Berhasil Mendamaikan Negeri Aboru-Hulaliu

Prosperity Approach yang Dilakukan Pangdam XVI Mayjen TNI Doni Monardo

Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo didampingi Raja Negeri Aboru John Riry. (Foto-foto: Yamin Akhmad/TIMES Indonesia)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Yamin Akhmad

---------------------------------

Haturessy Rakanyawa-Lealohi Samasuru satu hati

Haturessy Rakanyawa-Lealohi Samasuru kami sambut

Semua sama-sama berseru, selamat datang selamat jumpa

Dengan ria karna dapat bertemu dalam maksud yang mulia

Para petinggi Daerah Maluku kami sambut dengan hati

Itulah maksud yang kami perlu mendapatkan rasa aman

Rela sepenuh..damai sepenuh…kami dambakan kedamaian

BAIT-BAIT lagu di atas dinyanyikan masyarakat Negeri Aboru dan Negeri Hulaliu Kecamatan Pulau Haruku Kabupaten Maluku Tengah saat menyambut kedatangan rombongan Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo Selasa (8/11) pagi. Hari yang bersejarah bagi masyarakat dua desa bertetangga itu. 

Haturesys Rakanyawa nama lain dari Hulaliu serta Lealohi Samasuru atau Negeri Aboru bersepakat satu hati menyambut para tamu sambil berseru bersama selamat datang selamat jumpa. 

BACA JUGA: Triathlon Nusalaut Adventure Meriah

Di tengah cuaca pagi yang cerah, mereka melakukan janji damai, menutup sejarah kelam masa lalu yang terjadi sejak hampir setengah abad lalu, tepatnya di tahun 1968. “Sudah capek rasanya katong (kami) bertikai, saling menyerang bahkan saling membunuh,” kata Raja Negeri (Desa) Hulaliu Doni F. Noya. 

PERAN SENTRAL PANGDAM

Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo bersama Kapolda Maluku Brigjen Ilham Salahuddin, Kasdam XVI Pattimura Brigjen TNI M. Bambang Taufiq, para Assisten Kodam, Bupati Maluku Tengah Drs M. Saleh Thio serta tokoh agama dan tokoh masyarakat bertolak dari Pelabuhan Tulehu Ambon sekitar pukul 07.00 WIT. Pangdam yang baru tiba pagi itu dari Jakarta langsung menuju pelabuhan Tulehu.

pangdam-Bzw9u6.jpg

Dari kiri ke kanan: Abas Yahya, penulis, Pangdam Mayjen TNI Doni Monardo dan Bupati Maluku Tengah Saleh Thio di atas kapal cepat milik Kodam Pattimura.

“Pak Pangdam pagi ini baru tiba dari Jakarta, karena Senin (7/11) kemarin ada pertemuan dengan Panglima TNI,” ujar Ka Pendam Pattimura Kol. TNI M. Hasyim Lalhakim.

BACA JUGA: Dua Hari Bersama Pangdam XVI Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo di Pulau Saparua

Peran sentral Pangdam Pattimura Mayjen TNI Doni Monardo dalam perjanjian damai dua desa berseteru ini terungkap dari sambutan Raja Hulaliu Doni Noya serta Raja Aboru John Riry. “Kami sangat berterimakasih kepada Bapak Pangdam Mayjen Doni Monardo yang telah bekerja keras untuk mendamaikan dua negeri ini,” tegas John Riry. Bahkan ia mencela pejabat-pejabat daerah yang hanya memberi janji-janji kosong.

Sementara Raja Negeri Hulaliu mengatakan, ia bersama masyarakat ikut mendoakan agar Mayjen Doni Monardo terus memiliki karier yang cemerlang. “Kami berterimakasih kepada Pak Doni Monardo yang telah mewujudkan kedamaian di negeri Hulaliu dan Aboru,” kata Doni F. Noya. Dalam sambutan balasan, Pangdam menyebut Raja Hulaliu sebagai figur yang baik. “Karena mungkin nama kita sama,” katanya sambil tertawa.

Menurut Ka Pendam Kol. Hasyim, Pangdam sedikitnya enam kali berkunjung ke Pulau Haruku. Untuk  mendekatkan petinggi Kodam dengan masyarakat, mereka melakukan safari dengan bersepeda. Seperti Rabu itu, seusai upacara, Doni dan para Assisten Kodam, Kapolda, serta pejabat lainnya bersepeda sepanjang 20 kilometer melewati enam desa lain dari 17 desa yang ada di pulau tersebut sambil menyapa masyarakat di desa-desa yang dilalui. Fokus utamanya adalah untuk melakukan pendekatan dengan tokoh-tokoh masyarakat maupun tokoh agama. 

Dermagaa-foto-CpBImr.jpg

Dermaga untuk sandaran kapal kecil pun belum tersedia..untuk naik ke speed boat harus digendong.

