Islam agama teroris.  Rhoma dan Kyai Hasyim sama-sama tokoh yang konsisten memperjuangkan dakwah dan khalaq bagi bangsa.

Satu catatan menarik, ketika KH Hasyim bertemu Rhoma Irama, mendirikan Fahmitamami, melawan paham wahabi, dan meluruskan pemahaman yang keliru mengenai Islam agama teroris.  Rhoma dan Kyai Hasyim sama-sama tokoh yang konsisten memperjuangkan dakwah dan perbaikan akhlaq bangsa.

Hanya sedikit beda jalur. Rhoma melalui jalur musik, sedangkan Hasyim melalui jalur pesantren. Jelang Pemilu 2013 Rhoma dirayu PKB untuk dicapreskan. Disana Rhoma Irama berkeliling ke pondok pondok pesantren, yang merupkan basisnya Kyai Hasyim dan PKB. 

rhoma1okQ2T.jpg

Kedua tokoh yang jarang bertemu, dipertemukan dalam persoalan sama: adanya gerakan paham Wahabi yang mulai marak di Indonesia. Gerakan ini menelusup di musala-musala dan masjid yang dikelola NU maupun Muhammadiyah. Tidak disangka, dalam waktu tertentu, takmir masjid tiba tiba berganti dan dikelola oleh ‘jamaah baru’ yang merubah cara peribadatan yang sudah berlangsung berpuluh pulu tahun. 

Kondisi ini memantik KH Hasyim Muzadi bertemu Prof Dr Din Syamsudin saat menjadi ketua umum PP Muhammadiyah. Bersama  tokoh tokoh lainnya, sepakat membentuk  Forum Komunikasi Takmir Masjid dan Mushola Indonesia (Fahmitamami) yang diketuai Rhoma Irama.

 Melalui Fahmitamami ini, KH Hasyim dan Prof Din  ‘menitipkan’ agar musala dan masjid yang dikuasai takmir berpaham Wahabi tersebut segera direbut kembali. Disamping itu digencarkan dakwah ke seantero negeri, untuk dibendung paham yang suka membidahkan dan mengkafirkan sesama umat Islam.

Konflik antarpaham Suni dan Wahabii ini, diangkat Rhoma Irama dalam sebuah film ‘’Sajadah Kabah’’.  termasuk didalamnya Rhom menciptakan lagu ‘’Ukhuwah’’ yang terilhami pandangan KH Hasyim Muzadi. 

''Tuhan Kita sama, 

Nabi kita sama, 

Quran kita sama, 

Kiblat kita sama, 

mengapa harus saling mengkafirkan. 

Sholat kita sama, 

zakat kita sama, 

puasa kita sama, 

haji kita sama, 

mengapa harus saling membid'ahkan''...  (cip, Rhoma Irama)

Kiai Hasyim juga pernah memberikan pandangan yang penting, saat jelang Pilkada DKI 2013, Rhoma Irama diteror media, melakukan perbuatan SARA. Ceramah Rhoma Irama yang mengutip Al Maidah 51, dinilai mencederai kerukunan beragama di Indonesia. Dalam hal ini, KH Hasyim memberikan pandangan bahwa ceramah Rhoma Irama tidak mengandung SARA.  

“Selama isi ceramah itu bertujuan untuk menyadarkan umat, maka tak bisa dikatakan sebagai SARA. Bahkan sudah menjadi kewajiban pemimpin umat untuk memberikan nasihat dan menyampaikan yang haq. Ceramah baru dikatakan SARA, bila seorang mubaligh mencaci maki agama atau pihak yang bersangkutan. Lalu menyuruh orang lain untuk berbuat anarkis.

“Tidak ada yang salah, ketika mubaligh atau pendakwah mengatakan, pilihlah pemimpin yang seiman. Ini adalah dakwah, bukan kampanye hitam,”  ujar KH. Hasyim kepada Voa-Islam di kantor ICIS, Jakarta.
Mantan Ketua Umum PBNU itu yakin, bukan hanya Rhoma Irama saja yang mendakwahkan soal kepemimpinan di masjid, Ahok pun ceramah di gereja-gereja tentang hal yang sama menurut keyakinan Kristianinya.

Pendapat Kyai Hasyim dibenarkan Ketua Majelis Ulama Indonesia (MUI), KH Amidhan, apa yang dilakukan Raja Dangdut Rhoma Irama dalam ceramah agamanya beberapa waktu lalu, bukan sesuatu yang sifatnya SARA."Lihat dulu konteksnya. Rhoma Irama itu bicara di masjid, waktunya Ramadhan dan jamaahnya umat Islam. Jadi sah-sah saja,"  kata Amidhan.

Serangan bertubi tubi kepada Rhoma itu berakhir  di Badan Pengawas Pemilu DKI, ketika 9 Februari 2012 Rhoma Irama disidang Bawaslu mintai keterangan soal pengaduan ceramah SARA. Bawaslu memutuskan Rhoma tidak bersalah. Kini, 2016, kasus serupa terulang dalam Pilkada DKI jakarta, dimana Almaidah 51 kembali diperbincangkan. Itulah sekelumit persinggungan dan perjuangan Kyai Hasyim dan Rhoma Irama. 

Semoga Allah SWT memberikan Maghfiroh kepada KH Hasyim Muzadi dan khusnul khotimah.

*Surya Aka, Ketua Umum DPP Forsa (Fans Of Rhoma and Soneta).

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda