Wisata Edukasi Kegunungapian

Memahami Gunung Berapi Melalui Museum

Penulis berpose di depan salah satu display yang menggambarkan mitigasi bencana letusan gunung berapi di Museum Gunung Api Merapi Yogyakarta. (Foto: CowasJP.com)

COWASJP.COM – ANDA ingin memahami gunung berapi secara menyeluruh? Memahami tidak sekadar mengenali, tidak hanya tahu letaknya dalam jalur merah ring of fire, tapi benar-benar mengerti watak, karakter, mitos yang menyelimutinya, alam mikrokosmos maupun makrokosmos yang melingkupinya. Tak salah jika Anda berkunjung ke Museum  Gunung Api Merapi Yogyakarta.

Tangga depan museum menjadi arena foto bagi para pengunjung dengan latar belakang gedung museum. (Foto: Erwan W/Cowasjp.com)

Di museum yang terletak di kaki Gunung Merapi kawasan Hargobinangun, Pakem, Sleman ini Anda akan mendapati berbagai hal berkaitan dengan kegunungapian. Ya, meski namanya Merapi, museum ini tidak tidak hanya berisi pernak-pernik, artefak, cerita, mitos tentang Merapi. Di dalamnya bisa dijumpai “dunia kegunungapian” secara menyeluruh. Sudah tentu, peta dunia yang menggambarkan ring of fire bisa ditemui. Anda bisa mengetahui letak gunung-gunung berapi aktif di dunia ini. Dengan menekan tombol di depan nama gunung yang tertulis di papan, maka lampu yang menunjukkan titik lokasi gunung tersebut akan menyala merah.

Anda pun dapat mengetahui tipe-tipe letusan gunung berapi. Salah satunya tipe Merapi. Sebagai salah satu gunung teraktif di dunia, letusan Merapi memiliki karakter sendiri. Maka, oleh para ahli kegunungapian, letusan yang mengeluarkan “wedhus gembel” –awan panas bergulung-gulung—disebut sebagai letusan tipe Merapi (Merapi Type Eruption). Tipe yang lain adalah tipe Hawaiian dan tipe Pelean. Yang masuk tipe Hawaiian adalah gunung yang letusannya mengeluarkan lava pijar yang semburat ke atas atau meleleh mengalir melewati lerengnya. Sedangkan yang masuk tipe Pelean semburannya menjulang ke atas. Semua ini bisa dilihat dalam poster besar di dinding  dengan jelas dan mudah dimengerti.

Kondisi kubah lava di puncak Merapi pada tahun 2007. Foto ini dijejerkan dengan foto kubah pada tahun-tahun lainnya, tahun 2001, 2006, 2008 dan lain-lain. (Foto Erwan W/Cowasjp.com)

Museum ini memiliki dua lantai. Di lantai pertama, Anda disuguhi berbagai display  mengenai filosofi kegunungapian dan alat peraga kegempaan.  Lantai ini juga sebagai tempat pengumpulan dan pengarsipan benda bernilai yang berkaitan dengan Gunung Merapi dan kegunungapian. Ada berbagai batuan, ada alat-alat dapur korban letusan Merapi, ada motor yang hangus terbakar wedhus gembel dan lain-lain.  

Bisa dilihat pula foto-foto saat Presiden Soekarno meninjau Pos Pengamatan Merapi di Babadan, foto Wakil Presiden Moh Hatta memeriksa fungsi radio komunikasi di Pos Pengamatan Gunungapi serta foto Sultan Hamengku Buwono IX yang berpose di depan pesawat Cessna. ‘’Semua hal di lantai satu ini dimaksudkan sebagai pusat pendidikan dan pengembangan pengetahuan tentang Gunung Merapi dan kegunungapian,’’ jelas Ahmad Husni, salah satu petugas Museum Gunung Api Merapi Yogyakarta.

Foto Presiden RI I Ir Soekarno saat meninjau Pos Pengamatan Merapi di Babadan.

Di lantai II pengunjung akan disuguhi secara lebih detil berbagai hal mengenai letusan Gunung Merapi tahun 2010 dan alat peraga Tsunami. Di lantai ini pula Anda bisa menikmati pemutaran film di ruang Mini Theatre. Selama 24 menit, Anda bisa menikmati dokumentasi mengenai gunung api.

Oh iya lupa, suasana gunung api begitu terasa begitu Anda memasuki pintu utama museum ini. Setelah membayar tiket Rp 5.000/orang yang bisa dibeli di sisi kiri pintu masuk utama, Anda akan diarahkan petugas untuk mengisi buku tamu atau langsung memasuki ruangan. Nah, begitu masuk, Anda disambut maket Gunung Merapi berukuran besar yang terus menerus mengeluarkan asap dan memuntahkan magma. Bunyi guruh pun terdengar menggelegar di ruang ini.

Kendati banyak ‘’lava’’ dan ‘’magma’’ di museum ini, udara yang sejuk begitu terasa. Ini karena museum yang dikelola Dinas Kebudayaan dan Pariwisata Sleman dan Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral ini berada di kawasan Kaliurang.  Berketinggian sekitar 800 mdpl.  

Pengunjung menikmati display berbagai letusan gunung berapi di dunia dan Indonesia. (Foto: Erwan W/cowasjp.com)

Saat hari libur pengunjung begitu berjubel, namun sejuknya udara serta halaman parkir serta taman yang luas, membuat suasana tetap nyaman. Hari Minggu (28/2) kemarin, misalnya. Dalam sehari ada 1.300 orang yang berkunjung ke museum ini. Tetap saja suasana udara segar begitu terasa.

Tidak hanya anak-anak sekolah yang mengunjungi museum ini. Ada juga rombongan orang dewasa. ‘’Saya membawa tiga bus rombongan ibu-ibu dari Dinas Kesehatan Malang,’’ ujar seorang tour leader dari Biro Travel Fatonah, Malang yang ditemui cowasjp.com di depan pintu masuk museum.

Apa ibu-ibu tersebut menikmati wisata edukasi tentang gunung api ini? Saya tidak menanyai satu per satu. Tapi yang jelas, jika mereka tidak bisa menikmati wisata edukasi ini, mereka bisa berwisata lainnya di sini. Yaitu Merapi Adventure. Ya, petualangan Merapi. Di halaman parkir museum ini, Anda bisa menemui deretan jeep kuno yang siap mengantarkan Anda berpetualang di sekitar Merapi. Butuh waktu sekira 1-1,5 jam untuk berpetualang ini. Anda akan diajak ber-jip ria, menerobos hutan pinus, sungai dan melihat-lihat lingkungan di sekitar Merapi.

Bangkai motor roda dua korban letusan Merapi yang dipajang di museum ini. Mengingatkan kita betapa dahsyatnya terjangan panas wedhus gembel. (Foto Erwan W/Cowasjp.com)

Sebagai sebuah destinasi wisata, sebenarnya museum ini akan bisa menjadi magnet jika dilengkapi dengan wahana yang lebih komplet. Benar sudah ada ruang peraga gempa, mini theater yang bisa membuat pengunjung beroleh kenangan tersendiri karena ‘’terlibat’’ secara langsung. Namun, akan lebih mantap jika dilengkapi dengan teropong pengamatan Gunung Merapi. Pengunjung bisa melihat puncak Merapi atau melihat Kota Yogya di sisi Selatan.

Siapa tahu dengan begini akan terlihat antrean seperti orang antre untuk naik ke atas Patung Liberty….yang gagal penulis lakukan saat ada kesempatan di sana. Akhirnya, penulis cukup puas dengan antre untuk mendapatkan piagam sebagai pengunjung Liberty yang ke #01563 tahun 2000. Piagam itu dicetak langsung dengan foto diri penulis.***

Pewarta :
Editor :
Sumber :

Komentar Anda