Menurut Panglima Kodam XVI Pattimura, Mayjen TNI Doni Monardo, dalam era tranparansi sekarang ini, pola security approach (pendekatan keamanan) sudah tidak populer. Pangdam cenderung menggunakan prosperity approach (pendekatan kesejahteraan). Karena fakta yang ia jumpai setelah melakukan kunjungan ke berbagai desa-desa di Maluku adalah bahwa persoalan utama yang dihadapi masyarakat adalah masalah kesejahteraan, lapangan kerja dan pengangguran. “Padahal mereka hidup di alam yang luar biasa bersahabat, baik daratan mau pun yang di laut,” kata Doni.

Sejak dipercaya sebagai orang nomor satu di Kodam XVI Pattimura Agustus 2015, Mayjen Doni yang merupakan lulusan Akademi Militer 1985 ini langsung menancapkan program Emas Biru dan Emas Hijau. Emas biru berarti potensi laut dan emas hijau merupakan potensi alam daratan yang hijau royo-royo. “Alhamdulillah, dengan pola prosperity approach itulah kita berhasil mendamaikan beberapa desa atau negeri yang bertikai,” katanya.

belanda-C2v5XU.jpg

Warga Belanda yang asal Negeri Aboru ikut menyaksikan peristiwa bersejarah ini.

Sebelum janji damai di Negeri Aboru dan Hulaliu, perjanjian damai juga sudah dilakukan oleh Desa Mamala dan Desa Morella di Pulau Ambon Kabupaten Maluku Tengah. Tentang perdamaian Desa Mamala-Morella ini, Fuad Azuz yang juga asal Desa Morella dan kini juga sedang mempersiapkan penulisan buku tentang Mamala-Morella mengakui peranan Pangdam Mayjen Doni Monardo yang begitu besar. “Harus kita akui bahwa kerja keras beliau hingga Mamala-Morella bisa berdamai,” kata Fuad.

Menurut Raja Hulaliu Doni Noya, saat pertama kali datang ke Pulau Haruku masyarakat masih belum yakin akan terjadi perdamaian seperti yang terjadi hari itu. Seperti biasa setiap pejabat tinggi yang berkunjung, selalu dengan janji-janji kosong yang tidak pernah ada wujudnya. “Tetapi Pak Pangdam Mayjen Doni Monardo tidak hanya berjanji, tetapi beliau juga berbuat,” katanya.

spanduk-Dt1koD.jpg

Suasana hikmat yang dihadiri dua warga Negeri Abiru dan Negeri Hulaliu.

Memang tidak mudah untuk meyakinkan masyarakat yang terlanjur hopelees bahkan cenderung apatis. Tetapi ayah tiga putra-putri ini tak kehilangan akal. Antara lain, ia berusaha mendatangkan motivator kondang Dr Aqua Dwipayana di Mamala-Morella. Bahkan Menteri BUMN Rini Soemarno “dirayu” untuk berkunjung ke Pulau Haruku. Dan pada peringatan Proklamsi RI 17 Agustus 2015 tahun lalu, Rini ikut merayakan HUT RI di Desa Aboru. Kehadirin Menteri BUMN tentu akan memberi dampak ekonomi bagi masyarakat setempat. 

“Dan yang terpenting adalah membangkitkan kembali harapan masyarakat,” kata Pangdam.

Pendekatan kesejahteraan ditunjukkan Pangdam dengan mencopot senjata dari setiap prajurit yang ikut kunjungan kerja. Menurutnya, bagaimana kita bisa melakukan pendekatan damai, manakala  yang tampak prajurit yang seperti mau pergi perang. “Saya larang prajurit bawa senjata,” katanya. Panglima justru berbicara tentang potensi-potensi yang ada di Maluku ini, yang begitu luar biasa. Masyarakat diminta untuk kembali menanam pohan-pohon produktif, seperti Cengkeh dan pohon Pala yang telah membawa harum nama Maluku di dunia internasional. “Penjajah dating ke Maluku karena Cengkeh dan Pala,” ujarnya.  

pangdam-EdieLl.jpg

Penulis (tengah) bersama Aspers Kodam XVI Kol. Arif Gajahmada (kanan) dan Wa-Kapendam Letkol Umar di Pelabuhan Tulehu

Kini yang dipikirkan Raja Negeri Aboru John Riry adalah bagaimana memperbaiki pendidikan warga Aboru hingga mencapai pendidikan tinggi. “Pertikaian yang terjadi selama ini hanya menguras energy masyarakat. Ke depan beta (saya) berharap agar fokus kita adalah menyekolahkan anak-anak kita setinggi mungkin,” katanya. Ia juga meminta agar janji damai ini benar-benar diwujudkan dalam kehidupan sehari-hari. “Kalau ada yang mencoba-coba itu menjadi tanggung-jawab pribadi dan mereka akan berperkara dengan Tuhan,” tegas John Riry. (*)

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda