Tour Backpaker ke Negeri Jiran (4)

Saya Sakit di TBS

penulis mengenakan kaos kebanggaannya Cowas, mejeng di lobi TBS. (Foto: Yusrie/CoWasJP.com)

COWASJP.COM – ockquote>

O l e h: Sri Rahayu

--------------------------

BANGUN tidur dari kursi di lobi TBS, kira-kira pukul lima pagi. Bukan tidur, lebih tepatnya menutup mata. Karena, dengan posisi duduk sambil memeluk ransel wajah ditutup dengan kerudung dan tangan dibungkus kerudung yang lain pastinya nggak bisa tidur nyenyak. Seperti dua orang bule cewek yang tidur di kursi, di sebelah saya.

Udara dingin yang lumayan menyengat, membuat saya sibuk melindungi diri. Untunglah hanya kaki dan tangan yang terasa dingin, hingga nggak terlalu sulit mengamankan.

Untuk tubuh, saya beruntung karena ketika diusir keluar mushola tadi, saya langsung memakai jin dan baju, sementara jumsuit batik yang biasa saya pakai sholat tidak saya lepas. Jadi, lumayan hangatlah.

Tadi malam sebetulnya saya ingin mandi. Tapi batal. Karena, selain takut dimarahi petugas, juga takut kedinginan. Hingga akhirnya, saya pun hanya mengganti kaos Cowas yang selama empat hari ini melekat di tubuh, dengan jumsuit untuk sholat.

Setelah sholat, niatnya ingin selonjoran di mushola, tapi ya itu tadi. Diusir petugas. 

Kantuk sebetulnya sudah datang, tapi saya tahan. Karena kurang afdol tidur dalam situasi seperti itu kalau tidak dalam level tertinggi.Bahasa jawanya bleg seg..

TERPAKSA SHALAT DENGAN DUDUK

Tadi malam saya memang merasakan dingin, tapi bisa mengatasinya.

Tapi, pagi harinya ketika saya kembali ke mushola untuk sholat, badan mulai terasa dingin. Sakit flu menyerang. "Ah biasa, ntar juga sembuh!" pikir saya sambil terus mengambil wudhu.

Ketika sholat sunah, di rakaat pertama tubuh saya rasanya menggigil dan bergetar. Hingga saya nggak mampu melanjutkan rakaat kedua sambil berdiri. Akhirnya saya pilih untuk duduk.

Selesai sholat sunah, dinginnya makin menjadi. "Ya Allah tolonglah hamba!" sambil berpikir menyudahi sholat dan mencari pos kesehatan.

Tapi?!?!? Saya belum sholat wajib. Kalo saya tinggalkan, takut waktunya habis. Maka dengan masih menggigil saya laksanakan sholat Subuh. 

solat-di-mushola-TBS7Zio.jpg

Sholat di mushola TBS. (Foto: Yusrie/CoWasJP.com)

Seperti tadi, saya juga tidak mampu sholat berdiri dalam dua rakaat. Ya sudahlah! Allah Maha Tahu.

Selesai sholat yang biasanya saya gunakan untuk wirid, kali ini saya gunakan untuk memanaskan tubuh. Menggosok- gosok kaki dan telapak tangan, hingga terasa hangat. Alhamdulillah berhasil, meski belum sepenuhnya pulih.

Kedinginan sebetulnya sudah biasa bagi saya. Tapi kali ini benar- benar membuat saya cemas. 

Berada di negeri orang, dengan tingkat dingin lebih hebat dari biasanya. Tentu membuat saya khawatir akan terjadi sesuatu dengan saya. Pasti akan lebih repot nantinya kalau saya sampai sakit. Nggak deh...

Alhamdulillah, semua tidak terjadi. 

Saya nggak akan cerita pada keluarga tentang hal ini. Karena, mereka akan melarang saya untuk backpacker-an lagi. "Wis tuwek!" pasti itu kata singkat yang akan mereka ucapkan untuk melarang saya pergi seperti ini.

Padahal saya ya nggak tuwek- tuwek amat. Baru akan 59, awal tahun depan he he

Pagi ini saya juga masih belum bisa mandi. Karena tidak seperti di stasiun kota, yang ada kamar mandinya. Di sini, saya hanya bisa wudhu dan mencuci muka, meski yang terakhir itu juga belum saya lakukan.

Sampai Sabtu pagi ini, berarti saya baru tiga hari belum mandi he he

Toh nggak ada orang tahu. Buktinya nggak ada orang menutup hidung dan menghindari duduk di samping saya di MRT.

Setelah berhajat yang letaknya di sebelah kanan atas lobi, tubuh saya merasa lebih segar. Mungkinkah saya masuk angin?? Bisa saja. Karena, selama sehari kemarin, hanya sekali makan nasi dan selebihnya makan buah yang{ saya beli 60 bath di Hatyai.

Sekitar pukul 07.15 saya sudah mengantongi tiket TBS - Larkin. Kali ini saya pilih bus Mayang Sari, seperti nama penyanyi Indonesia. Dengan harapan bus lebih baik dan sensansinya lebih oke. Lalu saya mulai perjalanan selanjutnya, berburu Menara Kembar, meski waktu hanya dua jam untuk kembali ke TBS.

Awalnya ragu-ragu, khawatir terlambat. Jika itu terjadi, bahaya besar. Karena ringgitku mulai menipis, nggak mungkin beli tiket baru. Tapi?!? Ya udah, nekad. Kapan lagi kalau nggak sekarang. Menara kembar, I' m coming. *

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda